Pagi-pagi sekali Olivia sudah membersihkan kamar kosnya. Rencananya hari dia akan berbelanja kebutuhan sehari-hari.
Olivia juga berencana membeli handphone agar bisa melamar pekerjaan.
Sudah sejak satu jam yang lalu Olivia berada di depan cermin. Gadis itu merasa risih karena harus memakai gaun seksi yang semalam dikenakannya. Apa daya, Olivia memang tak memiliki pakaian lagi.
Setelah berberes dia keluar dari kamarnya.
Sambil berjalan Olivia tersenyum kepada semua orang yang ia lewati. Perasaan begitu bahagia karena bisa terlepas dari ibunya.
Olivia tiba di parkiran motor para penghuni kos.
"Oh iya Bagaimana caranya ya aku bisa ke pasar membeli barang-barang kebutuhanku? Aku juga nggak tahu ke mana arah dan tujuanku saat ini karena baru kali ini aku datang ke kota ini."
Jarak antara tempat tinggal Olivia dan tempat tinggalnya saat ini hanya berkisar 30 km. Namun, selama ini Olivia tidak pernah pergi ke kota, Ia hanya tinggal bersama Revita dan menghabiskan 18 tahun di daerah pinggiran kota.
Olivia berhenti di teras kosannya .
"Ih aku mau ke mana, aku nggak tahu di mana pasar dekat sini. Kira-kira siapa ya yang mau nganterin aku. Mau minta tolong sama Om Oliver, aku aja punya nomer teleponnya."
Olivia bermonolog sambil memikirkan cara agar ia bisa pergi berbelanja.
Ketika mengamati sekelilingnya, tak sengaja ia melihat seorang pria muda sedang menaiki motor.
Olivia pun berlari kecil menghampiri motor itu.
"Mas!" Panggil Olivia tanpa sungkan.
Pria itu menoleh sambil memakai helm ke arah Olivia.
"Iya ada apa Mbak?"
"Mas mau ke mana?"
"Saya mau ke kampus mau kuliah Mbak."
"Kalau begitu saya boleh numpang?"tanya Olivia.
*Memangnya Mbak mau ke mana?"
Saya mau belanja Mas, beli baju beli sepatu, beli tas dan beli handphone. Kalau Mas mau temani saya saya kasih uang mas rp200.000 plus saya traktir makan."
Pria itu tersenyum mendengar tawaran Olivia. "Okelah Mbak, biar saya nggak kuliah hari ini saya akan temani Mbak lumayan dapat uang 200 ribu.''
"Janji ya Mbak sama traktir makan siang?"
"Janji tenang saja."
"Okeh Mas kalau begitu antar saya ya."
Olivia naik ke motor pria itu demi mendapatkan 200 ribu, pria itu rela tidak kuliah. Pria itu mengantar Olivia berbelanja semua kebutuhannya.
***
Oliver turun dari kamarnya menuju meja makan untuk sarapan bersama kedua orang tuanya.
"Selamat pagi Mommy , Selamat pagi Daddy ."
"Selamat pagi juga Oliver."
Oliver menarik kursi meja makan dan duduk di hadapan mereka.
"Kapan kamu pulang? Kok Mommy gak lihat kamu semalam?''
"Jam sebelas malam Mom."
Ngapain kamu pulang malam-malam, bukannya jam 06.00 kamu sudah tiba di sini ?
"Biasalah Mom anak muda."
"Oliver, kamu itu sudah ngak muda lagi. Kapan kamu mau melamar Silvia. Mommy nya sudah tanya-tanya. Lagian umur kamu sebentar lagi sudah memasuki kepala empat, dan kamu belum punya istri dan anak. Kamu adalah putra kami satu-satunya Oliver! Jika kamu tidak punya keturunan, siapa yang akan mewarisi perusahaan kita?!"
"Sebenarnya aku kurang sreg sama Silvia. Aku belum mau nikah karena belum menemukan pasangan yang cocok ."
"Oliver !" nyonya Regina berteriak kesal,
"Kamu itu mau sampai kapan membujang? Mommy dan Daddy sudah tua, kamu lihat sendiri kan, Daddy lamu saja sudah lumpuh dan sakit-sakitan, apa kamu tidak ingin punya keluarga dan memberikan cucu kepada kami?!" tanya Nyonya Regina dengan emosi.
