Mey terlihat senyum-senyum tak menentu seraya berbaring di tempat tidur saat ia mengingat kembali bayang-bayang Troy yang tersenyum ke arahnya lalu mengajaknya berkencan. Mey menerawang langit-langit kamar dan bayangan wajah Troy pun malah semakin terpatri jelas di ingatannya, sampai akhirnya suara notifikasi WhatsApp pun terdengar.
Mey beringsut duduk seraya meraih ponselnya dari samping tempat tidur, sampai akhirnya ia pun dibuat bahagia karena yang mengirimkan chatting adalah Troy. Sebelumnya Troy memang meminta nomor ponselnya saat masih di rumah sakit, namun Mey sama sekali tak menyangka bahwa Troy akan menghubunginya secepat ini.
Troy : Hai, Mey lo udah tidur?
Buru-buru Mey pun langsung membalas chatting itu dengan senyuman yang sama sekali tak berhenti merekah.
Mey : Belum,
Troy : Loh, kenapa? Ini, kan udah malem
Mey : Gak tau aku sama sekali gak bisa tidur, Kak.
Troy : Ada yang lo pikirin?
Mey : Um, nggak ada sih
Troy : Terus kenapa gak bisa tidur?
Mey : Belum dapet ngantuk nya kali hehe.. Kak Troy sekarang udah mendingan?
Troy : Udah
Seketika itu pula Mey pun langsung dibuat kaget tak kepalang saat ia mendapati layar ponselnya berubah menjadi panggilan video call dari Troy tanpa meminta kesepakatan darinya lebih dulu.
"Aaa... ya ampun, Kak Troy ngapain pake video call segala, sih?" pekik Mey yang langsung berubah pias.
Krining... Krining...
Mey pun langsung bangkit dari posisi sebelumnya, menghampiri meja rias lalu mulai memoles wajahnya dengan bedak tipis-tipis dan juga lipstik. Kemudian ia pun berjalan mondar-mandir seraya menggigit jari telunjuknya seakan ia ragu untuk mengangkat panggilan video call dari Troy.
Namun detik berikutnya Mey pun langsung menggeser simbol berwarna hijau, jujur ia sangat begitu deg-degan sekarang terlebih lagi saat wajah Troy muncul di layar dengan pesonanya yang begitu luar biasa.
"Hai, Mey?" sapa Troy dengan lembut diseberang sana.
"Hai, Kak." balas Mey menyapa seraya tersenyum kikuk.
"Lo mau kemana?" tanya Troy beralasan hingga membuat dahi Mey langsung mengernyit tak mengerti.
"Maksudnya?"
"Iya, lo mau kemana, kok pake lipstik menor banget." kekeh Troy terlalu jujur, hingga membuat Mey langsung salah tingkah.
"Hah? Serius?" buru-buru Mey pun langsung menghapus lipstik dari bibirnya dengan begitu salah tingkah, sementara Troy malah tertawa geli karenanya.
"Abis lipstikan?"
"Ah, enggak-enggak." elak Mey seraya menggeleng kuat-kuat.
"Itu buktinya,"
"Iya, tadi aku emang abis dari luar bentar, terus aku belum sempet cuci muka jadi make up yang kupakai belum aku bersihin." kilah Mey berbohong seraya tertawa kikuk.
"Oh, gitu." goda Troy berlagak percaya seraya mengulum senyum geli.
"Iya," sahut Mey kikuk.
"Um, oh ya … kira-kira besok mau jalan jam berapa?"
Glek!
Mey menelan saliva nya spontan.
"Hah, gimana?" ulang Mey berlagak tak mengerti.
"Gua jemput jam berapa besok? Lupa kalo gua ngajak lo kencan?"
Mey pun mendadak melting saat itu juga, ia tampak berpikir seraya duduk di bibir kasur seakan ia masih belum percaya dengan ajakan Troy untuk mengajaknya kencan.
"Ah, gimana kalo jam tujuh aja." kata Mey akhirnya, seraya tersenyum malu-malu.
Troy manggut-manggut. "Oke, oh ya kalo gitu nanti lo sherlock ya? Gua gak tau rumah lo soalnya,"
Mey mengangguk semangat. "Oke,"
"Oh ya, lo satu sekolahan, 'kan sama gua?" Troy bertanya dan Mey pun mengangguk. "Tapi, serius deh gua sama sekali belum pernah liat lo di sekolah."
"Ah, masa sih, Kak?"
"Iya, serius."
Mey tersenyum kecil. "Mungkin karena aku nggak terlalu menonjol kali, jadi kakak nggak tau aku."
"Kalo gitu lo kenal gua dari mana? Maksudnya kenapa lo bisa tau gua?"
Mendengar pertanyaan semacam itu Mey pun langsung tergelak saat itu juga. "Ya ampun, siapa sih yang gak tau siapa kakak. Kakak tuh populer banget disekolah tau gak." jawab Mey dengan begitu menggebu-gebu.
Dahi Troy mengernyit seraya tersenyum miring. "Populer? Kok, gua nggak ngerasa kalo aku populer, sih?"
"Hah? Kakak sama sekali nggak ngerasa populer? Ya ampun, kakak kok bisa-bisanya sih merendah gitu."
"Emangnya gua populer gara-gara apa?" pancing Troy yang ingin tahu dari cara pandang Mey terhadapnya.
"Kakak itu populer gara-gara kakak itu sering dicap cowok tampan gitu seantero sekolah, kakak juga pinter lagi. Emang kakak nggak sadar ya kalo kakak ganteng banget dan pinter banget? Siswi mana sih yang nggak suka sama kakak dan nggak kenal kakak." cetus Mey panjang lebar dan juga dengan gayanya yang super ekspresif, hingga membuat Troy setengah mati mengulum tawa.
"Dan lo juga suka sama gua?"
Deg!
Seketika itu pula Mey pun langsung tercenung, jantungnya berdetak jauh lebih cepat daripada sebelumnya. Entah mengapa ia terlalu ceplas-ceplos mengatakan hal tersebut pada Troy, sampai akhirnya ia harus menerima akibatnya jadi salah tingkah.
"Um, gimana-gimana?" Mey berlaga bodoh.
"Lo juga suka sama gua kayak yang lain?" ulang Troy tanpa ragu dengan satu alis terangkat.
Seluruh wajah Mey seketika saja berubah sangat panas dan ia yakin pasti wajahnya kini pasti sudah terlihat sangat merah. Semerah tomat busuk.
"Um, aku..." Mey gugup seraya menggigit bibir bawahnya pelan.
Troy tergelak saat itu juga setelah melihat ekspresi Mey yang sangat begitu menggemaskan.
"Lo, kok gemesin sih? Boleh gak sih nanti pas gua ketemu lo, gua cubit pipi lo?" celetuk Troy disela tawanya hingga membuat pipi Mey semakin terbakar.
"Janganlah, Kak. Nanti pipiku sakit,"
"Nggak bakalan sakitlah, nyubit nya pelan kok."
"Hehe, jangan deh Kak."
"Ya udah, gimana nanti aja ya?"
"Gimana nanti apa, Kak?"
"Nyubitnya," kekehnya sementara Mey hanya tersipu. "Oh ya udah dulu ya VC nya, gua udah mulai ngantuk. Lo juga harus tidur udah larut nih, apalagi besok sekolah, 'kan?"
"Iya, aku nanti bakalan langsung tidur." Mey mengangguk patuh. "Eh, keadaan kakak udah bener-bener mendingan, 'kan sekarang?" tanya Mey yang benar-benar ingin memastikan lagi.
"Iya, udah mendingan, kok."
"Udah diminum obatnya?"
"Udah,"
"Syukurlah," Mey tersenyum lega.
"Iya, Mey." sebut Troy lembut dengan sepasang matanya yang berbinar cemerlang menatap Mey lewat layar ponselnya, hingga membuat jantung Mey semakin tak karu-karuan. "Lo perhatian banget, btw." imbuhnya.
"Hehe," cengir Mey tersipu.
Troy tersenyum lebar. "Gua tidur ya, lo juga tidur, bye and good night," tukas Troy.
"Good night juga, Kak." balas Mey dengan sepenuh hati.
Troy melambaikan tangan begitupun dengan Mey sebelum akhirnya sambungan video call itu berakhir.
Tut …
"Yes!" Mey berseru dengan semangat dan ia pun langsung naik ke atas tempat tidur lalu loncat-loncat penuh kegirangan."Oh Tuhan makasih banyak karena akhirnya apa yang aku inginkan satu tahun yang lalu kini terkabul dan aku bisa deket sama Kak Troy, yes! Yes!" jerit Mey seraya tertawa bahagia, kemudian ia pun menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur hingga terbaring dengan perasaannya yang sangat begitu berbunga-bunga.
Mey memeluk ponselnya dengan erat seakan ia merasa sudah tak sabar dengan hari esok saat ia dan Troy akan pergi berkencan. Ia membayangkan kencan yang begitu romantis dengan Troy tanpa gangguan dari apapun.
"Aku merasa dewi keberuntungan memang sedang berpihak padaku, karena aku bisa kencan sama Kak Troy!" Mey bermonolog sendirian seraya cekikikan.
Jujur saja Mey sama sekali belum pernah sebahagia ini mengingat dalam hidupnya ia tak pernah dekat dengan lelaki manapun. Dan ia berharap bahwa suatu hari nanti Troy akan mengubah status hidupnya menjadi seorang pacar. Meskipun hal itu memang tidaklah mungkin, mengingat ia merasa tak percaya diri karena banyaknya saingan yang mengidolakan sosok Troy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments