Paus Biru

Setelah hari melihat rusa apakah aku dan Kana menjadi akrab? jawabannya tidak. Kami tidak akan bisa akrab semudah itu. Itu semua bukan karena aku yang menolak, tetapi sifat Kana yang tidak bisa di tebak.

Besoknya dia terlihat dingin bin cuek seperti biasanya dan aku berusaha tidak peduli.  Hanya saja kadang aku sedikit terpesona pada auranya. Siapa yang bisa menolak senyumnya di pagi hari? Siapa yang bisa menolak panggilan suaranya yang berat dan dingin? Walaupun aku terintimidasi tapi aku tidak bisa berbohong, kadang aku berharap dia lebih sering memanggilku.

Saat pergi bersamanya aku menyadari bahwa dia cukup berbeda, tidak seperti saat di kelas. Kepribadiannya sedikit hangat, lembut dan murah senyum. Hanya saja terkadang aku tidak bisa menebak arti senyumannya. Apakah dia bahagia atau memang senyum adalah sebuah kebiasaan baginya. Aku benar-benar penasaran pada Kana.

“ Kamana kamari?¹”, Inka bertanya padaku dengan bahasa sunda. 

“ Ningali Kijang di kebon raya Bogor”², jawabku sambil terus menulis di buku. 

“ Gelo, aneh pisan³. Aku kira kamu di ajak kencan”, Inka menatap aneh ke arah Kana yang sedang tertawa bersama komplotannya di kursi belakang. 

“ Kencan apa, Gak mungkin dia ajak aku kencan. Mungkin kemarin itu dia lagi bosan aja sama hidupnya, makanya aku di ajak liat-liat rusa. Jangan buat gosip ah... ”, aku menjelaskan pada Inka dan berharap gadis di sampingku ini tidak akan menyebarkan gosip ke mana-mana. Aku pasti akan langsung di musuhi satu sekolahan.

Inka mengangguk paham. “ Kamu tau Helmi? anak kelas bahasa”, terang Inka. 

“ Iya, aku tau. Yang terkenal seantero sekolah karena kaya dan cantik itu kan?”, jawabku enteng sambil merapikan semua peralatan tulis di atas meja dan mulai memasukannya satu-satu ke dalan kotak pensil milikku.

“ Cantik dari mana? itu karena makeup saja”, celah Inka sirik. “ Kamu tau gak, ada gosip katanya dia suka banget sama Kana. Dia berusaha dekati Kana tuh dengan segala cara, tapi dicuekin Kana”, Inka berkata sambil tersenyum puas karena si tampan tidak peduli pada Helmi.

Aku mengangguk sok paham dengan gosip itu. “ Lalu?”, aku memberikan reaksi datar. Jujur saja aku tidak terlalu tertarik mendengar gosip-gosip seperti ini.

Karena kadang gosip itu datang hanya dengan 1 kalimat, tapi saat sampai di telinga orang lain gosip itu sudah bisa terangkai menjadi 10 kalimat. Ada bumbu yang di tambahkan di sana dengan kejam.

“ Kalau nanti dia lihat kamu sering pergi dengan Kana pasti langsung emosi dia”, Inka memprediksi. 

Aku tertawa pelan. “ Perginya cuma sekali kemarin buat apa dia emosi”, jawabku santai. 

“ Iya juga sih”, Inka mengangkat bahunya sadar bahwa sahabatnya tidak mau diajak bergosip di siang bolong yang terik ini. 

***

Aku berjalan pulang sekolah sendirian, Inka dijemput pacarnya sepertinya mereka akan pergi jalan-jalan. Aku berhenti dan berdiri dibawah pohon yang cukup rindang, sendirian menunggu angkot yang biasa aku tumpangi lewat. 

Kana dengan motornya berhenti di depanku. Kana seolah menatapku dari balik helm full face nya. Dia lalu menyerahkan helm yang kemarin aku pakai ke arahku tanpa bicara sedikitpun. 

Bukannya mengambil helm itu aku malah menatap ke belakang motornya berharap angkot yang aku tunggu muncul. Karena tidak sabar Kana melepas helmnya sendiri dan ikut melihat ke belakang motornya. 

“ Angkot tidak akan datang, aku suruh mereka jangan datang”, kata Kana serius. 

“ Apaan sih”, aku heran mendengar Kana.

