Kelebihan Rusa

Sejak perkenalan diri yang singkat dan aneh di lapangan itu, aku mengira Kana tidak akan berinteraksi denganku lagi.

Dugaan ku tentu saja salah. Kana selalu memanggil namaku di setiap ada kesempatan. Seolah-olah kami adalah teman lama yang baru bertemu.

Kana yang terhitung tinggi menjulang duduk di bangku paling belakang kelas. Tanpa malu-malu memanggil namaku pagi ini dengan suaranya yang berat.

"Awan .... Ke kantin yuk", panggilnya setelah melemparkan kertas putih yang di gulung berbentuk bola ke arah tempat sampah di pojok kelas paling sudut, lemparan itu masuk dengan tepat tanpa meleset sedikitpun.

" Gak ", aku menjawab tanpa menengok. Tentu saja aku menolak, Kana mengajak ku dengan cara yang jauh dari kata bersahabat dan aku belum siap berada dengan jarak yang sangat dekat dengannya. Aku takut jantungku akan melompat keluar dari dalam, karena pesona Kana.

Kana yang merasa dan belum pernah di tolak langsung datang menghampiriku. Tanpa aba-aba Kana menarik tanganku, menyeret ku menuju kantin sekolah. Inka yang sedang mengobrol denganku sampai melongo. Aku juga ikut terbengong dan tanpa sadar menurut saja saat di paksa.

" Eh teman aing mau di bawa ke mana?", teriak Inka spontan.

" Pinjem bentar ya, mau ke kantin", Kana menjawab cuek.

Aku yang melongo hanya bisa mengikuti langkah panjang Kana ke arah kantin. Penyakit gagu mulai menyerang, debaran jantungku mulai bertambah cepat karena tangan hangat Kana menggenggam tanganku.

' Aduh. . .Kana. . . Kalau kayak gini terus aku bisa kena serangan jantung', batinku.

Saat sudah di luar kelas aku tersadar dari penyakit sialan itu dan langsung melepas genggaman tangan Kana padaku. Kami spontan berhenti berjalan.

" Kamu kan bisa ke kantin sendiri", kataku padanya.

" Aku gak tau jalan ke kantin. Aku anak baru di sini", kata Kana santai. Padahal Kana sudah nongkrong di kantin sejak hari pertama masuk ke sekolah ini.

" Ck...kemarin aku liat kamu di sana", bantahku. Aku benar-benar melihat Kana di sana, nongkrong bersama gengnya.

Kana menelengkan kepalanya menatapku yang keras kepala. " Kamu tidak mau temani aku ke kantin?", tanya Kana sambil menatap tajam padaku.

Aku merasakan ada sedikit intimidasi di tatapan matanya.

" Tidak", jawabku pasti. Entah mengapa merasakan intimidasinya membuatku ingin melawan.

Kana mengangguk paham dengan jawabanku. Lalu dia meraih sebelah tanganku dalam genggaman nya dan seperti mengintimidasi dia bersabda.

"Pulang sekolah temani aku pergi. Tidak ada penolakan titik ", kata Kana dingin tanpa menanyakan pendapatku mau atau tidak. Sepertinya dia juga tidak akan peduli jika aku menjawab tidak mau.

Pernyataannya membuatku terdiam tidak berkutik. Seperti terhipnotis aku tidak menjawab apa-apa. Hanya menatap matanya yang tajam namun mempesona itu.

"Jangan kabur", kata Kana lagi lalu melepaskan genggaman tangannya padaku dan berjalan kembali ke kelas. Meninggalkanku yang bengong tidak sadar akan situasi yang sedang terjadi.

***

Sepulang sekolah Kana sudah menungguku dengan motornya. Padahal saat menjelang pulang di kelas tadi, dia terlihat cuek dan seperti sudah lupa akan niatnya padaku.

Tapi sekarang dengan santainya dia duduk di atas motornya di dekat gerbang sekolah menungguku. Di tangannya ada helm lain, yang dia siapkan mungkin untukku.

Kana langsung menarik tanganku saat aku lewat di dekatnya. " Ayo, aku sudah menunggumu dari tadi", katanya sedikit kesal karena aku mengulur waktu terlalu lama. Aku memang sempat berbincang dulu dengan teman sekelas ku tadi.

" Mau ke mana?", Inka menatap tajam ke arahku seolah menuduh ' kamu kok gak cerita ke aku'.

