Kami akhirnya sampai di rumah setelah lima belas perjalananan yang melelahkan.Maksud melelahkan di sini bukan karena jaraknya—aku sudah biasa berjalan jauh—tapi karena hawanya yang sangat panas,itu membuat tubuhku penuh dengan keringat.
Aku segera membuka pintu rumah.Rumah terlihat lengang.Di jam segini ibu memang belum akan pulang.Dia akan pulang sekitar jam empat sampai jam lima sore hari.Aku langsung merebahkan tubuhku ke sofa.Semua rasa penatku seketika menghilang,seakan terserap oleh empuknya sofa.
"Archie! Cuci kakimu dulu!" seru Illona yang berjalan melewatiku.
Aku mendengus,mengalihkan pandanganku darinya.Melihatku yang malas seperti koala,Illona malah melemparkan tas tepat ke mukaku.
Kusingkarkan tasnya dari mukaku,mataku melotot,menatapnya kesal. "Itu sakit tahu!"
"Cuci kakimu dulu,koala!"
"Nanti saja,aku sedang tidak mood melakukannya." aku kembali mengalihkan pandanganku,kembali bermalas-malasan.
"Oh...kau tidak mau ya?" Illona berjalan jinjit,jari tangannya menari-menari bersiap untuk menggelitikiku. "Rasakan!"
Aku mencoba untuk kabur,tapi Illona dengan cepat sudah mengunci badanku,membuatku tidak bisa bergerak.Jari-jarinya lihai menggelitik tubuhku,apalagi bagian ketiak ku,itu bagian yang paling sensitif.Tawaku memenuhi satu ruangan,badanku lemas,dan air mata mulai menitih di sudut mataku.Siapapun tolong!
"Bagaimana? Masih tidak mau?" Illona menghentikan gelitikannya,wajahnya menyeringai,dan jari-jarinya tetap menari-nari. "Aku masih bisa melanjutkannya kalau kau bersikeras."
Aku menyeka air mataku,nafasku tidak karuan. "Baiklah....hentikan....aku akan basuh kaki sekarang...."
"Pilihan yang bijak." Illona pun pergi ke kebelakang,meninggalkanku yang sedang terengah-engah.
Setelah nafasku kembali normal,aku tanpa banyak tingkah langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh kaki.Inilah alasan mengapa aku tidak mau membuatnya kesal,dia sama sekali tidak tanggung-tanggung kalau menghukum.Jika saja aku tahu kalau perbuatanku tadi membuatnya kesal,aku pasti langsung beranjak dan melakukannya.
****************
Malam pun tiba.Aku sekarang sedang di dapur,menyiapkan makan malam kami.Untuk Illona dan ibu,mereka sedang menunggu di meja makan.
Apa? Mengapa aku yang memasak? Ya itu karena memang biasanya aku lah yang bertugas untuk menyiapkan makan siang dan makan malam.Bukannya sombong,tapi masakanku itu yang paling enak dibandingkan dengan Illona.Aku tidak bilang masakannya tidak enak,mungkin lebih ke terlalu banyak bumbu,terkadang terlalu asin,atau bahkan tidak terasa sama sekali (Jangan bilang Illona tentang ini.Aku tidak mau harus tidur di luar.Biarkan ini menjadi rahasia kita,oke?).
Alasan lainnya,karena ibuku selalu pulang sore,dia pasti merasa capek.Maka dari itu,ibu hanya menyiapkan sarapan untuk kami,sedangkan aku lah yang menyiapkan makan siang dan malam.Sekarang sudah jelas kan?
"Hari ini menu kita adalah nasi goreng." aku menyuguhkan tiga piring nasi goreng ke meja makan. "Ternyata masih ada sisa nasi tadi siang,jadi aku buat saja nasi goreng,takut mubazir."
Kami bertiga menyantap makanan masing-masing.Di depanku ibu dengan lahap menyantap makanan yang kumasak.Melihat seseorang memakan makananku dengan lahap,itu membuatku sangat senang.Makanan yang dimasak dengan kerja keras disantap dengan lahap oleh orang lain,itu adalah hadiah yang berarti bagiku.
"Masakanmu selalu memuaskan Archie." ibu memujiku sambil tetap melahap nasi goreng miliknya.
Aku tersenyum,merasa bahagia dengan pujiannya,tapi ada saja yang membuatku kesal.
"Begitukah,bagiku ini biasa-biasa saja." komentar Illona,padahal dia juga memakan masakanku dengan lahap.
Entah kenapa komentarnya selalu membuatku kesal.Karena itu,untuk meluapkan kekesalanku,aku mengambil piringnya kembali.
"Tunggu,Archie? Kenapa punyaku diambil?" keluhnya.