Awalnya aku salah satu yang mengidolakannya. Tetapi setelah merasakan intimidasi yang dilakukannya selama beberapa hari ini, rasanya semua perasaanku luntur dan adanya cuma waspada dan sedikit terpesona. kadang-kadang penyakit gagu itu kambuh.

“ Aku antar”, kata Kana. Bukan ,menawarkan tapi memberikan perintah. 

“ Tidak terima kasih, aku mau naik angkot saja”, kataku saat melihat angkot muncul di ujung sana. 

Kana menatap ke arahku dengan wajah datar saat  aku  langsung masuk ke dalam angkutan umum itu. Aku merasa lega karena bisa terlepas dari Kana tetapi bukan Kana namanya kalau tidak teguh pada perkataannya. 

Kana mengendarai motornya di samping angkot yang aku tumpangi dan meminta sopir untuk berhenti di pinggir jalan. Aku hanya melotot ke arahnya saat dia berbicara dengan sopir angkot itu.

“ Ada apa dek? bahaya seperti itu”, kata si sopir. 

“ Punten⁴ kang. Gadis cantik di belakang itu pacar saya, lagi marah. Saya bayar angkotnya biar dia turun”, jelas Kana tanpa malu. 

“ Oh gitu. Ya udah”, sopir itu langsung pengertian saat Kana menyerahkan selembar uang 10 ribu ke arahnya.

“ Kembaliannya dek”, kata sopir. 

“ Ambil saja kang. Hatur nuhun⁵”, kata Kana lalu berjalan mengitari angkot menungguku keluar dari angkot. 

Aku dengan berat hati keluar dari angkot karena malu dengan tatapan penumpang lain ke arahku, tatapan tajam ibu-ibu di dekat pintu seolah-olah berkata ‘ anak jaman sekarang bukannya sekolah malah pacaran’.

Saat berdiri di samping Kana aku menghela nafas kesal. “ Kamu ngapain sih kayak tadi. Malu tau”, aku mengomel. 

Kana tersenyum. “ Aku mau antar kamu pulang, kan sudah aku bilang tadi. Kamu mau pulang sama aku atau aku berhentikan semua angkot yang kamu naik?”, ancam Kana. 

Aku cemberut menatapnya, dari yang ku dengar Kana adalah orang keras kepala dan melakukan apa yang dia katakan. Jadi lebih baik aku menurut daripada malu seperti tadi. 

“ Ya udah, sini helmnya”, aku mengulurkan tanganku. 

Kana tersenyum lalu memakaikan helm ke kepalaku dengan lembut. “ Pintar, aku suka kalau menurut seperti ini”, bisiknya sambil mengaitkan helmku dan terdengar bunyi klik pelan. 

isss… kalau badanmu kecil pasti sudah aku lawan makiku didalam hati. 

Lalu aku naik ke atas motornya dan Kana membawaku ke suatu tempat lagi, bukan langsung pulang ke rumah. 

***

Aku menatap tulang belulang paus biru yang di susun menyerupai aslinya. Panjangnya mencapai 27 meter. Aku cukup terpesona sampai lupa menutup mulutku yang melebar karena heran.

Kana membawaku ke museum Zoologi kota Bogor. Jujur saja aku tidak pernah masuk ke tempat ini, hari ini adalah yang pertama. Padahal aku sudah cukup lama tinggal di Bogor.

Entah kenapa Kana selalu membawaku ke tempat yang menurutku membosankan tapi ternyata begitu menarik setelah di datangi.

Kana menyenggol lenganku pelan. " Mau sampai kapan kamu pelototi paus biru itu?", tanya Kana.

" Ha? Ya..aku hanya heran", aku yang kaget langsung menurunkan mataku dari tulang belulang itu. Kelihatan banget aku begitu norak.

" Kamu tau gak kalau paus biru itu gak punya gigi?", Kana bertanya padaku.

Dahiku mengernyit heran. " Masa sih, dia kan gede banget. Masa gak punya gigi. Kalau makan hewan lain gimana?", aku tidak percaya.

Kana tersenyum. " Paus ini menang gede doang, giginya gak ada. Paus biru itu hanya punya Balen atau serabut yang fungsinya menyaring makanan",Kana menjelaskan dengan sabar.

Aku menatap lagi ke arah paus biru besar itu. Seperti sedang berpikir. Jujur saja aku tidak tertarik pada hewan-hewan seperti ini, jadi aku tidak pernah mencari tau.

" Paus ini makanannya hanya udang. Jadi bukan makan ikan hiu atau ikan nemo", kata Kana seperti bercanda.

" Kamu tau darimana?", tanyaku bego.

Kana menatapku seolah-olah aku hidup di jaman Megalitikum. "Ck.... Baca", katanya singkat tapi menusuk jantungku.

Aku merenggut sinis. Setelah itu kami berjalan mengitari semua ruangan. Melihat berbagai jenis hewan yang di awetkan dan di pajang di sana.

Beberapa kali Kana menjelaskan tentang ini itu kepadaku. Dia mengetahui banyak hal tentang dunia hewan. Dari sini aku tau bahwa Kana begitu menyukai alam dan hewan.

" Kamu kan suka hewan. Jadi kamu vegetarian dong? ", aku bertanya penasaran pada Kana saat kami berjalan menuju parkiran motor.

Mendengar pertanyaanku yang aneh membuat Kana tertawa terbahak-bahak. Sampai air matanya sedikit keluar.

Aku yang kesal karena di tertawakan langsung cemberut. " Kenapa ketawa sih. Kan aku nanya", aku mengomel.

" Ya, sorry sorry", Kana menjawab di sela tawanya. "Awan. Kamu lupa ya? kemarin kan aku makan ayam fast food sama kamu?", Kana menjawab pertanyaanku sambil menahan sisa tawanya.

Aku berpikir lagi lalu menjawab tanpa sadar. " Oh iya ya", kataku polos dan membuat Kana tertawa lagi.

***

Terpopuler

Comments

Diana

Diana

ini settingnya thn berapa ya? dulu waktu SMA terakhir ada kelas bahasa (A4) alumni 93. entah thn berapa lg ada kelas bahasa.

2024-07-01

0

Sophia Aya

Sophia Aya

kana Lucu deh 😅

2023-09-18

1

lihat semua
Episodes
1 Anak Baru
2 Kelebihan Rusa
3 Paus Biru
4 Partner Biologi
5 Helmi dan Usahanya
6 Pergi Ke Bali
7 Rumah Nenek
8 Pulang
9 Pertanyaan Pertama
10 Musuh Baru
11 Kana Sakit ?
12 Permintaan Tolong
13 Kana Marah
14 Saling Diam
15 Tragedi
16 Bodyguard
17 Pacar Bohongan
18 Pria berbaju Hitam
19 Awan Jangan Jatuh Cinta
20 Kana Berdamai
21 Hai Awan, Ingat Aku?
22 Pria di Halte Saat Itu
23 Sponsor Yang di Tarik
24 Sampai di Sini Saja
25 Sebuah Celah
26 Permen Kapas Merah Muda
27 Pertandingan Futsal
28 Gosip Yang Secepat Angin
29 Liga Catur di Rumahku
30 Aku Adalah Negara 'Swiss'
31 Inka Adalah Penengah
32 Majalah Dinding Sekolah: Kotak Perasaan
33 Kana Yang Menjadi Protektif
34 Tian Juga Berusaha
35 Kelas IPA VS Kelas IPS
36 Demi Sebuah Ijin
37 Genderang Perang
38 Di Tolong Teman Baru
39 Toko Kue Mama
40 Perasaan Yang Membingungkan
41 Permintaan Amora
42 Janji Yang Di Tepati
43 Jangan Di Ulangi Lagi
44 Bingkisan Dari Amora
45 Badai Pasti Berlalu
46 Riung Gunung
47 Truth Or Dare
48 Air Mata Amora
49 Rahasia Inka ?
50 Apakah Aku Seorang Pencuri?
51 Katakan Cintamu
52 Persiapan Kencan
53 Roman Picisan
54 Kencan Pertama
55 Melepaskan Parasit
56 Level Amora
57 Tinggal di Awan
58 Tian Yang Patah Hati
59 Jangan Mendekat Padanya
60 Hari Masuk Sekolah
61 Pergi Ke Mana?
62 Kencan Berdua
63 Meresahkan
64 Sekolah Keluar Negeri
65 Rencana Duel
66 No Rules
67 Kesempatan Sedikit Lagi
68 Aku Yang Terindah
69 Amora Penguntit
70 Nama Gadis Itu Amina
71 Meyakinkan Diri
72 Kamu Percaya Padaku?
73 Aku Benci Kamu
74 Apa Yang Kamu Simpan Kana
75 Aku Akan Mengatakannya
76 Kisah Si Kembar dan Kana
77 Di Labrak
78 Demi Persahabatan
79 Peringatan Yang Terjadi
80 Awal Pertengkaran
81 Aku Bosan Awan
82 Kupu-kupu yang Membuat Mual
83 Bumi Yang Lain
84 Aku Berharap
85 Kita Putus Kana
86 Janji di Hari Rabu
87 Sesaat Kau Hadir
88 Tugas Kelompok
89 Badai Cinta Pertama
90 Aku Yang Egois
91 Tian Menghindar
92 Jangan Ganggu Cewek Gue
93 Kana Cemburu
94 Sisi Kana
95 Pikiran Buntu
96 Pasti Ada Jalan
97 Perasaan Yang Masih Sama
98 Acara Pelepasan
99 Amukan Amora
100 Ketakutan Terbesarku
101 Ajakan Menikah
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Anak Baru
2
Kelebihan Rusa
3
Paus Biru
4
Partner Biologi
5
Helmi dan Usahanya
6
Pergi Ke Bali
7
Rumah Nenek
8
Pulang
9
Pertanyaan Pertama
10
Musuh Baru
11
Kana Sakit ?
12
Permintaan Tolong
13
Kana Marah
14
Saling Diam
15
Tragedi
16
Bodyguard
17
Pacar Bohongan
18
Pria berbaju Hitam
19
Awan Jangan Jatuh Cinta
20
Kana Berdamai
21
Hai Awan, Ingat Aku?
22
Pria di Halte Saat Itu
23
Sponsor Yang di Tarik
24
Sampai di Sini Saja
25
Sebuah Celah
26
Permen Kapas Merah Muda
27
Pertandingan Futsal
28
Gosip Yang Secepat Angin
29
Liga Catur di Rumahku
30
Aku Adalah Negara 'Swiss'
31
Inka Adalah Penengah
32
Majalah Dinding Sekolah: Kotak Perasaan
33
Kana Yang Menjadi Protektif
34
Tian Juga Berusaha
35
Kelas IPA VS Kelas IPS
36
Demi Sebuah Ijin
37
Genderang Perang
38
Di Tolong Teman Baru
39
Toko Kue Mama
40
Perasaan Yang Membingungkan
41
Permintaan Amora
42
Janji Yang Di Tepati
43
Jangan Di Ulangi Lagi
44
Bingkisan Dari Amora
45
Badai Pasti Berlalu
46
Riung Gunung
47
Truth Or Dare
48
Air Mata Amora
49
Rahasia Inka ?
50
Apakah Aku Seorang Pencuri?
51
Katakan Cintamu
52
Persiapan Kencan
53
Roman Picisan
54
Kencan Pertama
55
Melepaskan Parasit
56
Level Amora
57
Tinggal di Awan
58
Tian Yang Patah Hati
59
Jangan Mendekat Padanya
60
Hari Masuk Sekolah
61
Pergi Ke Mana?
62
Kencan Berdua
63
Meresahkan
64
Sekolah Keluar Negeri
65
Rencana Duel
66
No Rules
67
Kesempatan Sedikit Lagi
68
Aku Yang Terindah
69
Amora Penguntit
70
Nama Gadis Itu Amina
71
Meyakinkan Diri
72
Kamu Percaya Padaku?
73
Aku Benci Kamu
74
Apa Yang Kamu Simpan Kana
75
Aku Akan Mengatakannya
76
Kisah Si Kembar dan Kana
77
Di Labrak
78
Demi Persahabatan
79
Peringatan Yang Terjadi
80
Awal Pertengkaran
81
Aku Bosan Awan
82
Kupu-kupu yang Membuat Mual
83
Bumi Yang Lain
84
Aku Berharap
85
Kita Putus Kana
86
Janji di Hari Rabu
87
Sesaat Kau Hadir
88
Tugas Kelompok
89
Badai Cinta Pertama
90
Aku Yang Egois
91
Tian Menghindar
92
Jangan Ganggu Cewek Gue
93
Kana Cemburu
94
Sisi Kana
95
Pikiran Buntu
96
Pasti Ada Jalan
97
Perasaan Yang Masih Sama
98
Acara Pelepasan
99
Amukan Amora
100
Ketakutan Terbesarku
101
Ajakan Menikah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!