Oliver menatap kesal kepada Nyonya Regina. Sebenarnya ia tak ingin makan malam atau sarapan bersama kedua orang tuanya. Karena selalu saja percakapan di meja makan itu membuat pertengkaran kecil dan berujung pemaksaan terhadapnya.
"Iya Mom, saat ini aku lagi mencari pasangan yang cocok. Jadi beri aku waktu sebentar."
Huft...Nyonya Regina menghempaskan nafas kasarnya.
"Selalu itu alasan yang kamu berikan. Bagaimana kamu bisa memiliki istri sementara kamu selalu sibuk bekerja, sibuk dengan hobi kamu, dan sibuk dengan teman-teman kamu yang nggak bener itu!"
Oliver mengunyah makanannya dengan santai sambil mendengarkan ocehan Nyonya Regina. Iya sudah sering mendengar ocehan itu.
"Kali ini, Mami berikan kamu kesempatan, sekali lagi. Jika dalam waktu satu bulan ini kamu gak punya calon istri, Mommy terpaksa melamar Silvia untuk kamu."
"Satu bulan?!"
"Iya satu bulan. Pokoknya di umur kamu yang ke 38 depan tahun, kamu harus sudah menikah titik!"
Oliver kembali melirik ke arah nyonya Regina sambil mengunggis rotinya karena kesal.
***
Mobil mewah Oliver tiba di perusahaan Cakra Buana.
Oliver turun dari mobil kemudian berjalan dengan gagah melewati koridor perusahaan Cakra Buana.
Untuk sampai ke ruang kerja nya, ia harus menaiki lift karena kantor CEO Cakra Buana berada di lantai 4 perusahaan itu.
Cakra Buana adalah perusahaan besar dengan cabang yang tersebar di seluruh daerah. Perusahaan itu memiliki banyak bidang produksi yang meliputi sandang dan pangan.
Karena kesibukan sebagai CEO yang mengurusi pabriknya berbagai daerah, Olivier hampir tidak punya waktu berkencan dengan wanita.
Wajah Oliver terlihat masam karena sejak dari rumah dia begitu kesal.
"Selamat pagi Tuan," sapa pria muda yang merupakan asisten Oliver .
"Lucan ! Ke ruangan saya !"
"Baik Tuan!"
***
Oliver dan Lucan mendarat kan bokong secara bersamaan di kursi yang terpisah.
"Lucan, kamu punya kenalan yang bisa saya ajak kencan untuk sementara waktu?" tanya Oliver .
"Maksud Tuan teman wanita gitu ?bukannya Tuan sudah punya calon istri ?"
"Aku tanya pada mu! buka memintamu bertanya pada ku."
"Tidak Tuan aku juga tidak punya teman wanita. "
Oliver menatap kesal ke arah Lucan .
"Tapi Tuan, bukannya semalam tuan pergi bersama seorang gadis cantik dan muda?"
Oliver menatap Lucan sambil mengkerutkan keningnya
"Dari mana kau tahu ?"
"Sandy yang bilang Tuan, katanya tuan muda punya sugar baby yang baru."
"Ehm, bisa-bisanya kalian menggosipkan ku ?"
"Tidak tuan Bukan maksudnya seperti itu .sandi hanya bilang kalau gadis yang bersama Tuhan semalam sangat cantik. Jika memang Tuhan mengenal Gadis itu kenapa tidak Tuan bawa saja menemui nyonya Regina."
Saking hafalnya permasalahan yang dihadapi Oliver, Lucan sampai tahu maksud Oliver mencari pasangan kencan.
"Benar juga, setidaknya aku bisa mengulur waktu sampai aku bener-bener mendapatkan calon istri yang aku inginkan."
Lucan tersenyum akhirnya dia bisa memberikan solusi untuk bos nya, sehingga Oliver tidak perlu marah-marah kepadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
auliasiamatir
jangan sampe mereka cem macem selama dekat yah
2023-09-06
0
Hanum Anindya
iya ngasih susi tapi malah nanti ribet sendiri. masa mau menikah dengan bapak biologis sih!
2023-09-03
2