Pagi itu Justin meminta Willi untuk berhenti disebuah toko roti yang tak jauh dari pandangannya.
Dengan cepat Willi memarkirkan mobilnya menueruti keinginan Justin.
"Kau!" ucap Willi terkejut saat memasuki toko itu yang ternyata penjaganya adalah Viona.
"Tuan!" sahut Viona yang juga tak kalah terkejutnya.
"Kakak, penjual! Aku mau beli kue itu!" panggil Justin pada Viona lalu menunjuk salah satu kue yang diinginkannya yang berada disebuah etalase.
"Ah baiklah, mau berapa banyak?" tanya Viona dengan ramah, sementara William terus termenung dan sepertinya lelaki itu terpana dengan kecantikan Viona pagi ini yang sedang melayani sang putra.
Seraya melayani pria kecil di hadapannya itu Viona sesekali melirik lelaki yang tak lain adalah suaminya itu dengan berbagai pertanyaan yang muncul dalam benaknya.
Pantas saja lelaki itu tidak pulang ke rumahnya semalam, ternyata menemui anak dan istrinya yang lain dan masih banyak lagi pikiran - pikiran yang sedang berkecamuk.
Dan ternyata benar rumor yang beredar jika William mempunyai seorang istri dan bahkan terkenal sering bergonta ganti wanita itu memang benar adanya.
Bahkan setelah malam kemarin lelaki menggempurnya habis-habisan hingga dirinya tak bisa bangun untuk membersihkan diri, ternyata hari ini muncul dengan seorang anak kecil yang memanggilnya daddy.
Hal itu cukup menjawab rasa penasaran Viona yang sejak kemarin terus mengganggu pikirannya. Sehingga kini wanita itu terlihat biasa saja saat melihat sang suami membawa seorang anak kecil, Viona sadar jika dirinya dinikahi hanya sebagai alat penebus hutang sang ayah.
Namun hal justru membuat seorang William merasa terabaikan dengan sikap acuh Viona.
Kenapa dia terlihat biasa saja, apa yang sebenarnya ada didalam pikiran wanita ini? Apa dia tidak ingin menanyakan sesuatu tentangku yang semalam tidak pulang?. Ah sial kenapa malah aku mikirin dia. Dia kan hanya gadis penebus hutang - hutang ibunya William terus bergumam dalam hati.
"Dad,"
Panggilan sang putra mengembalikan kesadaran seorang William.
"Ya, sudah selesai?" ucap William sedikit gugup.
Sementara Justin yang sejak tadi diam - diam memperhatikan tatapan mata William pada wanita yang sedang melayaninya itu, semakin penasaran dibuatnya.
Bocah kecil berumur 6 tahun lebih itu cukup pintar dalam menyimpulkan sesuatu. Pria kecil yang dewasa sebelum waktunya itu mengerutkan keningnya heran. Di dalam pikiranya terus muncul berbagai pertanyaan yang tertuju pada lelaki yang ia ketahui sebagai ayahnya itu.
"Sudah Dad, ayo kita pergi ke sekolah! Aku tidak mau telat hari ini," ajak sang putra seraya menarik tangan William.
"Tentu, itu tidak mungkin terjadi karna daddy yang akan mengantarmu hari ini," sahut William seraya mengikuti langkah sang anak , sementara kedua matanya masih menatap Viona yang menurutnya terlihat berbeda pagi ini.
Rasanya ingin sekali ia menyeret wanita itu ikut serta kedalam mobilnya dan membawanya pulang ke rumah utama karna pagi itu tiba tiba dirinya mengingat malam itu yang begitu menyenangkan dan ingin rasanya lelaki itu mengulangnya kembali pagi ini dengan wanita yang sama.
Namun semua itu tidak mungkin ia lakukan karna dirinya saat ini sedang bersama Justin. Ia tidak ingin anak kecil itu berpikiran buruk tentang dirinya maupun Viona. Karna biar bagaimanapun Justin masih seorang bocah kecil yang tak tahu apapun tentang permasalahan yang ada pada dirinya dan Sonia.
"Dad, apa daddy mengenal kakak penjual kue tadi?" tanya Justin akhirnya saat mobil telha kembali menyusuri jalanan menuju ke sekolahan tempatnya menimba ilmu.
"Tidak, memangnya kenapa?" jawab William berbohong.
"Sepertinya daddy menyukai kakak itu!" ucap Justin polos.
"Ah, mana mungkin jangan sembarangan bicara, kamu masih kecil belajarlah yang benar tidak usah berpikir yang aneh - aneh.
"Dad, aku memang masih kecil tapi aku tahu kenapa daddy dan Mommy tidak satu rumah,"
"Oya, apa yang Justin tahu?" tanya William.
"Daddy dan mommy tidak lagi saling mencintai!" jawabnya dengan polos.
"Kenapa Justin berbicara seperti itu?" tanya William yang semakin merasa heran dengan bocah kecil itu.
"Karna daddy tidak pernah pulang dan mommy selalu saja pergi dengan lelaki lain secara diam - diam dariku, benar bukan?"
Deg.
William terkesiap dengan penuturan Justin. Sama sekali tidak disangka jika anak yang selama ini ia anggap tidak tahu apapun ternyata mengetahui semuanya tentang dirinya dan juga Sonia.
"Dadd, aku boleh tanya sesuatu?"
"Apa itu?"
"Kenapa daddy dan mommy tidak lagi saling mencintai?" tanya Justin dengan sendu.
William menarik napasnya berat lalu menghmbuskannya perlahan, sama sekali tidak ia sangka jika bocah kecil itu akan memberinya pertanyaan yang sangat sulit untuk ia jawab.
“Kami saling mencintai dari dulu, sampai hari ini pun kami masih tetap saling menyayangi. Kami hanya berhenti untuk saling menyakiti, karena kami juga tidak ingin menyakitimu. Kamu mungkin berpikir daddy/mommy tidak lagi menyayangimu, tapi itu tidak benar. Kamu adalah segalanya bagi kami, suatu saat kamu pasti akan mengerti, sayang.”
Hanya jawaban itu yang terlontar dari mulut William. Lagi lagi lelaki itu merasa Kini anaknya semakin ingin tahu tentang dirinya dan Sonia.
Entah esok pertanyaan apalagi yang diajukan oleh pria kecil itu padanya.
Kelak kau akan mengerti semuanya Justin tapi saat ini aku belum bisa menjelaskan semua itu padamu. Ucap William dalam hati.
Tak terasa mobil yang mereka tumpangi kini telah sampai dipelataran sekolah Justin, dengan segera William memarkirkannya lalu mengantar sang anak untuk masuk ke dalam kelasnya.
Bahagia terpancar jelas dari wajah bocah kecil itu karena setelah sekian lama akhirnya ia bisa merasakan lagi diantar oleh lelaki yang ia ketahui sebagai ayahnya. Biasanya dirinya hanya diantarkan oleh seorang supir yang disiapkan oleh Mommynya.
Sonia tidak pernah mengantar sang anak ke sekolah dengan alasan sibuk, sebagai seorang model papan atas ia memang sering sekali berangkat keluar kota bahkan keluar negri dan membiarkan Justin dengan seorang pengasuh yang sekaligus merangkap asisten rumah tangga di rumahnya.
"Aku, masuk dulu dad, terima kasih ya udah nganter aku ke sekolah, " pamit anak itu pada William.
"Sama - sama, belajar yang benar ya," sahut William sebelum akhirnya pergi meninggalkan gedung sekolah tersebut.
Lelaki itu melirik jam yang melingkar pada pergelangan tangannya, "Masih lama dan ini masih terlalu pagi," gumamnya, sudut bibirnya terangkat ke atas saat sebuah ide muncul diotaknya.
Lelaki itu terus melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, jalanan pagi itu masih cukup sepi belum terlalu banyak kemacetan yang ia temui.
"Gadis penebus hutang tunggu aku! Kita akan kembali bersenang - senang seperti malam itu," gumamnya sendiri seraya terus tersenyum.
"Sebutan apalagi yang pantas untuknya, bukankah ibunya sendiri memberikannya padaku sebagai alat penebus hutang? Tapi aku sama sekali tidak menyangka jika gadis itu ternyata masih suci dan aku adalah orang yang paling beruntung bisa mendapatkannya!" gumamnya lagi.
"Sementara seorang wanita paruh baya dan disampingnya adalah wanita muda nan cantik yang sama - sama sedang berjalan dengan angkuhnya memasuki sebuah toko kue tempat Viona bekerja.
"Berikan aku uang 5 juta sekarang juga! jika tidak aku akan buat toko kue ini hancur berantakan!"
"Tapi bu, aku tidak punya uang sebanyak itu. Bahkan aku sudah tidak mendapatkan gajiku untuk tiga bulan kedepan," sesalnya.
"Akui sudah memberikanmu lelaki kaya raya dan uangnya tidak akan pernah habis dalam 50 tahun kedepan, masa hanya minta 5 juta saja kau bilang tidak punya uang, cepat berikan sekarang!" bentak wanita paruh baya itu dengan wajah garangnya.
"Yang kaya lelaki itu bu, bukan aku!" ucap Viona lagi.
"Jangan berlaga polos di depanku!"
"Cukup bu, apa ibu tidak sedikitpun punya rasa kasihan padaku? Dimana hati nurani ibu sebagai seorang ibu, aku hanya gadis penebus hutang bukan istrinya, dan aku tidak punya hak untuk meminta apapun darinya! tolong tinggalkan tempat ini aku tidak mau ada pelanggan yang melihat keributan ini, aku malu bu!" Ucap Viona sedikit membentak.
PLAKKKKK
Suara tamparan itu terdengar suara tamparan begitu nyaring.
"Beraninya kau menampar wanitaku!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments