Episode 5

Zuarenz seketika saja langsung memutuskan begitu saja sambungan telepon itu secara sepihak, hingga membuat Mey langsung berdecak kesal.

“Ck, nyebelin banget sih ni cowok. Bisa gak sih dia ngomong baik-baik atau bilang makasih keg misalnya, aku kan udah jujur dan mau balikin dompet dia. Males bengat deh, mana aku harus kerumahnya lagi. Kenapa nggak dia aja yang kesini! Dia kayaknya bener-bener definisi cowok yang gak tau terima kasih dan ngerepotin orang!” gerutu Mey sekesal-kesalnya. "Mana aku gak tau pasti rumah dia dimana, kalo aku nyasar ke kuburan gimana?" 

Dengan penuh keterpaksaan maka Mey pun memutuskan untuk mengantarkan dompet milik Zuarenz sesuai dengan alamat lengkap yang tertera di kartu tanda pengenal. Setelah sekitar dua puluh menit waktu tempuh perjalanan, kini Mey baru saja turun dari gojek online yang telah mengantarnya ke lokasi, tak lupa ia pun mengucapkan terimakasih setelah ia membayar ongkosnya.

Seketika saja Mey pun langsung terpana seraya berdecak kagum setelah ia melihat pemandangan di depannya. Ia kembali menyesuaikan alamat rumah yang tertera di kartu nama dan ternyata sesuai dengan alamat rumah yang berada di depannya.

"Wow, mewah banget." decak kagum meluncur dari bibir Mey seraya menatap gerbang yang menjulang tinggi bak istana layaknya dalam sebuah film-film disney.

"Cari siapa, Dek?" terdengar suara seseorang yang membuat Mey seketika saja langsung terkesiap.

Mey melihat seorang satpam membuka gerbang seraya menatapnya penasaran, sebab ia malah bengong di depan gerbang tanpa mengatakan apa-apa.

"Ah, Pak. Kenalin saya Mey, Um... Saya sedang mencari… rumah teman saya namanya Zuarenz Galaksa, apa ini benar rumahnya?" tanya Mey memastikan.

"Oh, iya benar ini rumahnya."

"Um… Saya boleh ketemu sama Zuarenz gak, Pak? Dia ada di rumah, 'kan?" tanya Mey dengan sesopan mungkin.

"Adek siapanya Tuan muda, ya?" tanya si satpam penuh selidik.

"Ah, saya... Um... Teman, ya saya temannya." jawab Mey asal-asalan seraya cengengesan tak jelas.

Si satpam manggut-manggut seraya ber-oh panjang. "Oh ya sudah, mari ikut saya." si satpam akhirnya mengarahkan Mey untuk masuk dan dengan sedikit ragu-ragu ia pun langsung mengekori langkah si satpam.

Si satpam mengantar Mey sampai teras depan, kemudian si satpam pun berpamitan sebentar padanya untuk memanggil seorang ART di rumah itu.

"Adek tunggu disini dulu, ya? Saya mau panggil si Bibi dulu, biar nanti beliau yang akan membantu memanggil Tuan muda untuk ketemu dengan Adek." kata si satpam bergegas pamit, sementara Mey hanya mengangguk patuh seraya tersenyum.

Si satpam berlalu meninggalkan Mey seorang diri menuju pintu belakang, sementara ia hanya bisa menunggu dengan pandangan matanya yang tak teralihkan dari rumah megah itu. Rumah dua tingkat dengan pilar-pilar putih yang kokoh berpadu dengan jendela-jendela besar. Halamannya yang luas dengan rumput hijau dan banyaknya bunga-bunga yang beraneka ragam, hingga membuat pemandangan semakin asri dan juga indah.

Mey tersenyum dan membayangkan bahwa suatu hari nanti, ia bisa memiliki rumah mewah seperti yang sedang ia lihat yang bisa ia tempati dengan ibunya. Sampai akhirnya ia langsung dibuat terkejut setelah si satpam kembali tapi dengan membuka pintu utama.

Klek!

"Kebetulan si Bibi nya lagi ke pasar, jadi biar saya saja yang panggil Tuan muda, mari masuk," ajaknya mempersilahkan.

Dengan sedikit gugup, Mey pun mengikuti langkah si satpam untuk masuk ke dalam rumah mewah yang super megah itu.

"Duduk dulu, biar saya buatkan minuman." ucapnya.

"Oh, nggak usah repot-repot, Pak" tolak Mey langsung dengan sopan. "Lagi pula saya cuma sebentar aja, saya cuma pengen kembalikan dompet Zuarenz yang jatuh."

"Ah, begitu ya? Ya sudah, kalau begitu saya panggilkan Tuan muda dulu dan Adek bisa duduk dulu disini sambil menunggu." ujarnya.

Mey mengangguk seraya tersenyum, kemudian ia pun duduk di salah satu sofa yang sangat begitu empuk dan nyaman.

Si satpam pun langsung bergegas menaiki lantai atas untuk memanggil Zuarenz, sementara Mey duduk dengan tenang di sofa seraya menunggu Zuarenz datang seraya melihat-lihat sekitar dengan binar mata cemerlang penuh kagum.

Sampai akhirnya beberapa menit kemudian si satpam pun kembali menuruni anak tangga dan berjalan ke arah Mey, hingga membuatnya langsung bangkit berdiri.

"Kata Tuan muda, Adek naik ke atas saja."

"Hah? Maksudnya gimana ya, Pak?" Mey menggaruk tengkuknya dengan ekspresi kebingungan.

"Adek, naik saja. Tuan muda tadi sedang main game jadi beliau meminta Adek untuk naik ke atas saja, ke kamarnya." jelas si satpam, hingga membuat Mey langsung menelan air liurnya perlahan sambil tersenyum kikuk.

"Oh begitu, ya. Um… Pak, saya boleh minta tolong aja gak sama Bapak buat bantu kembalikan dompet Zuarenz, soalnya saya nggak bisa naik ke atas karena saya buru-buru." pinta Mey dengan sesopan mungkin.

"Maaf sekali lagi ya, Dek. Kata Tuan muda tadi pesan sama saya, katanya Adek sendiri yang harus antar dompetnya."

"Hah? Jadi Zuarenz bilang begitu?" Mey bertanya dengan tatapan tak percaya, sementara si satpam mengangguk mantap.

"Iya, Dek."

Mey larut dalam pikirannya, ia hanya diam dan tampak berpikir dengan ragu-ragu.

"Adek tinggal naik saja ke atas, lalu belok kanan dan itu kamarnya Tuan muda." instruksi sang si satpam. "Saya tinggal dulu, ya Dek. Mari," pungkasnya yang langsung berlalu begitu saja.

Mey yang hendak bertanya kembali langsung urung, sebab si satpam sudah berjalan jauh. Mwy berpikir sejenak sampai akhirnya ia pun memantapkan hati untuk naik ke lantai atas. Meskipun jujur, ia sangat begitu deg degan sekaligus bercampur dengan rasa kesal karena Zuarenz memintanya naik.

Tap… Tap… Tap…

Rumah yang terlalu sepi membuat derap langkah sepatu Mey terdengar saat ia menaiki anak tangga dengan ayunan langkahnya yang gamang. Ia mengikuti instruksi dari si satpam mengenai kamar Zuarenz sampai akhirnya setelah ia belok kanan ia melihat pintu kamar yang sedikit terbuka.

Mey menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan saat ia menghentikan langkahnya sesaat. Ia kembali memantapkan hati lalu ia pun kembali meneruskan langkahnya dengan yakin.

Tap… Tap… Tap…

Tok... Tok... Tok...

Mey mengetuk pintu kamar itu yang sedikit terbuka, sampai akhirnya sosok itu pun muncul dan membuka pintu kamarnya dengan lebar hingga membuat Mey langsung tersentak kaget saat itu juga. Apalagi saat ia melihat sosok Zuarenz yang berdiri di depannya dengan penampilan yang terlihat menyeramkan.

"Astagfirullahaladzim." kejut Mey dengan spontan hingga membuat Zuarenz langsung mengernyit karenanya.

"Kenapa lo? Emangnya gua hantu." komentarnya kecut.

"Ah, nggak. Habis nya kamu malah bikin aku kaget." ucap Mey dengan gugup.

Seketika saja Zuarenz pun langsung menamprakkan telapak tangannya tepat di depan Mey. "Mana dompet gua?" pintanya ketus.

Dan dengan gugup Mey menelan air liurnya perlahan, sebelum akhirnya ia merogoh tas nya untuk mengambil dompet milik Zuarenz.

"Nih," Mey mengembalikan dompet itu tepat di tangan Zuarenz.

Dengan tatapan penuh intimidasi, Zuarenz pun langsung mengecek dompetnya untuk memastikan semua isi dompetnya hilang atau masih utuh.

"Aku sama sekali nggak ambil apa-apa dari dalam dompet kamu, kok. Tenang aja kali," tutur Mey yang berkata apa adanya.

"Maksud lo apa? Lo kira gua nuduh lo?" sinisnya.

Mey berdecih dan berusaha untuk tetap sabar menghadapi sikap Zuarenz yang menyebalkan.

"Kan, aku kan udah balikin dompetnya. Aku pamit ya?"

"Nggak!" tolak Zuarenz seketika.

"Loh, kenapa?" tanya Mey beralasan.

"Lo nggak bisa pulang sebelum lo, gua hukum!"

"Hah? Kenapa aku dihukum? Aku, kan udah balikin dompetnya langsung ke rumah kamu." Mey mengernyit bingung dan juga terperangah kaget.

"Lo pikir bakalan semudah itu?" ucapnya seraya tersenyum misterius ke arah Mey, hingga membuat Mey langsung menelan ludah penuh antisipasi karenanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!