topeng

Belum juga langit menampakkan fajar nya, dari tadi pasar-pasar tradisional sudah ramai. Jual beli sayur mayur segar yang digelar oleh para pedagang di lapak sederhananya. truk-truk pengangkut hasil bumi hilir mudik di jalan yang lenggang. Aktifitas ibu-ibu yang ngotot menawar harga yang tidak logis sudah lazim terjadi di sini dan para penjual yang dengan wajah datar ketika diancam ibu-ibu tadi akan membeli sayuran di toko sebelah. Para preman yang berkeliaran memastikan keamanan para pedangan dengan rokoknya yang terus mengebulkan asap.

Raya yang masih belum terbiasa tidur di tempat yang asing pun dari tadi hanya berguling-guling di kasur berharap kenangan yang menyusup di pikirannya pergi.

"Aaarghhhh....." Teriak Raya kesal karena dari tadi ia tidak bisa tenang. Dia pun berdiri dan memakai jaketnya.

"Kok tambah panas ya " ia pun buru-buru melepaskan jaketnya, ternyata udara ibukota sangat berbeda 180 drajat dengan udara kota asalnya. "Ya udah ginian aja" kata Raya seraya melepaskan jeansnya. Tinggal celana pendek dan kaos oblong. Dia pun melangkah ke arah pintu, dia membuka sebagian gorden yang menutupi jendela dan mengintip, memastikan kondisi luar. Setelah dirasa aman dia pun keluar.

Udara panas langsung menyambutnya ketika dia membuka pintu rumanya. Raya pun mengeluarkan sepeda varionya dan memakirnya di depan rumahnya. Dia kembali mengunci rumahnya supaya tidak ada tamu yang diundang memasuki rumahnya dan kembali ke sepedanya.

"Jek..jek..jek..Brum........" Dengan halus Raya memutar gas, seketika sepeda itu meluncur ke jalan yang lenggan. Sekarang tujuannya hanyalah satu mencari sarapan. Dia melakukan motornya ke arah pasar induk. Kanan kiri toko-toko mulai membuka lapaknya. Tapi di minsetnya hanyalah satu, yang ramai pasti enak siapa tau juga murah, hahahaha.

Dia pun terus melaju. Sampai di perempatan jalan yang sepi, Raya melihat lampu merah yang terus menyala kuning Tampa pernah merah ataupun Hijau, padahal jalannya sudah mulai ramai. Tak lama dia melaju dari perempatan terlihatlah rumah makan yang sudah ramai walaupun adzan belum terdengar. Dia pun memakirkan varionya lalu ikut ke gerombolan orang-orang yang antri berebut sarapan.

"Akhirnya, perutku yang menderita dari kemarin sore berbahagialah, ayo makan!" Raya pun duduk di di kursi yang paling pojok. Dia membasuh Dulu ke dua tangannya. Setelah itu sesi Santap- menyantapnya di mulai,. di mulai dengan menyeruput es tehnya. "Kok anyep (tawar) bang " dia pun pada pelayanan yang barusan lewat hendak membersikan meja di sampingnya.

" sampean baru datang ke sini ya ?, Dari Jawa ya ?" Kata pelayan itu, Raya pun mengangguk, dari Jawa ?, Emangnya di sini bukan Jawa ?" Batin Tera bingun.

"Iya mas kalo di sini teh itu ada dua jenis tawar dan manis tapi kalau tidak menyebut teh manis kalau memesan pasti dikasih teh tawar" jelas pelayanan itu. Raya pun hanya mengangguk-anggukkan kepalanya supaya terlihat paham, tapi dia masih heran dengan pernyataan "dari Jawa ya ?" Prasaan di peta ibukota itu terletak di Jawa, yah untuk apa dipikirkan nanti juga paham sendiri, ayo perut persiapkan diri mu, pikir Raya. Dia pun menikmati makanannya sambil menunggu matahari terbit dari Barat. Eh, kliru timur. Belum juga mataharinya terbit ternyata makan Raya tiba-tiba habis saja. Mungkinkah ia di tolong setan atau ada pencuri kecil yang mencuri secara diam-diam makanya waktu ia lengah. Dia pun memesan makanan lagi tapi dengan menu yang berbeda. Kali ini ia menatap terus makananya, supaya tidak terjadi lagi kejadian tadi.  Di tambah kamera jaga-jaga siapa tahu dia lengah. Dan tak lama sendawa pun terdengar dari mulutnya Raya, lega. Dia pun langsung membayar ke kasir apa saja yang telah ia makan. Dan wau mahal sekali, Batinnya.

Dia pun segera kembali ke rumahnya dengan hati dan perut yang bergembira tetapi dompetnya menangis meronta-ronta. Selama di perjalanan Raya mengawasi dengan seksama apa saya yang dilakukan oleh warga ibukota selama di pagi hari. Ada yang berangkat kerja ada, yang baru saja pulang dari kantor, ibu-ibu yang berbelanja kebutuhan, anak-anak yang bermain-main sambil mengikuti ibunya berbelanja. Ada juga yang berolahraga. Eh siapa itu, dia melihat seseorang yang berlari seprint dengan sangat cepat dengan membawa ransel dan di kakinya ada gelang-gelang besi. Dia pun berhenti mengawasi orang itu. Dia berlari dengan sangat cepat mungkin 60KM/jam sangking cepatnya. Hem aku jadi keinget sama latihanku kemarin waktu masih di rumah ternyata di sini juga ada ya, batin Raya.

"Eh kenapa tiba-tiba berhenti capek ya" batin Raya. Dan pelari itu pun melihat Raya, eh dia melihatku, batin Raya. Benar saja tak lama pelari itu pun berjalan menuju ke tempat Raya.

"Apa ada masalah" tanya pelari itu.

"Tidak, tidak, tidak saya hanya ingin melihat-lihat tapi begitu melihat mu aku sangat tertarik untuk mengawasimu, hehehe, boleh aku mintalah tolong " kata Raya.

"Oh gitu, lo bukan orang sini ya, dari Jawa ya ?, minta tolong apa ?" Tanyanya.

"Perkenalkan nama aku Raya, bintang Raya agung " kata Raya seraya mengulurkan tangannya bersalaman.

"Gue Rio Febrian, Lo bisa panggil gue Rio dan jangan pakai aku Kamu pakai Lo gue aja hehehe, omong-omong minta tolong apa Lo"

Aku, eh gue minta tolong ajarin dong caranya supaya fisik kuat seperti kamu, eh Lo" kata Raya yang banyak typo karena masih belum terbiasa.

"Hahaha, lucu juga lihat orang yang belum biasa menggunakan Lo gue, Ok besok pagi-pagi jam 3 an sudah di sini ya soalnya masih sepi dan jam 6 kan gue juga kerja"

"Ha jam 3 seriusan " tanya Raya kaget.

" ya jam 3 kalau GK mau Lo latihan sendiri aja, omong-omong Lo umur berapa"

"Aslinya sih 19 tapi ya di undur karena ada hal yang super penting "

"Apa itu ?"

"Rahasia dong, privasi dan aku sangat malu mengakuinya eh gue"

"Apa sih ?, Lo pakai malu-malu segala kita kan teman "

" aku ingin sekolah " kata Raya bohong, di hatinya Hem ya tidak mungkin ku berikan.

"Di mana ?"

" di insan cendekia"

"Ternyata Lo kaya juga ya bisa sekolah di situ"

"Hahaha, tidak juga, aku seorang diri tinggal di sini"

"Orang tua Lo ?"

"Orang tua ku eh gue kerja, aku ini anak rantau lah, ya kan masih pakek aku maaf ya belum terbiasa"

" Hahahah, berarti kamu sangat pintar dong, selamat ya"

"Ya terimakasih "

"Ayolah men !, jangan lemas gitu gue kan ngerasa gak enak sama Lo, enjoy aja"

"Eh besok jadi ya ?"

"Hahaha, Lo itu orang yang menarik dari sekian banyak orang yang gue temuin, ok besok ya jangan lupa jam 3 di sini, gue pamitan dulu persiapan kerja, sampai jumpa" katanya sambil bersalaman lalu pergi.

" Hem latihan ya, aku harus bersiap-siap untuk sekolah nih bisa gawat kalau telat, masa murid baru telat" pikir Raya. Dia pun kembali menaiki motornya. Dan kembali ke rumahnya, dia pun menatap langit yang sudah mulai terang. Raya pun mencengkram gas dengan kuat, motornya pun meliuk-liuk di antara mobil dan motor.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!