“ Duh panas pisan euy”, Inka mengipas badannya dengan tangan.
Saat ini jam olahraga dan kami sedang duduk di bawah pohon rindang dekat lapangan basket sekolah, menonton para laki-laki dari kelas kami bermain bola.
“ Iya ya. Matahari seperti bersinar terik di atas kepala saja”, Nita seorang temanku yang lain ikut mengeluh.
Aku yang juga kepanasan hanya diam saja, tidak ikut berkomentar. Sepertinya jika bersuara, mulutku akan makin kering dan membuang energi yang tidak perlu.
Sambil terus menatap ke tengah lapangan, aku mendengarkan percakapan teman-teman cewekku ini. Mereka selalu punya gosip terbaru dan terkini, mengalahkan papan buletin sekolah.
Tapi kalau boleh jujur, fokusku sedang tertuju kepada satu orang, yang dengan lincahnya mengoper bola ke sana kemari. Tentu saja Kana, siapa lagi.
Sebuah pikiran terus berputar di dalam kepalaku, saat berada di luar sekolah Kana tampak ramah dan lembut, jadi aku lebih mudah untuk berkomunikasi dengannya.
Tapi kalau sudah berada di lingkungan sekolah Kana seperti orang yang berbeda dengan kepribadian yang begitu dingin, cuek, bahkan suka mengintimidasi. Kenapa dia seperti itu ya? Aku terus bertanya kepada diriku sendiri.
Apa mungkin Kana memiliki kepribadian ganda? Pikiran jelekku mulai muncul. Tapi aku menepis pikiram itu, aku kembali berkonsentrasi menatap Kana yang sedang bergembira karena mencetak poin.
“ Eh tau gak? Ada gossip baru euy”, Nita mulai mengeluarkan bahan paling panas di siang terik ini.
“ Apa ?”, Inka yang memang doyan bergosip langsung menajamkan semua panca inderanya.
Begitu juga dengan beberapa temanku yang berada di dekat kami. Mereka langsung merapatkan barisan, berhimpitan seperti lupa udara sedang panas-panasnya.
“ Kemarin si Helmi mutusin pacarnya yang kaya itu”, Nita memulai pembicaraan. " Uh . . . Heboh pisan di depan sekolahan", Nita menambahkan.
Aku yang memang tidak terlalu tertarik dengan gosip ini hanya pura-pura menyimak, padahal fokusku sedang berada di tengah lapangan sana. Melihat Kana yang mulai mengangkat bajunya, menunjukan perutnya yang cukup terbentuk untuk anak usia SMA. Sepertinya dia rajin berolahraga. Aku hanya bisa menghela nafas ringan untuk mengagguminya.
“ Masa? Katanya mau tunangan setelah lulus”, Inka menimpali seperti bumbu penyedap rasa.
“ Emmm…”, Nita menggeleng kuat. “ Katanya Helmi gak mau, katanya lagi si cowoknya saja yang kecintaan sama dia”, Nita mendramatisir cerita dan sebagai narasumber terpercaya tentu saja para pendengar termakan omongan ratu gosip ini.
“ Aduh kasihan ya.. di campakan”, temanku yang lain menimpali seperti garam yang di tabur di atas tumisan sayur.
“ Dan yang paling menarik adalah….”, Nita menyampaikan informasinya dengan sedikit mengulur-ulur supaya terkesan lebih penasaran.
Dan tentu saja para penikmat gosip di sebelahku ini termakan pancingan Nita. Wajah mereka tegang seperti akan mendengar kabar kelulusan UN.
“ Apa? Cepetan”, Inka tidak sabaran.
Nita terkekeh senang melihat reaksi yang muncul. Aku masih menatap Kana yang sedikit menghentakkan kakinya dengan kesal karena gagal mencetak gol.
“ Helmi mutusin cowoknya karena Kana. Katanya dia jatuh cinta pada pandangan pertama sama Kana”, Nita berbicara dengan penuh keyakinan, bak seorang reporter profesional baru saja berhasil mendapat berita dari artis terkenal.
Mendengar nama Kana di sebut aku langsung memasang telinga dan ikut mendengarkan. Nama Kana seperti menjadi magnet untukku, walaupun aku tidak mengakui bahwa aku suka Kana, tapi aku tentu tidak mau ketinggalan gosip terbaru tentang Kana.
“ Duh gusti teu boga isin hah¹? Kan dia sudah di tolak Kana waktu itu", Inka mangkel.
“ Iya ya. Bukannya si Kana sudah nolak dia di depan umum ya. iih....dia mah kalau udah mau pasti harus di dapetin”, temanku yang lain menimpali.
Aku terdiam mendengarkan pembicaraan itu. Helmi yang di maksud adalah anak kelas bahasa yang tajirnya tidak ketulungan dan sangat cantik. Kalau dia lewat semua mata tertuju kepadanya. Tatapan kagum dari para kaum Adam dan tatapan sirik dari para kaum Hawa.
Tapi kalau memang benar Kana menolak Helmi, kemungkinan besar Kana pasti punya pacar. Karena Helmi adalah tipe cewek yang tidak mungkin di tolak oleh pria manapun. Semua ada padanya, cantik, kaya, seksi, pintar.
Aku menggeleng pelan, yang sejenis Helmi saja di tolak, apalagi yang seperti aku. Aku mulai pesimis.
Para lelaki yang sudah penat, mulai berhenti bermain bola. Beberapa ada yang langsung ke kantin dan beberapa lagi termasuk Kana menuju ke pinggir lapangan di dekat kami.
Teman cewekku masih bergosip dan aku melihat ke arah Kana yang langsung mengedipkan sebelah matanya kepadaku.
Jujur saja aku yang rada salting dan kaget langsung memalingkan wajahku ke arah lain. Rasanya pipiku panas karena malu, aku takut dia sedang mencobai aku.
Aku harus kuat tidak boleh lemah seperti gadis lain, Kana tidak boleh tau aku suka padanya. Kalau aku di tolak atau tiba-tiba Kana cuek karena tau perasaanku, bisa gawat. Aku pasti bakal malu seantero sekolah.
Cewe-cewe di sekitarku masih berceloteh dengan hebohnya seperti anak ayam baru keluar kandang. Tidak menyadari apa yang terjadi kepadaku, aku sedikit bersyukur untuk itu.
" hadeuh, budak awéwé ieu ngan gosip². Olahraga kek atau siapin air kek buat kita-kita", Iwan salah seorang teman kelasku berkomentar saat melihat kerumunan kami yang berisik.
Inka yang merasa tidak terima di katain langsung menjawab. " Yee, sirik wae. Lagian panas, mana ada olahraga panas-panas. Mau air ? sono ke kantin, punya kaki kan. Rese", Inka marah-marah.
Iwan yang jahil semakin senang karena di tanggapi. "Hadeeh, takut matahari. Kalau Helmi sih iya kan dia cantik, berkilau. Lah ini, sudah jelek takut matahari", Iwan menggelengkan kepala. Membuat para lelaki di sekelilingnya tertawa puas.
Nita yang kesel langsung berdiri dan melemparkan sejumput rumput ke arah gerombolan Iwan. " Heeh, Gelo pisan. Emang kamu kira Helmi mau sama kamu. Geloo", Nita marah-marah.
" Diihh emosian, jelek", Iwan makin meledek di sambut tawa para lelaki di sekitarnya termasuk Kana.
" Udah ah, yuk ke kantin teman-teman. Panas aing di sini, ketemu setan penghuni neraka", Nita kesal.
" Yuk ah..", Inka menyahut lalu menarik tanganku. Kami bergerombol menuju ke kantin sekolah meninggalkan para lelaki yang masih tertawa nyaring.
***
Setelah olahraga kami mengikuti pelajaran terakhir yaitu Biologi. Bayangkan saja betapa malas dan ngantuk nya aku. Rasanya ingin pulang dan tidur saja.
"Selamat siang anak-anak", sapaan guru Biologi membuatku langsung membuka mata dengan lebar.
" Selamat siang bu guru", sahut seisi ruangan.
"Baik. Maaf karena saya menukar jam pelajaran biologi dengan olahraga. Sekarang siapkan buku teks kalian dan kumpulkan tugas minggu lalu", ibu guru biologi mulai bersabda.
Setelah melalui pelajaran yang aku rasa berjam-jam, padahal hanya sebentar. Akhirnya sang guru menutup semua pidato pelajarannya dengan pembagian kelompok dan tugas.
" Saya sudah menghitung total murid dan membaginya dalam beberapa kelompok. Tolong ketua kelas pembagian kelompoknya di share d grup kalian. Dan tugas masing-masing grup yang terdiri dari 2 orang ini sudah saya plot juga. Jadi silahkan di amati dan tolong buatkan laporannya lengkap makalah. Kumpulkan di tanggal yang sudah di tentukan. Baik, selamat siang ", ibu guru menutup pidatonya dengan senyum lebar tanpa melihat beban di wajah muridnya.
" Terima kasih buuuuu....", seisi kelas memberi salam.
Sepeninggalan guru, kelas menjadi sedikit ricuh karena pembagian tugas kelompok.
" Ahhh aku gak sama kamu lagi bebh", Inka terlihat sedih.
" Oh ya.. Aku sama siapa ?", aku kepo melihat ke ponsel Inka.
" Kamu sama Kana", Inka tertawa kecil.
Aku membaca dengan teliti daftar nama kelompok di sana. Apa yang di katakan Inka benar, aku sekelompok dengan Kana dan akan meneliti tentang pertumbuhan bawang merah selama 4 minggu. Selama itu aku akan bersama dengan Kana merawat bawang merah dan menyusun laporan.
Aku duduk tegak kembali di kursiku. Ada sedikit rasa aneh di hati yang menjalar ke perutku. Aku menengok ke arah Kana untuk melihat reaksinya seperti apa saat tau akan sekelompok denganku.
Tapi yang di tatap sedang sibuk tertawa-tawa bersama Iwan dan yang lainnya. Ada sedikit rasa kecewa di hatiku melihat reaksinya. Mungkin ini hal yang biasa bagi Kana. Aku saja yang terlalu bersemangat dan heboh sendiri.
'Aduh buat malu saja kamu Awan. . . Dianya biasa aja kok !' aku memaki di dalam hati.
" Yuk pulang Awan, enaknya kita ngebakso dulu di depan. Yuk ah... Aku laper", Inka merengek menarik-narik tanganku yang sedang sibuk mengemasi peralatan tulis.
" Iya... Bentar", aku cepat-cepat merapihkan bukuku.
Aku dan Inka berjalan beriringan untuk keluar kelas saat Kana memanggilku. "Awan".
Aku berhenti dan melihat ke arahnya. " Ya?", sahutku.
Kana sedikit mendekat ke arahku, aku bisa merasakan wangi parfumnya masuk ke dalam indera penciumanku. " Aku ke rumah kamu sore ini jam 4", kata Kana tanpa aba-aba.
Dengan spontan aku menyahut "Ngapain?".
Kana menatapku dengan tatapan aneh seperti saat di museum Zoologi. " Tugas kelompok", jawabnya singkat dan pasti.
sepersekian detik aku langsung tersadar dan menyesal dengan kelemotan ku sendiri.
' Duh Awan, malu-maluin saja' aku ngedumel di dalam hati.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
hasiyah Jimi hasiyah jimi
👍👍👍👍
2023-10-23
0