Aku menggeleng cepat ke arah Inka seolah menolak tuduhan itu. " Aku di paksa", kata itu meluncur pelan keluar dari mulutku tapi bisa di dengar jelas oleh Inka, terbukti dari matanya yang melotot ke arah Kana meminta penjelasan.

" Inka yang baik hati, aku pergi dulu ya sama sahabat kamu. Soalnya ada keperluan mendesak", Kana menarik ku menjauh dari Inka.

Inka menatap Kana curiga tapi langsung di balas dengan senyum paling manis dari Kana. Inka seketika itu juga luluh, langsung tersenyum mengiyakan.

" Oke, tapi cepat di bawa pulang ya... Anaknya gak biasa pergi-pergi sama anak cowok", Inka menjelaskan.

" Iyaa, tenang aku adalah cowok pertama dan terakhir", jawab Kana.

Aku melotot ke arahnya, mereka berbicara seolah Inka adalah ibuku dan Kana sedang meminta ijin.

" Hmm... Baik- baik sama temanku. Jangan di buat nangis", Inka menatap Kana penuh ancaman.

" Okee siap", Kana menjawab setuju sambil tersenyum manis. Setelah itu Inka meninggalkan kami tanpa mendengar pernyataan setuju atau tidak keluar dari mulutku.

Waaah, sial ! Mereka bersekongkol...makiku di dalam hati.

"Sudah beres. Ayo berangkat", Kana memakaikan helm ke kepalaku tapi senyum manis yang tadi hilang di wajahnya berganti dengan tatapan penuh intimidasi.

" Aku kan belum bilang iya", Aku mencoba melawan.

Kana yang sudah duduk di atas motornya langsung berbalik menatapku.

" Mau naik sendiri atau aku bantu naik?", nada Kana penuh ancaman.

Mendengar itu aku langsung cepat-cepat naik ke atas motornya. Takut Kana melakukan yang tidak-tidak.

" Peluk yang kuat. Awas jatuh", kata Kana memberi peringatan. Tapi aku ogah melakukannya, aku hanya memegang ujung jaketnya agar bisa bertahan di atas motor itu.

Lalu dengan motornya kami membelah langit kota Bogor yang masih tampak cerah di sore hari ini.

***

" Ngapain kita ke sini?", aku menatap Arkana yang sedang fokus melihat rusa yang berlalu lalang di balik pagar kebun raya Bogor.

" Tentu saja untuk melihat rusa. Masa ketemu presiden", jawab Kana cuek sambil terus menatap seekor rusa yang juga menatapnya dari balik pagar.

" Ck. . . ", aku mendengus malas. Lalu duduk di kursi dekat situ.

Jujur saja aku bosan melihat rusa ini setiap kali lewat area Kebun Raya Bogor. Walaupun aku tidak turun dari mobil dan menatap lekat-lekat si rusa seperti yang di lakukan Kana sekarang.

Kana terus memperhatikan para rusa itu tanpa berkedip, seperti seorang anak yang baru pertama kali melihat hewan bertanduk.

Karena bosan, aku berdiri dan menghampiri Kana. Ikut melihat ke arah para rusa berusaha mencari keunikan apa dari rusa itu yang terlihat oleh Kana tapi tidak terlihat olehku. Alhasil aku tidak menemukan apapun selain rusa itu makan rumput.

" Emang di Jakarta gak ada rusa?", tanyaku tiba-tiba memecah kesunyian di antara kami.

" Tidak... dan aku tidak pernah pergi ke kebun binatang", Kana berterus terang.

Aku menatap Kana bingung. " Serius? Tapi setidaknya kamu pernah lihat di TV", kataku lagi.

Kana memalingkan wajahnya ke arahku. " Tentu saja aku melihatnya di TV. Tapi aku ingin melihat mereka langsung", lalu tersenyum penuh arti.

" Apa istimewanya melihat rusa", cibirku.

Kana tersenyum " Tentu saja spesial. Aku suka melihat tanduknya, totol di badannya sangat unik dan wajah mereka lucu. Itu spesial", Kana mengakhiri pidatonya.

Mendengar itu aku berpaling dan menatap sekumpulan rusa di dekat pagar itu. Benar saja aku baru memperhatikan wajah para rusa itu memang menggemaskan, beberapa di antara mereka memiliki tanduk yang tinggi, totol putih di badannya seolah seseorang melukis di sana tadi malam dan suaranya sangat menggemaskan. Aku baru memperhatikan rusa dengan detail sore ini.

" Kamu tau kelebihan rusa yang lain?", tanya Kana lagi padaku.

Aku menggeleng pelan, jujur saja aku tidak tau dan tidak pernah mencari tau.

" Mereka memiliki indera penciuman yang mampu menangkap bau predator dari jarak jauh dan rusa jantan selalu mengawasi rusa betina dengan ketat", kata Kana. " Mereka posesif dan protektif ", lanjutnya dalam sebuah bisikan.

Aku menatap Kana tidak paham dengan maksud dari perkataannya. Kana tersenyum penuh arti lalu berbalik menatap rusa itu, setelah itu dia mengambil tas dan menyampirkan nya di bahu.

" Ayo makan, aku lapar", katanya.

" Ya aku juga lapar", aku menyahut jujur.

" Mau makan apa?", tanya Kana.

" Terserah ", jawabku acuh tak acuh.

" Aku tidak tau warung terserah itu ada di mana", jawab Kana santai tapi menyebalkan.

Aku menatap Kana kesal. " Ck... Ya udah Hamburger, fast food ", jawabku sambil memakai helm.

" Okee, sip", dia menjawab dengan senyum di sudut bibirnya.

****

Terpopuler

Comments

Diana

Diana

ini novel ke 2 yg aku baca setelah merpati kertas yg berhasih membuat hatiku tidak baik² sj. semoga ini tak kalah istimewa👍🙏

