Setelah membersihkan wajahnya, Revita berlari mencari keberadaan Olivia.
"Olivia! Olivia! di mana kamu!" teriak Revita
"Tunggu saja jika aku menemukanmu! akan kutarik rambutmu, dan ku arak ke jalan Raya!"
Revita terus saja mencari keberadaan Olivia. Namun tak juga mendapatinya.
Setelah berkeliling rumah dan tak mendapati mendapati jawaban Olivia Revita langsung berlari menuju jalan Raya.
Ia berlari keluar mencari keberadaan Olivia.
Namun, tak menemukan jejak Olivia sama sekali
"Sial! bisa-bisanya dia kabur!"
Mobil tuan Daniel perlahan memasuki halaman rumah Revita.
Revita kaget, dan panik ia tidak tahu harus berkata apa ketika melihat Tuan Daniel turun dari mobilnya.
Tuan Daniel tersenyum membuat Revita semakin gugup.
"Selamat sore Nyonya," sapanya dengan lembut.
"Selamat sore Tuan Daniel!" Revita menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
"Anda kenapa? kenapa sepertinya bingung seperti itu?"
" Ehm kalau begitu masuk dulu Tuan Daniel."
Revita berjalan melewati tuan Daniel yang bingung melihatnya.
Mereka duduk di sofa yang ada di ruang tamu.
"Mana olivianya?" tanya Tuan Daniel.
Revita menyimpul ujung blus yang ia kenakan.
"Olivia ...Olivia sudah melarikan diri tuan ."
'Apa katamu ?!'
"Iya tuan, Olivia bahkan berani menyemprot wajah ku dengan hairspray."
Tuan Daniel menatap geram Revita .
"Saya tidak mau tahu alasan anda nyonya, sungguh anda sudah sangat mengecewakan saya! "
"Ma-maaf tuan, saya tidak bermaksud mempermainkan Anda, tap Olivia sendiri melarikan diri"
"Sudahlah, saya tidak mau mendengar alasan anda, kalau begitu saya permisi, dan ini terakhir kalinya saya.datang ke tempat ini!"
"TuanDaniel." Segera beranjak dari tempat duduknya, menuju mobil mewahnya
Revita hanya bisa menghela nafas panjang, karena kepergian Olive membuatnya tidak bisa pensiun dari panggung dunia malam.
Sebenarnya Revita ingin memanfaatkan Olivia agar dirinya tidak lagi melayani pria hidung belang, karena saat ini dia sudah merasa bosan dan lelah menjadi penjaja Cinta.
Revita masuk dan menutup pintu rumahnya "Huhf lihat saja Livia, aku akan mencari keberadaanmu."
Revita kemudian meraih handphonenya mencoba menghubungi seseorang.
Dalam beberapa saat saja, sambungan telepon terhubung.
'Hallo ada apa nyonya?"
"Joko, Olivia melarikan diri itu berarti kita kehilangan uang kita. kamu segera cari Olivia! Dia pasti masih berada di sekitar sini karena dia tidak tahu jalan."
"Baik nyonya! saya akan kerahkan orang-orang untuk mencari keberadaannya."
"Bagus! kau harus segera menemukan Olivia," kata Revita seraya memutus sambungan telepon.
***
Setengah jam sudah Oliver berada bersama gadis asing yang di sampingnya .
Gadis itu masih terlihat bingung, karena ia selalu melihat ke arah luar jendela.
"Kau mau ke mana?" tanya Oliver seketika memecahkan kebisuan di antara mereka
"Saya mau ke kota Om, mau cari kerja."
"Cari kerja? Apa kau sudah izin sama orang tuamu?" tanya Oliver, karena ia tidak melihat gadis di sampingnya membawa pakaian ataupun koper .
Olivia hanya diam sembari kembali melihat-lihat ke arah luar jendela .
" Kau tidak dengar pertanyaanku?" tanya Oliver yang merasa terabaikan.
Pertanyaan Oliver kedua kalinya itu membuat Olivia tersentak kaget.
"Dengar Om, tapi aku nggak tahu harus menjawab apa."
" Sepertinya kau ingin kabur melarikan diri dari orang tuamu ya. kalau begitu aku antar kau ke rumah orang tuamu, tidak baik gadis sepertimu berkeliaran sendiri di jalanan."
Oliver hendak memutar mobilnya.
'Tunggu Om! jangan om jangan! pulangkan saya ke rumah orang tua saya."
"Kenapa? orang tua kamu pasti mencari kamu kan?"
Olivia menunduk sedih.
"Saya melarikan diri dari ibu tiri saya yang jahat. Saya mau mencari keberadaan ayah kandung saya,Om."
Oliver melirik wajah Olivia yang terlihat sedih.
"Ayah kandung Kamu tinggal di mana?"
lagi-lagi Olivia tidak menjawab.
"Gak Tau Om."
"Kamu nggak tahu?! tanya Oliver dengan heran.
"Iya Om," jawab Olivia lirih.
"Kalau begitu Siapa nama ayah kamu?"
Olivia tersenyum nyengir ke arah Oliver.
"Nggak tau juga Om, hehe."
"Astaga Bagaimana kamu bisa tidak tahu nama ayah kamu?! Bagaimana kamu bisa mencarinya?"
Olivia juga menggaruk-garukkan kepalanya, sepertinya memang suatu hal yang mustahil mencari keberadaan ayahnya, sementara ia sendiri tidak tahu nama dan alamat ayahnya.
Keadaan hening beberapa saat Oliver bisa menerka apa yang terjadi pada Olivia Karena itulah ia tidak ingin banyak bertanya tentang orang tuanya.
"Umur kamu berapa sekarang?"
"18 tahun Om."
"Kamu beneran mau kerja? atau mau kuliah.
Olivia tersenyum nyengir.
Sebenarnya mau kuliah Om, tapi nggak punya biaya.
kalau kamu mau kuliah saya bisa kuliahkan kamu.
'Jangan om kita kan baru kenal, nanti aja aku kuliahnya tunggu dapat kerja."
Oliver tersenyum. "Kalau begitu kita kenalan dulu," kata Oliver seraya menyodorkan tangannya.
"Olivia!"
Oliver sedikit kaget mendengar kemiripan nama mereka.
"Om siapa namanya?"Olivia balik bertanya.
"Oliver."
Olivia membelalakkan bola matanya kemudian ia tersenyum cengengesan.
"Pasti Om mau ledek aku kan? namanya dibuat mirip-mirip seperti aku."
Oliver hanya tersenyum kemudian ia mengambil sesuatu di laci dashboard mobilnya.
kemudian menyerahkan sebuah kartu tanda penduduk.
"Lihat sendiri kata Oliver."
"Oliver Gerryl," lirih Olivia membaca nama pria yang ada di sampingannya.
Olivia kembali tersenyum nyengir.
"Kenapa tersenyum?" tanya Oliver.
"Hehe ternyata Om masih bujangan."
Melihat senyum manis Olivia, Oliver ikut tersenyum.
"Emangnya kenapa kalau aku masih bujangan?"
"Hehe, Om itu umurnya hampir sama dengan Mami aku. Mami aku aja punya anak segede gini."
Oliver hanya menanggapi dengan tersenyum.
Om, Kenapa nggak nikah? tanya Olivia, ia mulai merasa asik ngobrol dengan pria yang baru dikenalnya itu.
"Belum ketemu jodoh?"
Hehe, Bener juga sih Om, orang kalau belum nikah itu berarti belum ketemu jodoh."
"Dan semoga saja hari ini aku bisa bertemu jodoh," sahut Oliver seraya lirik ke arah Olivia seraya tersenyum
Olivia langsung menoleh ke arah Oliver.
" Jangan bilang Om lagi modus ke aku, ya Om. Umur kita itu jauh berbeda, jadi sebaiknya Om nggak boleh goda-godain aku."
Haha, Oliver seketika tertawa renyah mendengar kepolosan Olivia.
"Jodoh itu tak memandang umur. Kalau sudah jodoh, pasti di satu kan Tuhan dalam sebuah pernikahan."
Oliver kembali melirik ke arah Olivia seraya tersenyum sambil menaik turunkan alisnya.
"Yang penting Om kan masih bujangan."
Olivia melirik ke arah Oliver yang mengedipkan matanya, kemudian ia mencak-mencak.
"Ah Om! bisa saja!.pasti mau godain aku!"kata Olivia sambil ngapak-ngapakan kakinya.
"Haha," terdengar tawarnya dari Oliver.
"Oke sekarang kamu mau ke mana Livia?"
"Aku mau mencari kos-kosan murah, anterin ya Om," Olivia dengan nada manja.
"Ya sudah kamu nginep di apartemen Om saja, kebetulan apartemen Om kosong."
"Gak mau lah, aku mau tinggal di kos-kosan saja."
"Ya sudah sebentar Om telepon seseorang dulu untuk mencarikan kamu kosan."
Oliver menghubungi seseorang, ia menyuruh anak buahnya untuk mencarikan kosan tempat tinggal Olivia
Setengah jam kemudian mereka tiba di kosan tersebut .
Oliver dan Olivia keluar dari mobil bersamaa,n kemudian mereka menghampiri dua orang pria yang terlihat sedang berdiskusi.
Setelah melakukan pembayaran untuk kos-an olivia, Oliver langsung pulang, sementara Olivia pun beristirahat di kamar kostnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
auliasiamatir
jangan sampe kamu apa apain olivia yah oliver, tar nyesel loh,
2023-09-06
0
auliasiamatir
mal seperti apa kau Revita
2023-09-06
0
Lia_Sriwijaya
Oliver itu ayah biologisnya Olivia pasti...
2023-09-02
2