"Dan kau pikir aku peduli, aku hanya memintamu untuk memecat pegawaimu yang telah membuat masalah denganku pagi ini! Jika tidak aku akan menutup toko kecilmu itu!"
"Tapi tidak segampang itu bro, karna harus ada kejelasan. Kasian dia jika harus kehilangan pekerjaannya, kau tenang saja masalah yang kau alami pagi ini aku jamin tidak akan terulang lagi!"
Devan menepuk pundak William pelan seraya melirik Kevin, lalu bangkit dari duduknya menuju dapur untuk mengambil air minum untuk kedua teman masa kecilnya itu.
"Minumlah, kita sudah lama tidak minum kopi bersama bukan?" ucap Devan seraya meletakan sebuah nampan yang berisi tiga cangkir kopi.
"Lain kali aku pasti akan minum bersamu, tapi saat ini aku harus pergi bekerja, permisi! Ayo Kev!" ajaknya kemudian pada Kevin.
"Ternyata, masih saja seperti dulu tidak bisa menghargai usaha orang! Tapi jika berubah bukan William namanya!" celetuk Devan yang terdengar jelas oleh William.
Dan akhirnya mau tak mau William dan Kevin pun kembali duduk lalu menyeruput kopi buatan Devan tersebut. "Dan kau masih saja seperti dulu hobbynya mengoceh tidak karuan!" sahut William dan membuat ketiga lelaki itu tertawa bersamaan.
Lalu akhirnya terlibat percakapan seputar masa kecil mereka hingga kopi dalam cangkir itupun habis kemudian William dan Kevin pun undur diri dari rumah Devan
Setelah kepergian kedua temannya itu Devan bergegas menuju tokonya.
"Vio, kamu berjaga sendiri hari ini?" tanya Devan yang kini telah tiba di toko miliknya
"Ya, Dev," jawab Viona menunjukan senyuman terbaiknya.
Seperti biasa wanita itu tidak pernah menunjukan raut wajahnya yang penuh dengan masalah.
Jika Viona berjaga sendirian itu artinya yang dimaksud oleh Willi adalah Viona yang dianggap telah mencari masalah dengannya pagi pagi ini, kesalahan apa yang telah dibuat oleh Vio pada William? Devan terus bertanya dalam hatinya..
"Apa kamu mengalami masalah pagi ini?" tanya Devan penuh selidik.
"Ah, hanya masalah kecil, biasa lah Dev, ibu dan adikku tadi datang kemari," tuturnya.
"Mereka meminta uang lagi?"
"Ya, tapi tidak aku kasih, lagian aku sudah tidak punya uang, bahkan kamu tahu sendiri kan? Jika aku bekerja disini tidak lagi mendapatkan gajiku untuk beberapa bulan kedepan," ucapnya.
Tapi Viona tetaplah Viona, gadis tangguh dengan sejuta semangat, tak pernah sedikitpun ia menjadikan semua masalah yang ia hadapi itu sebagai beban dalam hidupnya. Wanita itu selalu menjadikan semua masalahnya sebagai pelajaran serta pengalaman dalam hidupnya. Hal itulah yang membuat Devan semakin tergila gila padanya.
"Itu karna kesalahanmu sendiri yang selalu menolak bantuanku, coba saja kalo kamu membiarkanku memberikan uang untuk ibu dan adikmu, kamu tidak akan kesusahan seperti ini bukan?"
"Tidak Dev, cukup aku yang menanggung beban keluargaku, kamu tidak seharusnya terlibat dalam masalah keluargaku."
"Hmm, kamu terlalu keras kepala menurutku!" sahut Devan yang hanya mendapat sebuah cengiran dari Viona. Lalu mereka sibuk dengan aktifitasnya masing-masing di dalam toko tersebut.
Tak terasa waktu terus berjalan, siang berganti sore, Viona pun pamit pada Devan dan segera bersiap untuk pulang ke rumah utama.
Memakan waktu perjalanan 35 menit wanita itu telah tiba di rumah utama.
Wanita itu mengendap-ngendap masuk ke dalam rumah itu.
"Kau mau maling ya?" suara bariton seorang lelaki yang tak asing itu membuat Viona terkejut dan seketika menghentikan langkah kakinya tepat di depan pintu masuk utama.
"Ah, tidak!" jawabnya refleks dan terdengar sedikit nembentak.
Sadar dengan apa yang dilakukan itu Viona menutup mulutnya sendiri menggunakan satu tangannya seraya mengutuk kebodohannya sendiri.
"Berani sekali kau membentaku seperti itu! Darimana saja kau jam segini baru pulang?"
