Dariyah sang ibu mertua yang melihat pertengkaran anak dan menantunya hanya geleng-geleng kepala. Pasalnya wardiyo adalah seorang suami yang suka menjahili istrinya hingga merajuk. Sedangkan sureni yang suka sekali merajuk dan marah-marah jika suaminya menjahili dirinya. Dariyah yang melihat alika diam seperti patung didepan kamarnya akhirnya menghampirinya.
"Alika! Kenapa kamu diam saja? Ayo sarapan. Mumpung makanan nya masih hangat!" Titah sang ibu mertua dengan ramah.
"Ah iya bu." Lamunan alika buyar begitu saja saat mendengar suara dariyah kemudian melangkahkan kakinya sesuai perintah ibu mertuanya.
"Jangan kamu dengarkan ocehan mereka. Setiap hari mereka selalu seperti itu. Tapi tidak seperti yang kamu pikirkan!" Ujar dariyah pada alika agar tidak terlalu stres memikirkan ucapan sureni.
Alika bergegas ke kamar mandi. Namun dirinya ragu untuk membuang air kecilnya yang tanpa pintu dan dinding dikamar mandi itu. Alika yang ragu untuk masuk dilihat oleh wardiyo dan dariyah. Wardiyo berinisiatif ingin membantu alika berjaga di depan kamar mandi namun dicegah oleh sang ibu agar tidak berdebat lagi dengan istrinya. Dariyah tahu wardiyo adalah pria yang tidak bisa melihat wanita bening sedikit.
"Heh. Mau kemana kamu?" Tanya dariyah pada wardiyo yang akan menghampiri alika.
"Aku akan menjaga gawang dikamar mandi!" Jawab wardiyo yang dengan santainya melangkah menghampiri alika.
"Heh! Sudah kami duduk saja. Jangan mencari masalah dengan istrimu!" Titah dariyah yang kesal dengan tingkah anaknya itu.
"Alika! Kamu sedang apa berdiri disitu?" Tanya dariyah sambil melangkah mendekati alika.
"Aku! Aku ingin buang air kecil bu. Tapi tidak ada pintunya!" Sahut alika yang clingukan mencari pintu kamar mandi itu.
"Disini tidak memakai pintu. Hanya memakai kain penutup saja. Jika ingin mandi atau buang air kecil tinggal tarik saja kain nya lalu akan tertutup dengan sendirinya!" Ujar dariyah mengajari alika dengan ramah.
"Oooh baiklah bu. Trimakasih!" Sahut alika yang langsung masuk dan mengeluarkan hajatnya yang sedari bangun tidur sudah ditahan nya.
Setelah selesai alika keluar dari kamar mandinya. Semua mata melihat alika dari tetangga hingga orang yang berlalu lalang melewati jalan kecil dibelakang rumah tajudin pun melihat alika. Mereka memuji kecantikan alika yang ramping bahenol hitam manis dan berambut pirang. Dengan bibir yang tebal sedikit bervolume ditambah hidung yang mancung dengan mata lentik berbulu mata panjang. Membuat para pria yang melihatnya seakan ingin sekali memiliki alika yang seperti boneka barbie. Wardiyo yang sebagai kakak ipar nya saja sangat mengagumi kecantikan istri dari adiknya itu. Dengan rambut digerai alika berjalan melangkah ke meja makan dengan santai karena tidak ada darun dan tajudin di sana. Darun yang sedang bekerja disawah,dan tajudin yang sedang mencari kayu bakar disawah membuat alika sedikit mempunyai ruang untuk bergerak mengelilingi rumah itu. Dengan teliti alika melihat-lihat rumah tajudin yang sederhana namun bersih tak seperti rumah kumuh pada umum nya didesa. Alika menyantap sarapan nya sambil melihat ibu mertuanya sibuk mengerjakan pekerjaan nya dirumah.
"Alika! Apa benar kamu tidak bisa memasak?" Tanya wardiyo yang masih setia menemani alika dimeja makan.
"Iyaa. Aku tidak bisa masak. Jika masak telor atau mie instan sih aku bisa. Tapi jika harus memasak masakan seperti ini aku tidak bisa!" Sahut alika dengan santai nya sambil mengunyah makanan nya.
"Apa mau jika aku ajari kamu memasak?" Tanya wardiyo yang bersemangat ingin selalu berdampingan dengan alika.
"Apa? Kakak ingin mengajariku memasak?" Sahut alika yang kembali mengajukan pertanyaan.
"Iyaa. Mau tidak?" Tanya wardiyo memastikan.
"Tidak usah repot-repot mas yang mengajari alika memasak. Memasak itu tugas wanita. Jadi biar aku saja yang mengajarinya. Iya kan alika?" Ujar sureni yang tiba-tiba muncul membuat suaminya mati gaya.
"Hehehe terserah kalian saja!" Sahut alika yang tidak ingin ikut campur urusan mereka.
"Alika itu istrinya tajudin. Kenapa kalian jadi bertengkar sendiri ingin berebut mengajari alika memasak. Biarkan saja itu urusan tajudin ingin mengajari alika masak atau tidak. Kalian tidak usah repot sendiri. Urus saja rumah tangga kalian sendiri!" Ujar dariyah yang kesal mendengar perdebatan mereka."Alika! Selesai sarapan kembalilah ke kamarmu. Jangan keluar jika tidak ada kepentingan. Jika lapar makanlah. Jika ingin minum keluarlah lalu masuk kembali ke kamarmu. Jangan pernah berada diluar kamar ketika tajudin tidak ada dirumah!" Titah dariyah yang tidak ingin kakak beradik bertengkar hanya karena wanita.
"Iya bu! Aku sudah selesai makan. Bolehkah aku kembali ke kamar?" Tanya alika yang takut terkena omelan ibu mertuanya.
"Pergilah!" Usir dariyah yang tidak kasar.
Kini alika melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Wardiyo tidak bisa berkutik karena sureni masih mendampingi wardiyo agar mulut nya tidak omes pada alika. Sureni sangat kesal dengan suaminya yang tidak bisa melihat wanita bening sedikit. Wardiyo memang mahir dalam hal meluluhkan hati wanita termasuk sureni yang sudah menjadi istrinya. Alika yang baru tinggal dirumah itu belum mengenal sifat keluarga dirumah itu. Alika yang merasa bosan berada didalam kamar ingin sekali keluar. Namun dia takut dimarahi oleh ibu mertuanya. Kini waktu sudah menunjukan jam makan siang. Pintu kamar alika tiba-tiba terbuka lebar dengan kasarnya. Ternyata tajudin yang masuk ke dalam kamarnya. Alika terkejut dan langsung bangkit dari duduknya menatap tajudin dengan wajah merah berkeringat. Tubuh yang penuh dengan kotoran pasir. Bahkan ada juga semut kecil yang berjalan menyusuri tubuh tajudin. Alika yang melihat tajudin sangat berantakan hanya diam terpaku dengan mata yang berliuk-liuk mengikuti arah tajudin melangkah.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu? Apa aku sangat tampan dengan penampilan seperti ini?" Tanya tajudin yang sedari tadi melihat alika menatapnya tanpa bergerak.
"Isshh Narsis!" Gumam alika dalam hati tak mau menanggapi ucapan tajudin.
"Apakah seharian kamu hanya berdiam diri saja didalam kamar?" Tanya tajudin yang masih saja melihat alika berdiam diri dikamar.
"Tanyakan saja pada ibu mu. Dia yang menyuruh aku untuk diam didalam kamar!" Sahut alika yang tidak ingin disalahkan oleh suaminya.
Tajudin tidak menjawab ucapan alika dan langsung saja dia membalikan badan kembali keluar dari kamarnya. Dengan langkah santai tajudin menuju kamar mandi karena sudah sangat gerah seharian mencari kayu bakar dikebun miliknya. Selesai mandi tajudin menuju meja makan dan ingin makan siang. Saat mengambil piring lalu ibunya keluar dari kamarnya melangkah menuju sumber suara didapur. Dan ternyata dariyah melihat tajudin sedang makan siang dengan santainya tanpa memikirkan istrinya.
"Din! Alika tidak sekalian diajak makan?" Tanya dariyah yang melihat tajudin makan seperti satu minggu tidak makan.
"Biarkan saja! Jika lapar pasti akan keluar dengan sendirinya. Aku sedang malas berdebat!" Jawab tajudin yang masih kesal dengan alika.
"Jangan seperti itu. Dia anak orang. Jangan sampai sakit karena kamu cuekin seperti itu!" Ujar wardiyo yang tiba-tiba muncul dari belakang ibunya.
"Jika kakak merasa kasihan, kakak saja yang menyuruhnya makan! Jika bisa suapi sekalian seperti menyuapi anakmu!" Kesal tajudin dengan kakaknya yang selalu ikut campur urusan nya.
"Kakak hanya mengingatkanmu saja! Dia orang kota yang terbiasa di manja oleh orangtua nya!" Ujar wardiyo yang kesal melihat tingkah tajudin seperti anak kecil.
Tajudin tidak menanggapi ucapan kakak dan ibunya. Dia hanya fokus makan hingga menghabiskan tiga piring nasi dan empat gelas air putih. Tajudin memang rakus jika sudah berhadapan dengan makanan. Seakan perutnya tidak pernah kenyang jika sudah berhadapan dengan nasi. Alika yang belum lapar akhirnya memilih untuk tidur diatas kasurnya karena sudah sangat bosan.
...****************...
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Miss Ra
lanjut
2023-09-01
1