Positif

Setelah beberapa hari bersama Diaz, Ani sering merasa mual dan selalu pusing.

Ani mengambil testpack yang telah dibelinya empat hari yang lalu.

Dia berdoa agar dia tidak hamil. Namun apa yang ditakutkan ternyata benar-benar terjadi.

Testpack itu bergaris dua, Ani hamil. Dia merasa sedih dan kecewa karena harus hamil anak Diaz.

Seluruh tubuhnya tiba-tiba lemas, dia memandang suaminya yang sedang tertidur lelap dikasur. Air matanya menetes dengan sendirinya.

Tuhan...... suamiku itu akan menjadi ayah dari anakku. namun hingga sampai saat ini aku tidak pernah mencintainya. Sikapnya yang kasar membuatku tak rela jika harus memiliki anak darinya.

Kenapa Aku harus hamil dengan Mas Diaz, apa Aku harus menggugurkannya? Ani terus bermonolog dengan dirinya.

"Sayang kamu sudah bangun?. Sini duduk disampingku," ucap Diaz sambil berbaring

"Tidak Mas, Aku mau pergi kerumah sakit," jawab Ani.

"Kesini cepat atau ku paksa dengan keras."

Ani duduk disamping suaminya.

"Lepaskan bajumu sekarang."

"Tapi Mas, Aku harus kerumah sakit."

"Sekaraaaaaaaang............"

Ani melepaskan seluruh bajunya hanya menyisakan pakaian dalamnya dan berbaring disamping suaminya. Dia pasrah dengan keadaannya saat ini.

Diaz kembali melakukannya pagi ini, padahal semalam dia sudah melakukannya.

Kali ini tidak seperti biasanya, Ani merasa begitu kesakitan. Perutnya mulai kram namun Diaz tidak memperdulikannya. Dia terus memompa miliknya yang begitu besar dengan begitu cepat.

Hingga mengeluarkannya sekali lagi didalam. Diaz berbaring disampingnya dengan senyuman yang lebar. Dia sungguh puas bisa menikmati milik istrinya.

Dia mengambil tas dimeja samping dan mengeluarkan segebok uang.

"Ini untukmu dan biaya rumah sakit Ayahmu," ucap Diaz.

Ani hanya menganggukan kepalanya dengan pasrah dan bergegas membersihkan dirinya.

Ani menangis didalam kamar mandi. Dia sangat menyesal menikah dengan orang seperti Diaz.

Rasanya aku seperti perempuan malam, setelah dipakai lalu diberikan uang. Kamu harus kuat Ani hingga Ayah sembuh, ucap Ani didepan kaca kamar mandi.

Setelah selesai membersihkan diri, Ani berpamitan kepada suaminya yang sedang berbaring sambil menonton TV.

"Mas..... Aku pergi kerumah sakit dulu, hari ini Ayah operasi. mungkin nanti Aku akan menginap disana," ucap Ani.

"Tidak, nanti malam Akan aku jemput kamu."

"Tapi Mas kasihan Ibu."

"Sudah sana pergi, Aku tidak suka penolakan."

Ani menundukkan kepalanya sambil berjalan keluar. Namun saat hendak menaiki ojek online tiba-tiba perutnya terasa begitu sakit namun Ani tetap melanjutkan perjalanan menuju kerumah sakit.

Sesampai dirumah sakit Ani menghampiri Ibunya yang sedang menunggu didepan ruang operasi.

"Ibu..... bagaimana operasinya," ucap Ani.

"Masih belum tahu Nak, sudah hampir satu jam Ibu menunggu disini. Kamu kenapa Nak kok pucat?, sepertinya kamu sakit," jawab Ibu.

"Tidak apa-apa Bu, mungkin kecapekan saja. Bu ini ada uang, Ibu pegang saja barangkali nanti ada keperluan mendadak. Maaf yah Bu, aku tidak bisa menemani Ibu disini."

"Tidak apa-apa Nak. Ibu mengerti kok, kamu kan masih pengantin baru. Suami kamu lebih membutuhkan kamu. Sampaikan terima kasih Ibu untuk suamimu ya."

"Iyah Bu."

Operasi selesai disore hari, Ayah sudah dipindahkan diruang perawatan, Ibu tersenyum melihat Ayah yang sudah ada dihadapannya.

Andai aku bisa mencintai Mas Diaz seperti Ibu mencintai Ayah. Mungkin Mas Diaz akan lebih menyayangiku daripada mendahulukan dendam dan naf*unya. Sabar Ani..... Diaz itu suamimu sekarang, kamu harus bisa merubah sikapnya agar jadi lebih baik, gumam Ani dalam hatinya.

"Ani tadi Ibu lihat keluarganya Agus lewat didepan sini namun mereka tidak melihat Ibu, Apa Agus juga dirawat disini Nak."

"Iyah Bu, tapi sekarang Aku sudah tidak tahu lagi kabar Mas Agus."

Apa Aku tengok saja sekarang mumpung masih jam jenguk, pasti kordennya dibuka, gumam Ani dalam hatinya.

"Bu, Aku kekantin dulu yah, Ibu mau dibelikan apa?"

"Tak usah Nak, Ibu lagi malas makan."

Ani berjalan melewati lorong rumah sakit dan segera menuju keruang HCU dengan menggunakan masker.

Alhamdulillah korden jendelanya masih dibuka, gumam Ani sambil tersenyum.

Ani berdiri tepat didepan Agus yang sedang berbaring lemas dan tak sadarkan diri. Dia hanya mampu memandangnya dari kaca saja.

"Mas bangun..... Maafkan Aku sudah menghianatimu," ucap Ani sambil meneteskan air matanya.

Sementara itu Diaz sudah berada diparkiran rumah sakit. Dia berjalan melewati lorong rumah sakit. Kamar Ayah Ani memang melewati ruang HCU.

Diaz semakin dekat dengan Ani berada saat ini. Beruntung Diaz tidak menoleh kesamping hingga tak mengetahui keberadaan Ani.

"Bu.... gimana operasinya Ayah," ucap Diaz.

"Alhamdulillah sudah selesai nak, tinggal pemulihan saja. Terimakasih ya sudah membantu Ibu."

"Ani kemana Bu?"

"Tadi bilangnya ke kantin."

"Ya sudah saya kesana juga Bu."

Diaz berjalan perlahan menuju ke kantin. Dia memang seharian belum makan.

tiba-tiba.....

"Aaaaaaaaaahhhhh...... sakit," teriak Ani saat rambutnya dijambak dari belakang.

Ani segera menoleh kebelakang sambil menahan rasa sakit. Diaz melepaskan Cengkramannya ketika Ani terus berteriak.

"Jadi ini yang kamu lakukan jika datang kerumah sakit, melihat mantan pacarmu yang sebentar lagi mau mati ini."

"Tadi Aku tidak sengaja lewat Mas, Aku mau ke kantin."

"Ayo pulang."

Diaz menyeret Ani dan memasukkannya didalam mobilnya. Ani menangis karena perlakuan Diaz yang selalu kasar kepadanya.

Sesampainya dirumah Ani segera dibawa kedalam kamar, Diaz berpikir jika Ani hamil mungkin dia akan bisa melupakan mantan pacarnya itu.

Diaz melepasakan seluruh baju Ani dengan begitu kasarnya dan hanya menyisakan pakaian dalamnya saja.

Ani menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Dia masih menangis begitu keras namun Diaz tiba-tiba berdiri dan mengambil sesuatu dilaci kamarnya.

Krekkkk...... Diaz memotong lakban dan ditempelkannya dimulut istrinya. Diaz menarik selimut yang dipakai istrinya. Ani mencoba mempertahankannya namun Diaz menarik tangan Ani dan memutarkan lakban itu ke tangan istrinya.

Ani terus berusaha menolaknya, namun tubuhnya yang kecil akhirnya tumbang juga.

Ani hanya mampu meneteskan air matanya. Sementara Diaz melampiaskan kemarahannya dengan menyatuhkan dirinya dengan Ani.

Diaz mulai menggigit puncak gunung milik Ani. Ani terus meronta kesakitan namun Diaz terus melakukannya. Ani hanya mampu melihat bagian tubuhnya yang mulai lebam dan kemerahan. Ani merasa begitu perih dan nyeri bekas gigitan Suaminya. Ani menyerah dan pasrah.

Jika Aku mati hari ini, tolong jaga kedua orang tuaku Tuhan, gumam Ani sambil meneteskan air matanya.

Diaz mulai memasukkan miliknya yang begitu besar dengan kasar, Ani merasa seakan miliknya mulai robek saat suaminya memompanya dengan begitu kuat.

Hingga sampai dititik puncak, Diaz melepasnya sekali lagi. Namun tak puas disitu, Diaz terus menci**i lagi seluruh tubuh Ani dan menggigit lagi puncak gunungnya.

ehmmm....ehemmm..... ehmmmm..... Ani meronta lagi karena kesakitan, namun Diaz tak memperdulikannya.

Kring.... kring.... kring.....

Diaz akhirnya menghentikan perbuatannya ketika tiba-tiba handphonennya berbunyi.

Ani hanya bisa pasrah ditempat tidurnya karena mulut dan tangannya masih diikat oleh suaminya.

Tak lama setelah menerima telepon, suaminya menghampiri Ani.

"Enak kan sayang. Jika kamu ulangi lagi menemui mantan pacarmu. Aku akan berbuat yang lebih kejam lagi," ucap Diaz sambil tertawa.

Ani hanya mampu menangis, Ani berdiri dengan terpincang-pincang. Dia melihat ada bercak darah dikasurnya.

Astaga.... Apa Aku keguguran, gumam Ani.

Suaminya hanya tersenyum melihat darah itu.

"Ha.... ha.... ha.... Akhirnya setelah hampir seminggu, Aku bisa menjebol gawang milikmu," ucap Diaz.

Terpopuler

Comments

Bunda A

Bunda A

sabar mbak

2023-09-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!