"Maaf tuan, aku tidak bermaksud membentak. Saya hanya.." perkataan Viona menggantung karna William dengan cepat menarik lengannya untuk masuk kesebuah ruangan yang di sana sudah ditunggu oleh beberapa orang wanita cantik.
"Kerjakan tugas kalian dengan baik! Dan harus kelar sebelum jam 8 malam, mengerti!" titah William pada beberapa wanita cantik didalam ruangan tersebut.
"Kau tenang saja Will, mereka akan membereskan semuanya tepat waktu! Kau tunggu saja dikamarmu" ucap salah satu wanita yang merupakan bos dari keempat wanita tersebut.
"Aku percayakan semua padamu Laluna," Willi mengerlingkan matanya pada wanita yang ia panggil Laluna dan berlalu pergi dari ruangan tersebut. Dan wanita itu hanya menjawab dengan isyarat menggunakan jarinya yang emmbentuk huruf O.
"Tunggu, siapa mereka! Dan mau ngapain?" teriak Viona namun tak didengar sedikitpun oleh Willi yang terus berjalan menuju kamarnya.
"Nona tenang saja, kami hanya akan membersihkan seluruh tubuhmu agar terlihat segar dan juga harum," ucap salah satu wanita itu.
"Tapi aku.." lagi lagi perkataan Viona menggantung karna ke empat wanita itu telah menarik tubuhnya dan memasukannya kedalam bathUp.
Keempat wanita itu dengan cekatan menjalankan tugasnya. ada yang menggosok tubuhnya, rambut dikepalanya dan bahkan setiap inci tubuhnya tak luput dari pembersihan.
Satu lawan empat, membuat Viona hanya bisa pasrah dan menurut dengan apapun yang dilakukan oleh keempat wanita cantik dihadapannya itu.
"Sepertinya kau wanita beruntung yang disentuh oleh Willi setelah mantan istrinya itu!" ucap Laluna lirih didekat telinga Viona.
"Mantan? Maksudmu Tuan Willi?" tanya Viona penasaran.
Opps, kenapa bisa keceplosan sih, kelar hidupku deh aku kalo Willi tahu! Bodoh sekali kamu Laluna!"
rutuknya pada diri sendiri karena hampir saja membuka sesuatu tidak harusnya terbuka untuk saat ini.
"Ah, tidak tidak aku hanya bercanda dan asal bicara saja, harap maklum mulutku terbiasa ngoceh hehehe!" kilah Laluna berusaha mencari alasan untuk mengalihkan pikiran Viona pada ucapannya tadi.
" Oh begitu ya? Nona bisa saja!" sahut Viona akhirnya dan membuat Laluna menghembuskan napas lega.
"Jangan panggil aku Nona, panggil saja aku Laluna atau lebih enaknya Luna saja begitu."
"Baiklah kalo begitu panggil juga aku Viona atau Vio seperti orang memanggilku," sahut Viona yang merasa memiliki teman wanita baru saat ini.
"Baiklah Vio, aku Luna, bisa kita berteman sekarang?" tanya Laluna antusias.
"Tentu saja, kita akan berteman mulai sekarang!" jawab Viona yang tak kalah antusias.
Setealh satu jam menjalani perawatan salon panggilan ternama milik Laluna kini Viona sudah terlihat lebih segar dan juga cantik, tubuhnya yang selama ini tidak terawat terlihat begitu bersih dan harum mewangi.
Tim Laluna benar benar menyulapnya menjadi seorang wanita yang begitu cantik dan modis dengan pakaian rumahan yang sengaja ia beli atas perintah Willi yang tak lain adalah sepupunya sendiri.
Laluna menarik lengan Viona menuju ke kamar Willi sesuai dengan perintahnya, tepat jam 8 malam semuanya sudah kelar.
Tok tok tok
Tok tok tok
"Will, buka pintunya cepetan!"
Laluna mengetuk pintu kamar milik Willi dengan berulang ulang sebab tidak sabar akan melihat reaksi sepupunya itu saat melihat Viona yang terlihat begitu cantik malam ini. Ia yakin jika Willi akan semakin klepek klepek kepada wanita yang bernama Viona.
"Iya, iya sabaar!" teriaknya dari dalam kamar.
"Cepetan iih!" teriak Laluna lagi.
"Astaga, kau ini tidak sabaran bang...." Kata kata Willi menggantung, mulutnya menganga, dan matanya bahkan tak berkedip melihat penampilan baru Viona dari atas hingga bawah.
Seperti bidadari
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments