Hari ke dua

"Pagi sayang........ Kamu kok sudah keramas saja, habis ngapain semalam," bisik Diaz ditelinga Ani sambil memeluknya dari belakang.

Ani mencoba melepas pelukan suaminya itu.

"Lepas Mas, Aku lelah. Hari ini Aku akan mencari kerja," ucap Ani.

"Ha.... ha.... ha.... untuk apa kamu kerja. Aku sudah kaya sekarang. Bukankah uangku sudah berhasil membeli restu orang tuamu dan kamu sendiri," jawab Diaz dengan sombongnya.

"Mulai sekarang, Aku akan membiayai pengobatan orang tuaku sendiri."

"Kamu yakin?"

"Yakin Mas...... Jika kamu sudah puas dan bosan silahkan saja kamu boleh meninggalkan Aku."

Diaz menghampiri istrinya, hingga membuat Ani semakin terpojok. Diaz meremas gunung milik Ani begitu kuat hingga membuat Ani teriak kesakitan.

Semakin Ani berteriak, Suaminya semakin tak memperdulikannya. Diaz semakin menggila, dia menc***** bibir Ani dan mulai menggigitnya Hingga Ani tak bisa bernafas.

Ani memukul suaminya agar bisa terlepas dari gigitannya. Namun Suaminya semakin menjadi-jadi. Ani ditampar begitu keras hingga membuatnya terjatuh dilantai.

Ani menangis dengan keras. Diaz mulai mengangkat tangan Ani dan menjatuhkannya dikasur.

Kring..... kring..... kring.....

Suara handphonen Ani berbunyi sangat keras hingga menghentikan perbuatan Diaz. Ani mulai merai handphonenya dan mengangkat telponnya.

"Iyah Bu, ada apa?", ucap Ani sambil menatap wajah suaminya yang masih ingin menyiksanya.

"Ani tolong ibu, Ayahmu drop lagi. Kamu segera kerumah sakit yah," jawab Ibu.

"Iyah Bu, Aku akan kesana sekarang".

Ani berjalan menuju kamar mandi dan segera berganti baju. Namun langkahnya terhenti ketika Diaz menarik tangannya.

"Mau kemana kamu?", ucap Diaz.

"Bukan urusanmu. Lepas Mas sakit ah.....ah....."

"Ingat kamu sudah jadi istriku sekarang."

"Iyah..... Aku mau kerumah sakit. Ayah masuk rumah sakit lagi Mas."

"Ha.... ha.... ha.... kamu pasti akan membutuhkan uangku lagi."

"Tidak Aku sudah punya uang, tak perlu pakai uangmu lagi."

"Ha.... ha.... ha.... kamu pasti akan menggunakan uang mahar yang kuberikan atau menjual perhiasan."

"Terserah.... bukankah itu sudah jadi hak ku sepenuhnya, jadi terserah Aku."

Diaz memegang dagu Ani dengan begitu keras. sembari berkata dengan mengancam.

"Ingat ya, kamu sudah menjadi milikku. jangan pernah kamu lupakan itu."

Diaz mengeluarkan segebok uang dan dilemparkannya kewajah Ani. Diaz seketika pergi dengan membawa mobil sport miliknya.

Sementara itu Ani menjatuhkan dirinya ke lantai sembari berteriak begitu kerasnya.

aaaaaaaaaaaaaaaaa........ teriak Ani sambil menghamburkan uang ketubuhnya.

Ani segera berangkat kerumah sakit dengan matanya yang lebam. Dia berusaha menutupi wajahnya dengan make-up tebal dan kacamata.

Sesampainya dirumah sakit, Ani menghampiri ibunya yang sedang duduk dan menangis.

"Bu, gimana keadaan Bapak?", ucap Ani.

"Ayahmu harus dioperasi Nak, ini butuh biaya tak sedikit. Dikepala Ayahmu ada gumpalan cairan dan harus segera diambil. Ibu menunggu persetujuan kamu Nak."

"Iyah Bu, segera dioperasi saja. Aku ada uang kok, tadi Mas Diaz memberikanku uang sebelum berangkat kerja."

"Diaz baik sekali yah Nak, Meskipun kamu harus jadi istri yang kedua. Maafkan ibu ya, dulu tidak merestui hubungan kalian."

Ani tersenyum dan menahan tangisnya.

Andai ibu tahu, Mas Diaz menikahiku hanya untuk membalas sakit hatinya saja, gumam Ani.

Hingga malam hari Ani masih menemani Ibunya menjaga Ayahnya. Namun tak lama Diaz datang menjemputnya.

"Bagaimana keadaan Ayah, Bu?" ucap Diaz.

"Masih di ICU besok rencananya akan dioperasi," jawab Ibu.

"Ibu sudah makan biar saya belikan."

"Sudah Nak. kamu makan saja dengan Ani, dari tadi dia belum makan."

"Iyah Bu, nanti saja sekalian pulang."

