"Bagaimana rasanya, beneran masih v kan?" tanya asisten sekaligus teman dari William yang bernama Kevin.
Saat ini William sudah berada di kantornya bersama asisten pribadinya.
"Ya seperti yang kau lihat gambaran diraut wajahku!" sahutnya dengan raut wajah bahagianya.
"Akhirnya aku terbebas dari tugas yang sangat menyiksaku. Kau tidak akan pernah tahu betapa lelahnya aku yang setiap malam harus mencarikan seoarang wanita hanya untuk diperiksa apakah dia masih perawan atau tidak?" ucap Kevin dengan wajah kesalnya.
"Itu sudah jadi deritamu, jika saja kau dulu tidak menutupi keburukan Sonia, aku tidak akan pernah menikahinya," ujar William penuh sesal.
"Sorry bro, aku tidak pernah bermaksud menutupi semua itu, hanya saja....,"
BRAAAAKKKKKKK
Seorang wanita masuk kedalam ruangan itu penuh dengan rasa kesal dan amarah yang begitu menggebu.
Kedua lelaki itu hanya menatap malas pada wanita yang kini berjalan mendekati sofa tempat kedua lelaki itu sedang terduduk.
"Ada apa datang kemari?" tanya Willi dengan raut datarnya.
"Kau masih bertanya ada apa! Ini sudah tanggal berapa? Dan kau tidak juga mentransfer uang bulananku!" ucapnya dengan kesal.
"Oh, hanya soal itu. Kevin akan segera mentransfernya!" ucap William seraya menoleh pada Kevin.
"Wil, aku mohon pulanglah kerumah sebentar saja, Justin terus menanyakanmu. Sudah hampir 3 bulan kamu tidak datang ke rumah," ucap wanita itu seraya memohon.
"Aku sedang sibuk Viona, tolong beri pengertian pada Justin," elak William.
"Kenapa kamu jadi seperti ini Wil, kamu boleh tidak peduli padaku tapi tolong jangan pernah mengabaikan Justin, dia masih sangat membutuhkan kasih sayangmu Wil,"
"Sudah aku bilang, aku sedang sibuk! Apa kau tuli?! sekarang tolong keluar dari ruanganku!" sentak William.
"Will, kenapa kamu jadi seperti ini? Apa kamu tidak inget dengan janjimu pada Justin, kamu bilang kamu akan selalu ada saat Justin menginginkanmu! Apa kamu lupakan itu willi?" ucap Sonia yang selalu saja menggunakan nama Justin untuk meluluhkan hati seorang Willi.
Karna Sonia tahu Willi sangat menyanyangi Justin.
Willi selalu luluh saat Sonia menyebut nama Justin. Namun kali ini Willi benar benar tidak peduli meski Sonia telah berulang kali menyebut nama anaknya.
"Cepat keluar dari ruangan ini Sonia sebelum aku sendiri yang akan menyeretmu!" ucapan Willi kali ini benar - benar penuh dengan amarah.
"Tidak Wil, aku tidak akan keluar sebelum kamu berjanji akan datang ke rumahku untuk menemui Justin!"
"Sudah berapa kali aku bilang, aku sedang si....,"
Ucapan Willi menggantung karna ponsel Sonia berdering dan ternyata yang menghubungi adalah Justin sang putra. Sonia sengaja mengeraskan suara ponselnya agar William mendengarnya.
"Momy. bagaimana, daddy bisa datang kemari? Justin sangat rindu Mom!" tanya Justin dari seberang sana dengan nada sedihnya dan terdengar jelas oleh Willi.
"Iya sayang. Daddy kamu akan datang malam ini," ucap Sonia berusaha menenangkan sang putra.
"Yeeeee, kalo begitu aku akan mandi biar wangi saat daddy datang nanti. Makasih Mommy!" seru anak itu dengan girangnya.
"Sama - sama sayang,"
Panggilan terputus.
"Will," panggil Sonia lagi.
"Baiklah. Aku akan datang!"
Setelah Willi berjanji akan datang, barulah wanita itu keluar dari ruangan tersebut meninggalkan kedua lelaki itu yang masih berada didalam sana.
Willi dan Kevin sama-sama menghembuskan napas berat menatap pintu yang sudah kembali tertutup.
Setelah kepergian Sonia kedua lelaki itu kembali disibukan oleh segudang pekerjaan. Melakukan beberapa pertemuan dengan para relasi bisnisnya. Hingga tak terasa waktu sudah semakin sore.
William melirik jam tangan mewah yang melingkar pada pergelangan tangannya.
"Apa pertemuan ini yang terakhir?" tanyanya pada Kevin dengan wajah lelahnya.
"Ya, ini yang terakhir, setelah ini kau bisa pulang menemui wanita barumu!" ledek Kevin kepada Willi.
"Apa kau lupa jika sore ini aku harus menemui Justin jadi aku tidak mungkin bisa pulang ke rumah utama!"
"Ternyata ingatanmu masih begitu bagus, aku pikir setelah punya mainan baru, kau akan lupa dengan mainan lamamu hahaha!"
"Jaga bicaramu, apa kau ingin mulutmu itu aku buat tidak bisa bicara sepatah katapun lagi!" ancam Willi
"Opss sori bro! Mulutku suka keceplosan kalo ngomong!"
Setelah perdebatan tidak penting itu kedua lelaki itu berpisah meninggalkan gedung perusahaan dan menuju ke tempat tujuan masing masing, jika William menuju ke kediaman Sonia untuk menemui sang putra, sementara Kevin menuju apartemennya dimana disana sudah ditunggu oleh sang istri.
Memakan waktu perjalanan sekitar 40 menit William kini telah tiba di rumah yang sengaja lelaki itu kasih untuk tempt tinggal Sonia dan Justin.
"Yeeee, daddy datang!" sorak gembira terdengar riuhnya dari mulut mungil seorang Justin.
Kurang lebih tiga bulan tidak bertemu sosok William membuat bocah kecil itu begitu merindunya.
"Daddy, bawa apa?" tanya Justin pada William yang berjalan mendekat kearahnya dengan membawa paper bag ditangannya.
"Coba tebak daddy bawa apa hayo.." ucap William dengan nada lembutnya dan begitu hangat, sangat berbanding terbalik dengan cara dia berbicara dengan Sonia yang nampak begitu ketus dan dingin.
"Aku tebak pasti mainan, betul?" serunya dengan antusias.
"Ya, anak daddy memang pintar!" pujinya pada sang anak.
Kedua lelaki berbeda generasi itu terus bercakap dan bermain.
Sementara Sonia hanya menatap penuh dengan rasa sesal, penyesalan dimasa lalunya yang membuat dirinya kini menjadi orang asing bagi lelaki yang dulu sangat mencintai dirinya. Andai saja dirinya dulu tak melakukan hal bodoh dengan seseorang semua masalah di dalam dirinya itu tidak akan pernah terjadi.
Tidak bisakah dia bersikap sedikit hangat kepada Sonia. Seperti yang dia tunjukan pada anaknya saat ini. Sonia begitu menyesal, dia menyesal dulu telah bermain - main dengan hubungan mereka. karena dulu dia tidak mencintainya. Dulu dia hanya memanfaatkan kebaikannya, tapi ternyata dia salah, dan lelaki yang sangat dia cintai ternyata hanya mempermainkannya saja. Bahkan setelah dia mengambil semua yang berharga dalam hidupnya termasuk kesuciannya, nyatanya dia meninggalkan dirinya dan memilih pergi dengan wanita barunya.
Semua hanya tinggal penyesalan, karena Willy sama sekali tidak mau memberikan kesempatan kedua untuknya memperbaiki hubungan rumah tangganya. Entah dengan cara apapagi ia harus memohon agar lelaki itu mau memberikan kesempatan padanya. Tak terasa air mata Sonia mulai menetes
Lama merenung, lalu wanita itu pergi ke dapur mengecek minuman yang sedang dibuat sang ART di dapur.
"Mbak minumannya sudah siap belum?" tanya Sonia pada ARTnya yang sedang mengaduk minuman didapur.
"Sudah Bu," ucap ART tersebut.
"Sini biar aku aja yang nganter!" pinta Sonia.
"Silahkan bu."
Wanita itu mengambil alih minuman dari ARTnya dan memberikannya pada William yang sedang asik menemani Justin bermain.
Rasa kantuk yang begitu hebat tiba tiba saja menyerang mungkin karena capek setelah seharian bekerja.
"Justin, sepertinya daddy mengantuk. Ayo kita ke kamar saja," ajak William pada anaknya.
Kedua lelaki beda generasi itupun bergegas pergi meninggalkan ruang keluarga dan Sonia yang masih berada di dapur entah apa yang dilajukan wanita itu.
"Aku harap ini berhasil, aku akan berusaha mendapatkanmu kembali Wil!" Gumamnya dengan senyum liciknya.
Setelah beberapa lama ia mendatangi kamar Justin membawa tiga cangkir berisi air minum untuk mereka dengan senyuman merekah ia memberikan minuman itu pada Willi dan Justin,
"Wil, minum dulu pasti kau haus," ujar Sonia seraya menyodorkan cangkir berisi minuman dingin.
Karena memang merasa haus William meraih minuman dari mantan istrinya tersebut dan meneguknya hingga tandas tak tersisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
kutubuku
paragraf ini kdobel kah thor? soalnya ada 2🙏🏻🙏🏻
2023-09-03
1