Tiba di rumahnya yang besar di kawasan Jakarta Selatan, ia memencet klakson.
Pak Iyo security tergopoh-gopoh membukakan gerbang.
Zella bergegas masuk dan memarkir motornya di depan garasi.
Melihat mobil sedan berwarna merah yang terparkir membuatnya naik darah.
"Baru jadi calon istri aja, matre banget mobil dibeliin sama bokap. Apartemen. Gimana kalau jadi nikah? Bisa-bisa minta ni rumah jadi atas namanya. Nggak bisa gue biarin. Papa nggak boleh nikah sama tu nenek sihir matre."
Ia melepas helm dan masuk rumah dengan wajah asam.
Tiba di ruang tengah, ia menahan diri tidak meledak melihat Gunadi sang Papa dan wanita cantik bernama Rindu sedang bermesraan.
Rindu duduk di pangkuan Gunadi begitu agresif menciumi wajah pria itu.
"Ehm.." Zella berdeham agak keras membuat dua orang itu spontan menghentikan kegiatan mesranya dan menoleh.
"Eh anak Papa." Gunadi berdiri menghampiri Zella.
"Hai Zella..." Sapa Rindu membuat Zella makin sinis aja.
"Ada apa nih aku disuruh pulang cepat?"
"Lho, kan Papa udah bilang. Malam ini kita bakal makan malam bersama. Mama Rindu bakal masak untuk kita." Kata Gunadi membuat Zella bergidik ngeri.
"Aku nggak punya Mama! Dan nggak akan setuju Papa nikah lagi!"
"Zella kamu bicara apa?"
"Kurang jelas, Pa? Aku nggak setuju Papa nikah sama wanita ini!"
"Zella! Jaga bicara kamu! Mama Rindu ini calon istri Papa dan calon Mama kamu!"
"Aku nggak sudi ngakuin wanita matre yang cuma incer harta Papa! Nggak ada bedanya sama wanita murahan!"
Rindu geram ingin sekali menampar Zella yang kurang ajar.
"Zella, kamu kok kasar gitu bicaranya?" Rindu berusaha menahan emosi. "Kamu ini nggak pernah dapat kasih sayang dari seorang Ibu. Tapi Tante janji akan memberikan itu sama kamu. Jangan berpikiran buruk sama Tante."
Ciihh... Omongannya manis ngalahin gula, gue yakin itu cuma akting di depan Papa! Batin Zella sangat muak.
"Zella, kamu harus terima. Rindu ini wanita pilihan Papa."
"Enggak!" Teriak Zella marah. "Aku nggak sudi sampai kapan pun! Kalau Papa tetep mau nikah sama wanita ini, aku lebih baik pergi dari rumah ini! Aku benci sama Papa!!"
Plakkkkk....
Tamparan keras mendarat di pipi Zella.
"Kamu sungguh tidak beretika! Apa gunanya Papa sekolahkan kamu tinggi-tinggi tapi kamu tidak punya etika yang baik? Bagaimana Papa bisa percaya kamu mengelola harta Papa?"
Zella mengusap pipinya yang memerah, menatap ayahnya marah. "Oh jadi karena Papa ragu sama aku, Papa nikahin wanita ini untuk bisa dapat pewaris lain? Gitu? Ternyata wanita yang mau Papa nikahin cuma jadi mesin pencetak anak?"
"Zella!! Yang sopan kalau bicara!!"
"Mas... Sudah Mas..." Rindu coba melerai walau tidak bisa terima perkataan Zella.
Zella berusaha meredam emosi dan berlari ke lantai atas masuk kamarnya.
Lalu membanting pintu keras-keras hingga terdengar ke bawah.
Brakkkkkk...
Gunadi begitu naik darah melihat kelakuan anak gadisnya.
"Anak itu makin tidak terkendali."
"Sudahlah Mas. Mungkin dia butuh waktu untuk menerimaku." Bujuk Rindu.
"Aku akan bujuk dia. Aku pastikan kita akan menikah."
"Iya Mas aku percaya kamu bisa meyakinkan Zella."
Rindu sungguh menantikan menjadi nyonya Gunadi Hendrawan. Setelah bercerai dengan suami pertamanya yang sudah bangkrut, Rindu melanglang buana mencari pria kaya kesepian untuk ia goda dan menjadi istri. Agar ia bisa hidup nyaman tanpa harus kerja keras.
Liat aja, Zella ... Aku akan jadi ibu tiri yang paling 'baik' untuk kamu. Aku akan pastikan kamu terusir dari rumah ini, dan hanya aku yang berkuasa, batinnya.
***
Pranggg....
Duakkkkk...
Bugggghhhh...
Suara barang pecah dan berjatuhan menggema dari kamar Zella.
Bi Inah sang asisten rumah tangga, siaga menunggu di depan pintu.
"Duuhh Neng Zella kenapa lagi? Pasti lampu tidur pecah lagi. Bingkai foto juga. Duuh Neng... Nggak sayang amat sama barang."
Sementara di kamar, Zella belum puas melampiaskan emosinya.
"Gue benci sama Papa!!" Jeritnya sambil melempar asbak kaca ke tembok, mengenai bingkai foto dirinya dan ayahnya yang tergantung di dinding.
"Dari dulu selalu aja Papa ngatur hidup gue! Semua yang gue lakuin selalu salah di mata Papa!"
Ia kuliah bussiness management di universitas terbaik di kota, bukan keinginannya. Hanya keegoisan ayahnya. Menjaga nama baik Gunadi Hendrawan.
Kebanggaan ketika ditanya putri tunggal Gunadi Hendrawan kuliah di tempat terbaik. Hanya demi harga diri.
"Kenapa sih gue lahir sebagai anak Papa?? Gue benci Papa! Gue ngerti sekarang kenapa nyokap milih ninggalin Papa, pasti yang nyokap rasain sama dengan yang gue rasain sekarang. Dikekang oleh keegoisan Papa dan tertekan! Kenapa dulu nyokap nggak bawa gue pergi?? Malah ninggalin gue sama Papa, cuma bawa sial!!"
Penuh emosi Zella mengoyak-ngoyak bantal dan menghamburkan isinya ke lantai.
"Pokoknya gue harus cari cara bongkar kebusukan nenek sihir itu! Dia nggak boleh sampai nikah sama Papa! Walau percuma sih. Gue yakin kalau mereka putus pasti Papa bawa nenek sihir yang lain. Huhhh nggak ada yang peduli sama gue!"
Zella mengatur nafas memburu.
HP-nya berbunyi.
"Halo?"
"Halo, La... Udah dapet belom uangnya?"
"Emang perlu berapa sih?"
"20 juta."
"Udah pastiin belum kualitas barangnya?"
"Dijamin kualitas terbagus pokoknya. Lo transfer sekarang biar barang bisa diterima. Kita bisa mulai produksi malam ini."
"Iya gue kirim sekarang." Zella memutuskan telepon dan memeriksa aplikasi M-banking nya.
"Br*ngsek! Pasti hasutan nenek sihir itu lagi makanya Papa blokir ATM gue!"
Zella membuka lemari dan mengambil kotak di balik baju.
Senyum sinis tersungging. "Untung gue udah kuras banyak isi ATM."
Di dalam kotak terdapat uang tunai cukup banyak.
"Gue nggak sebodoh itu. Jelas gue antisipasi kalau ini kejadian lagi. Cukup sekali Papa blokir ATM gue gara-gara gue ketahuan balap liar dan nenek sihir itu ngehasut Papa."
Ia menyimpan uang tunai senilai lebih dari seratus juta rupiah, berjaga-jaga kalau ATM nya kena blokir ayahnya.
Begitu mengambil uang yang diperlukan, ia mengambil jaket dan kunci motor.
"Daripada gila gue di sini, mending gue happy happy!"
Zella keluar dari kamar melihat Bi Inah menunggunya.
"Duh Neng, pasti lampu tidur pecah lagi. Neng kalau pengen pecahin barang, pesen dulu sama Bibi. Nanti Bibi siapin piring gelas yang murah buat Neng Zella pecahin. Jangan yang mahal dipecahin Neng.." cerocos Bi Inah membuat Zella gerah.
"Ahh bawel. Beresin kamar, Bi. Aku nggak pulang malam ini. Udah diberesin, kunci kamarnya. Bawa kuncinya sama Bibi. Jangan ada yang masuk kamarku selain Bibi. Paham??"
"Iya Neng. Paham."
Zella bergegas pergi lewat pintu dapur memasuki garasi dan pergi dengan motornya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
vall
wah intrik ini
2023-09-06
0
范妮·廉姆
jgn lpa mampir ya Thor di legendaris cinta maksih
2023-09-03
0