Alika sudah selesai membereskan pakaian nya ke dalam lemari dikamar tajudin. kemudian alika duduk di tepi ranjang dengan menundukan kepalanya karena masih menangis. Alika merasa dirinya selalu saja membawa masalah dimana pun berada. Tak berselang lama tajudin masuk ke kamarnya karena akan mengajak alika makan malam diruang makan. Saat tajudin masuk ke kamarnya dia sangat terkejut melihat alika yang sedang menangis sesenggukan.
"Alika! Kamu kenapa menangis?" Tanya tajudin mendekati alika dengan duduk disamping nya.
"Aku tidak apa-apa!" Sahut alika singkat tidak ingin menceritakan yang sesungguhnya.
"Sudah jangan menangis. Ayo sekarang kita makan malam. Semuanya sudah menunggu dimeja makan!" Titah tajudin pada alika sambil beranjak dengan menggandeng tangan alika.
"Ah. Maaf aku tidak lapar. Kamu saja yang makan!" Ujar alika menarik tangan nya kembali.
"Kalau kamu tidak lapar dan tidak mau makan. Maka aku juga tidak akan makan!" Sahut tajudin yang paham perasaan alika masih canggung pada keluarganya.
"Kenapa seperti itu? Kamu mau makan tinggal makan saja! Kenapa kamu mengikutiku untuk tidak makan?" Ujar alika yang tidak mengerti jalan pikiran tajudin.
"Hmm. Kamu istriku. Jika kamu lapar aku juga harus lapar. Dan sebalikanya. Jika kamu kenyang lalu aku lapar tidak masalah. Karena kamu tanggung jawabku!" Sahut tajudin memberi pengertian pada istrinya.
"Sudah ayo makan! Aku tahu kamu sudah lapar sekali!" Ajak tajudin dengan menarik tangan alika perlahan melangkah keluar dari kamarnya.
Akhirnya alika menuruti dan mengikuti langkah tajudidn dari belakang. Alika selalu menunduk saat berhadapan dengan keluarga tajudin. Alika merasa dirinya sama sekali tidak diterima dengan baik oleh keluarga tajudin terutama darun ayah tajudin. Tidak ada pembicaraan selama dimeja makan. Hanya suara dentuman sendok dan air yang ditumpahkan kedalam gelas. Semuanya terdiam saat ada alika diantara mereka. Setelah alika selesai makan dia tetap diam dan menunduk menunggu suaminya selesai makan. Tak berselang lama tajudin menyelesaikan makan malamnya. Dan mengajak alika mengobrol.
"Alika! Kamu masih ingin bersantai atau istirahat dikamar?" Tanya tajudin yang duduk disebelah alika.
"Terserah kamu saja!" Jawab alika dengan posisi kepala yang masih menunduk.
"Yaa sudah. Ini sudah jam sembilan. Sebaiknya kamu istirahat. Besok harus bangun pagi!" Ujar tajudin dan mengajak alika kembali ke kamarnya.
Alika pun mengikuti tajudin seperti bayangan nya. Alika tak berani berkata apapun didepan keluarga tajudin. Alika takut dirinya akan salah bicara dan akan semakin membuat masalah dirumah itu. Kini alika sudah berada dikamar bersama tajudin. Sebelum alika mengganti pakaian nya alika sudah tidak tahan untuk buang air kecil. Dirinya gelisah,ingin keluar sendiri namun tidak tahu kamar mandinya sebelah mana. Karena dari awal datang alika tidak melihat ada kamar mandi dirumah itu.
"Mm Kak! Aku ingin buang air kecil." Ujar alika sambil blingsutan menahan nya sedari sore.
"Oohh ayo! Saya antar!" Sahut tajudin yang paham bahwa alika belum tahu kamar mandinya.
Tajudin membuka pintu kamarnya diikuti alika dari belakang. Tajudin memerintahkan alika untuk memakai sandal jepit agar kakinya tidak kotor karena tanah. Kemudian tajudin menggandeng alika sambil menyalakan lampu kamar mandi. Alika yang di gandeng melihat-lihat sekitar dan alika merasa heran. Kenapa rumah dan kamar mandinya terpisah. Alika melangkah sesuai arahan tajudin. Alika melihat ada bangunan kecil disamping rumah tajudin tanpa pintu dan hanya dibatasi dengan dinding bambu. Hanya kain penutup untuk sekedar menutupi kamar mandi itu. Baru pertama kali ini alika hidup didesa dengan suasana dingin dari pegunungan. Alika tak berani bertanya pada tajudin apa yang ada diotaknya. Alika yang merasakan air nya sangat segar akhirnya membuka kerudungnya dan mencuci wajah hingga leher agar dirinya terasa segar. Setelah selesai dengan ritualnya dikamar mandi akhirnya alika kembali ke kamar didampingi oleh tajudin. Sesampai nya dikamar alika bingung bagaimana caranya dia berganti pakaian. Sedangkan tajudin masih setia duduk ditepi ranjang yang terus memandangi alika.
"Bisa keluar sebentar? Aku ingin mengganti pakaianku dulu!" Ujar alika yang risih terus dipandang oleh tajudin.
"Aku suami mu! Kamu telanjang didepanku saja sudah halal bagiku! Kenapa kamu menyuruhku keluar dari kamarku sendiri?" Jawab tajudin dengan nada yang dingin dan datar.
"Tapi aku risih jika kamu terus memandangiku seperti itu!" Sahut alika semakin kesal.
"Gantilah bajumu! Aku tidak akan melihatmu!" Ujar tajudin lalu membalikan badan berbaring memunggungi alika.
"Alika langsung saja mengganti pakaian nya dengan cepat dan tergesa-gesa sebelum tajudin melihatnya. Namun saat alika sedang mengganti pakaian nya tiba-tiba tajudin menariknya dari belakang dan menindih alika begitu cepat."
"Aaakh!" Alika terkejut karena tubuhnya sudah dibawah kungkungan tajudin."Mau apa kamu! Lepaskan aku!" Protes alika seraya mendorong dada bidang yang berada dihadapan nya.
"Aku tidak akan melepaskan mu karena malam ini aku akan meminta hakku sebagai suami!" Ujar tajudin dengan suara yang berat karena sudah menahan nya sejak satu minggu yang lalu.
"Aku tidak mau!" Tolak alika sambil terus mendorong tajudin agar menyingkir dari hadapan nya.
"Kamu selalu menolakku setiap malam! Tapi malam ini kamu tidak bisa menolak nya lagi!" Ucap tajudin seraya memegangi tangan kanan dan kiri alika ke atas agar tak bisa berontak.
"Aku ti Emp..!" Saat alika akan bicara bibirnya sudah lebih dulu dibungkam oleh tajudin dengan begitu rakusnya.
Tajudin mencium bibir alika dengan kasar karena sudah sangat tidak sabar dari awal malam pertamanya. Tajudin terus saja menjajahi alika dengan menghisap leher dan bagian dada alika. Saat akan menghisap gunung kembar milik istrinya tiba-tiba alika menjambak rambut tajudin dan menampar wajahnya dengan keras.
"Plaakk!"
"Dasar suami kurangajar! Bisakah kamu bersabar lebih sedikit untuk meminta hak mu dengan lembu! Jangan pernah berlaku kasar padaku!" Emosi alika tidak memperdulikan situasinya yang sudah sunyi karena semuanya sudah tertidur.
"Beraninya kamu menamparku! Aku sudah cukup bersabar untuk mendapatkan hak ku sebagai suami sejak awal pernikahan kita! Tapi apa yang aku dapat? Kamu selalu menolak saat aku meminta nya!" Teriak tajudin yang sudah menahan emosinya sejak satu minggu yang lalu.
"Aku memang istrimu! Tanyalah lebih dulu apakah aku sudah siap untuk disentuh olehmu atau belum! Jangankan melakukan nya. Disentuh oleh pria pun aku tidak pernah! Pahamlah situasiku sedikit! Jangan kasar seperti ini!" Ujar alika dengan mata berkaca-kaca menahan emosinya.
"Aku mohon alika! Jangan menyiksaku seperti ini!" Sahut tajudin seraya memeluk alika dan kembali mencumbui bibir sexy alika yang tebal dan bervolume itu.
"Emp.." Alika sudah tidak bisa mengucapkan katanya karena mulutnya sudah dibungkam lebih dulu.
"Emp..aakhh!" Jangan seperti ini tajudin! Jika kamu terus memaksa maka aku akan pergi dari rumah ini malam ini juga!" Ancam alika agar tajudin tidak lagi berbuat kasar padanya.
"Sampai kapan aku harus menahan nya!" Kalut tajudin yang sudah tidak sanggup menahan hasratnya.
"Tunggulah sampai aku siap!" Ujar alika penuh penekanan.
Tajudin mengusap kepalanya kasar karena frustasi. Dia tidak tahu lagi bagaimana caranya merayu alika agar mau memberikan hak nya pada tajudin. Setelah alika mengancam tajudin dirinya langsung menjatuhkan dirinya kasar diatas kasurnya. Alika tidak memperdulikan tajudin yang sedang frustasi menahan hasrat nya. Sebenarnya alika bukan tidak ingin memberikan hak suaminya. Namun alika masih takut untuk melakukan nya. Karena banyak orang yang bilang bahwa saat melakukan nya terasa sakit yang begitu luar biasa. Alika belum terlalu berani untuk melakukan nya. Demi menjaga dirinya sendiri alika seakan bersikap berani meskipun harus menahan tubuhnya yang gemetaran dengan jantung yang berdetak kencang tak beraturan.
...****************...
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
ᏦᎯᎿᏃᎬ
sabarlah tajudin
2023-10-10
0
Miss Ra
lanjut
2023-09-01
1