2024-06-30

0

hasiyah Jimi hasiyah jimi

hasiyah Jimi hasiyah jimi

ceritanya bagus lanjut

2023-10-23

0

nur rahmadani

nur rahmadani

semangat 💪

2023-09-15

1

lihat semua
Episodes
1 Anak Baru
2 Kelebihan Rusa
3 Paus Biru
4 Partner Biologi
5 Helmi dan Usahanya
6 Pergi Ke Bali
7 Rumah Nenek
8 Pulang
9 Pertanyaan Pertama
10 Musuh Baru
11 Kana Sakit ?
12 Permintaan Tolong
13 Kana Marah
14 Saling Diam
15 Tragedi
16 Bodyguard
17 Pacar Bohongan
18 Pria berbaju Hitam
19 Awan Jangan Jatuh Cinta
20 Kana Berdamai
21 Hai Awan, Ingat Aku?
22 Pria di Halte Saat Itu
23 Sponsor Yang di Tarik
24 Sampai di Sini Saja
25 Sebuah Celah
26 Permen Kapas Merah Muda
27 Pertandingan Futsal
28 Gosip Yang Secepat Angin
29 Liga Catur di Rumahku
30 Aku Adalah Negara 'Swiss'
31 Inka Adalah Penengah
32 Majalah Dinding Sekolah: Kotak Perasaan
33 Kana Yang Menjadi Protektif
34 Tian Juga Berusaha
35 Kelas IPA VS Kelas IPS
36 Demi Sebuah Ijin
37 Genderang Perang
38 Di Tolong Teman Baru
39 Toko Kue Mama
40 Perasaan Yang Membingungkan
41 Permintaan Amora
42 Janji Yang Di Tepati
43 Jangan Di Ulangi Lagi
44 Bingkisan Dari Amora
45 Badai Pasti Berlalu
46 Riung Gunung
47 Truth Or Dare
48 Air Mata Amora
49 Rahasia Inka ?
50 Apakah Aku Seorang Pencuri?
51 Katakan Cintamu
52 Persiapan Kencan
53 Roman Picisan
54 Kencan Pertama
55 Melepaskan Parasit
56 Level Amora
57 Tinggal di Awan
58 Tian Yang Patah Hati
59 Jangan Mendekat Padanya
60 Hari Masuk Sekolah
61 Pergi Ke Mana?
62 Kencan Berdua
63 Meresahkan
64 Sekolah Keluar Negeri
65 Rencana Duel
66 No Rules
67 Kesempatan Sedikit Lagi
68 Aku Yang Terindah
69 Amora Penguntit
70 Nama Gadis Itu Amina
71 Meyakinkan Diri
72 Kamu Percaya Padaku?
73 Aku Benci Kamu
74 Apa Yang Kamu Simpan Kana
75 Aku Akan Mengatakannya
76 Kisah Si Kembar dan Kana
77 Di Labrak
78 Demi Persahabatan
79 Peringatan Yang Terjadi
80 Awal Pertengkaran
81 Aku Bosan Awan
82 Kupu-kupu yang Membuat Mual
83 Bumi Yang Lain
84 Aku Berharap
85 Kita Putus Kana
86 Janji di Hari Rabu
87 Sesaat Kau Hadir
88 Tugas Kelompok
89 Badai Cinta Pertama
90 Aku Yang Egois
91 Tian Menghindar
92 Jangan Ganggu Cewek Gue
93 Kana Cemburu
94 Sisi Kana
95 Pikiran Buntu
96 Pasti Ada Jalan
97 Perasaan Yang Masih Sama
98 Acara Pelepasan
99 Amukan Amora
100 Ketakutan Terbesarku
101 Ajakan Menikah
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Anak Baru
2
Kelebihan Rusa
3
Paus Biru
4
Partner Biologi
5
Helmi dan Usahanya
6
Pergi Ke Bali
7
Rumah Nenek
8
Pulang
9
Pertanyaan Pertama
10
Musuh Baru
11
Kana Sakit ?
12
Permintaan Tolong
13
Kana Marah
14
Saling Diam
15
Tragedi
16
Bodyguard
17
Pacar Bohongan
18
Pria berbaju Hitam
19
Awan Jangan Jatuh Cinta
20
Kana Berdamai
21
Hai Awan, Ingat Aku?
22
Pria di Halte Saat Itu
23
Sponsor Yang di Tarik
24
Sampai di Sini Saja
25
Sebuah Celah
26
Permen Kapas Merah Muda
27
Pertandingan Futsal
28
Gosip Yang Secepat Angin
29
Liga Catur di Rumahku
30
Aku Adalah Negara 'Swiss'
31
Inka Adalah Penengah
32
Majalah Dinding Sekolah: Kotak Perasaan
33
Kana Yang Menjadi Protektif
34
Tian Juga Berusaha
35
Kelas IPA VS Kelas IPS
36
Demi Sebuah Ijin
37
Genderang Perang
38
Di Tolong Teman Baru
39
Toko Kue Mama
40
Perasaan Yang Membingungkan
41
Permintaan Amora
42
Janji Yang Di Tepati
43
Jangan Di Ulangi Lagi
44
Bingkisan Dari Amora
45
Badai Pasti Berlalu
46
Riung Gunung
47
Truth Or Dare
48
Air Mata Amora
49
Rahasia Inka ?
50
Apakah Aku Seorang Pencuri?
51
Katakan Cintamu
52
Persiapan Kencan
53
Roman Picisan
54
Kencan Pertama
55
Melepaskan Parasit
56
Level Amora
57
Tinggal di Awan
58
Tian Yang Patah Hati
59
Jangan Mendekat Padanya
60
Hari Masuk Sekolah
61
Pergi Ke Mana?
62
Kencan Berdua
63
Meresahkan
64
Sekolah Keluar Negeri
65
Rencana Duel
66
No Rules
67
Kesempatan Sedikit Lagi
68
Aku Yang Terindah
69
Amora Penguntit
70
Nama Gadis Itu Amina
71
Meyakinkan Diri
72
Kamu Percaya Padaku?
73
Aku Benci Kamu
74
Apa Yang Kamu Simpan Kana
75
Aku Akan Mengatakannya
76
Kisah Si Kembar dan Kana
77
Di Labrak
78
Demi Persahabatan
79
Peringatan Yang Terjadi
80
Awal Pertengkaran
81
Aku Bosan Awan
82
Kupu-kupu yang Membuat Mual
83
Bumi Yang Lain
84
Aku Berharap
85
Kita Putus Kana
86
Janji di Hari Rabu
87
Sesaat Kau Hadir
88
Tugas Kelompok
89
Badai Cinta Pertama
90
Aku Yang Egois
91
Tian Menghindar
92
Jangan Ganggu Cewek Gue
93
Kana Cemburu
94
Sisi Kana
95
Pikiran Buntu
96
Pasti Ada Jalan
97
Perasaan Yang Masih Sama
98
Acara Pelepasan
99
Amukan Amora
100
Ketakutan Terbesarku
101
Ajakan Menikah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!