"Katanya ini tidak enak,aku tidak mau lidahmu jadi mati rasa karena masakanku,nanti aku yang repot.Maka dari itu,makanan ini akan kumakan.Dan kau,silahkan buat sendiri menurut selera lidahmu itu "
"Jangan!" seru Illona. "Maksudku,masakanmu enak seperti biasa."
"Sudahlah,Archie.Kakakmu hanya bercanda." ucap ibuku,melerai pertengkaran kami. "Yang lebih penting,bagaimana sekolahmu hari ini?"
Melihat celah yang terbuka,Illona langsung menyambar makananannya kembali. "Sekolah hari ini menyenangkan kok Bu." dia menyeringai lebar lalu melanjutkan melahap makanannya.
"Bagimu." celetukku.
"Memang ada apa?" tanya ibuku penasaran.
Dengan enggan,aku mulai menceritakan semuanya.Mulai dari awal sampai akhir.Aku sengaja menyembunyikan tentang pembunuhan yang kualami,aku tidak mau seisi rumah khawatir.Dan untung saja,Illona sama sekali tidak menimpali tentang aku yang tidur sendirian di gang sepi—dia masih sibuk menghabiskan makanannya.Jika dia membicarakan tentang itu,aku takut akan membuat segala sesuatu menjadi rumit.
"Lagi?!" ibu memandangku tidak percaya. "Jadi,kamu tidak punya teman lagi? dan semua itu disebabkan oleh Illona?"
Aku mengangguk pelan.
Ibuku menghela nafas. "Tidak papa,ibu tidak mempermasalahkan hal itu.Malahan,kamu harus bersyukur."
Aku mengangkat sebelah alisku. "Bersyukur?"
"Sekarang kamu menjadi tahu,mana yang ingin berteman denganmu secara tulus,dan mana yang ingin berteman denganmu hanya untuk memanfaatkanmu."
Aku menggeleng. "Aku masih tidak paham,Bu...."
Ibuku tersenyum hangat. "Jika ada orang yang ingin berteman denganmu secara tulus,maka orang itu pasti akan menghampirimu,meskipun kamu memiliki rumor yang paling jelek sekalipun.Berbeda dengan orang yang ingin memanfaatkanmu.Pertama-tama,orang itu pasti akan menjauhimu.Hingga besoknya,orang itu akan mendekatimu,mengajakmu bermainlah,inilah-itulah,macam-macam,namun dengan tujuan untuk memanfaatkanmu.Ingat kata-kata ibu,pasti besok akan terjadi."
Apa benar kata-kata ibu? Jika begitu,bukankah semua orang di Sekolah ingin memanfaatkan ku? Dilihat dari reaksi tadi siang....kebanyakan memang seperti orang yang akan memanfaatkan ku.Ya ampun....kenapa hidupku seperti ini?
"Maka dari itu...." tangan Illona berjalan-jalan menuju piringku. "Kau harusnya berterimakasih padaku."
Aku memukul tangannya. "Apa yang ingin kau lakukan?"
"Aku masih lapar Archie," ucapnya sambil mengelus-elus tangannya yang merah. "Bau masakanmu menggelitik hidungku."
"Katamu tadi masakanku biasa saja." gerutuku.
"Hm? Kenapa kau lagi-lagi membahas itu?"
Aku lebih memilih diam saja dan menyantap makananku,daripada harus meladeni orang cerewet ini.
Illona menyeringai lebar. "Archie,apa jangan-jangan kau marah?"
"Hah?! Kenapa aku marah?" ucapku sambil tetap menyendok makananku.
"Utututututu...." Illona mencubit kedua pipiku,membuat pipiku melebar seperti karet. "Ya ampun,Archie yang selalu diam menjadi pemarah.Lihat wajahmu,seperti tomat."
Aku mengerang sambil mencoba melepaskan cubitannya,tapi cubitannya malah menjadi kuat.Aku melirik ke arah ibu,mencari pertolongan.Tapi apa yang dilakukan ibuku? Benar,dia malah tertawa sambil tetap menyendok makanan di depan meja.
Seperti itulah ibuku,dia selalu melihat pertengkaran kami sebagai hiburan.Disaat aku dan Illona bertengkar,disitulah pertunjukkan dimulai.Bahkan,bagi ibu pertengkaran kami lebih menyenangkan daripada melihat pertunjukan di TV.Aku juga tidak akan marah,karena sejujurnya aku tidak terganggu dengan ibu yang tertawa,aku hanya terganggu dengan sikap Illona yang selalu menjahiliku.Mungkin ini yang dinamakan kehangatan keluarga,kami terlihat akrab dan tertawa bersama.
Namun sayang,kehangatan ini akan segera hancur setelah kejadian itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Su kem
Terharu, ada momen-momen yang bikin aku ngerasa dekat banget dengan tokoh-tokohnya.
2023-09-12
1