"Tidak Mas, aku disini saja. Kamu saja yang pulang sendirian," sahut Ani.

"Sudahlah kalian kan pengantin baru. Pulang saja, ibu tidak apa-apa kok disini sendiri."

"tapi Bu?".

"Sudah tidak apa-apa. kalian pulang saja."

Selang beberapa saat akhirnya Ani dan Diaz bergegas pulang. Selama perjalanan Ani hanya diam saja. Hanya sepatah kata yang keluar dari mulutnya, itupun ketika ditanya.

Pasti malam ini Mas Diaz akan mengajakku berhubungan lagi, apa yang harus aku lakukan, gumam Ani.

Sejenak Ani terpikirkan ketika melewati depan Apotik.

"Mas, jika ada apotik lagi kamu berhenti ya," ucap Ani.

"Kamu mau beli apa?" tanya Diaz.

"Obat pusing."

Diaz menghentikan mobilnya didepan sebuah apotik yang tak terlalu jauh dari rumahnya.

"Ini uangnya," ucap Diaz sambil menyodorkan beberapa lembar uang.

"Tidak Mas, Aku masih ada uang kok. kamu tunggu disini saja."

Ani berjalan menuju ke Apotek dan berkata sangat pelan.

"Mbak, Pil KB dan testpack ya," ucap Ani.

"Iyah mbak."

Setelah menerima obat, Ani lalu memasukkannya kedalam tas agar Diaz tidak mengetahuinya.

Diaz melajukan mobilnya menuju kerumahnya. Ani keluar dari mobil dan berlari agar segera bisa meminum Pil yang dibelinya itu.

Namun belum sempat meminumnya, Diaz sudah berada didepan matanya.

"Sayang, pakai baju dinas sekarang. Setelah mandi kita lanjutkan yang pagi tadi belum kelar," ucap Diaz.

"Tapi Mas, Aku sungguh lelah sekali hari ini."

"Dengar.... Jangan pernah menolakku," ucap Diaz sambil meremas puncak gunung milik Ani dengan begitu kasar.

Ani segera meminum pil itu ketika Diaz pergi mandi. Ani bergegas menuju kekamar dan mengganti baju dinas yang dibelikan suaminya itu.

Tak lama Diaz datang dan menatap Ani dengan penuh naf*u. Dia menghampiri Ani dan mencoba memeluknya.

Perlahan Diaz menyentuh seluruh tubuh Ani, dan mulai melepaskan baju dinas yang menempel di baju Ani.

"Mas, tolong jangan dilepas. Aku malu," ucap Ani.

"Bukankah Aku suamimu sekarang. Aku ingin melihat tubuhmu tanpa apapun,"

Diaz melepaskannya dengan sedikit memaksa. Puncak gunung Ani terlihat lebam akibat perbuatan suaminya tadi pagi. Namun Diaz tetap menggitnya lagi dengan keras hingga Ani merasa hampir putus.

Melihat istrinya kesakitan, Diaz akhirnya menghentikannya. Diaz hanya mulai menyatukan keduanya hingga benar-benar masuk gawang.

Ani berusaha menolak namun bahasa tubuhnya mulai ingin melanjutkannya malam ini.

Diaz yang melihat Ani yang mulai menunjukan ha****nya membuat Diaz semakin bersemangat untuk terus mempercepat lajunya hingga Dia mengeluarkannya sekali lagi.

Ani segera berlari dan berusaha membersihkannya. Ani menatap dirinya dikaca sambil menangisi nasibnya. Ani berteriak-teriak karena Dia tidak mau punya anak dari suaminya yang kejam itu.

Ani berjalan menuju ke dapur dengan pandangan kosong dia menatap seluruh isi dapur.

Pandangan Ani tiba-tiba tertuju pada sebuah apel merah yang berada diatas meja makan beserta pisaunya.

Dia duduk sambil membawa pisau menatap apel merah itu. Ani menusuk-nusuk buah Apel itu hingga berceceran dimeja.

Perlahan dia mengelus-eluskan pisau itu ditangannya.

Praaaak......... Diaz menampar Istrinya.

"Bodoh sekali kamu, ngapain kamu memainkan pisau lengan tanganmu," ucap Diaz yang tiba-tiba datang dari belakang.

"Apa pedulimu Mas. ambil pisau ini dan bunuh saja aku Mas, agar sakit hatimu kepadaku bisa terbalaskan," jawab Ani.

Diaz berdiri dan menarik tangan istrinya dengan kuat dan mengajaknya kembali ke kamar.

"Cepat tidur," ucap Diaz sambil mendorong istrinya keatas kasur.

"Bunuh saja Aku, Mas. Daripada kamu selalu menyiksaku lahir batin."

"Diam. cepat tidur. Jangan pernah membantah perkataanku."

Diaz segera keluar dari kamar sementara itu Ani masih menangis tersedu-sedu.

Terpopuler

Comments

Bunda A

Bunda A

pinter juga ani

2023-09-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!