Setelah perjalanan panjang dari Jawa Timur ke ibukota yang melelahkan ia pun akhirnya sampai di stasiun Gambir ia segera. Turun dari gerbong sambil membawa barang-barangnya. Pistol yang diberikan pelayannya kemarin telah terselip di punggungnya dalam keadaan siap menembak. Juga belatinya juga sama, ia bersiap-siap jika terjadi sesuatu yang tidak ia harapkan.
Raya baru saja melangkah keluar dari pintu stasiun kereta dengan perasaan bingung yang menghantuinya. Setelah seharian perjalanan dengan kereta yang panjang, dia merasa sedikit kelelahan dan tidak terbiasa dengan keriuhan kota baru yang tengah dia kunjungi. Rasa bingungnya semakin memuncak ketika dia menghadapi pemandangan asing di sekitarnya. Tanpa ragu, dia segera mengeluarkan ponselnya dan memesan taksi online untuk membantunya mencapai alamat kontrakannya yang telah dicatat oleh ayahnya Johan.
Taksi online itu tiba dengan cepat, dan Raya langsung melangkah masuk. Dalam kebingungannya yang masih menghantui, dia memberikan alamat kontrakannya pada pengemudi taksi dan duduk dengan tegak di dalam mobil. Pemandangan di sekitarnya berubah dari gemerlap stasiun menjadi jalan-jalan yang semakin sepi. Dalam hatinya, Raya merenung, mencoba memahami betapa besar dan rumitnya kota ini. Dia merasa sedikit cemas, tetapi juga merasa bersemangat untuk menghadapi petualangan baru di tempat yang sama sekali berbeda.
Taksi pun mulai berjalan santai meliuk-liuk di jalan ibukota yang macet, tak ayal setelah melewati beberapa lampu merah mereka akhirnya terjebak dalam kemacetan yang parah.
"Ada apa pak ?, apa masih jauh ?" Kata Raya yang barusan melihat sekitar karena dari tadi ia bermain HP.
"Ini Lo den kita terjebak macet, kelihatannya si parah" wajab sopir taksi itu bete.
"Ya Uda tidak apa-apa, saya akan turun sini aja sambil mencari makan, berapa pak "
"70 ribu den, maaf Lo tidak bisa mengantarkan Raden ke tempat tujuan". Raya pun mengeluarkan secarik uang merah. Raya pun keluar dan mengambil semua barangnya.
"Kruuughk" suara perutnya pun berbunyi, ia sudah lapar saja padahal tadi malam sudah makan. Raya pun melihat jam tangannya, jarum pendek menunjukkan angka 1, sudah siang ternyata dan dia belum sampai ke kontrakannya, perasaan tadi keluar dari stasiun jam sebelas, masa jauh sekali, batin Raya. Ia pun masuk kesalah satu tempat makan yang ada di jalan itu. Tak lama ia pun keluar sambil kecewa berat, karena tadi tidak menyangka bahwa rasanya biasa saja untuk harga yang mahal. Ia pun melanjutkan perjalanannya dengan taksi online lagi.
Sama seperti tadi ia hanya menyerahkan secarik kertas yang berisikan alamat kontrakannya, supir itu pun mengangguk lalu tak lama mereka pun meluncur ke alamat tersebut.
Setengah jam berlalu mereka akhirnya memasuki perkampungan di pinggiran ibukota. Suasana yang asri langsung menyambutnya, banyak anak-anak yang bermain-main di jalan dan mereka pun minggir ketika mobil Taksi yang dinaiki Raya melewati mereka. Dan akhirnya mereka memasuki perumahan rakyat. Suasana ramai berganti senyap. Sepertinya ini adalah tempat orang-orang yang hanya berorientasi pada uang, uang, uang dan uang, batin Raya jauh di lubuk hatinya.
Deretan rumah kontrakan terlihat sangat biasa, ya namanya juga kontrakan. Dia pun akhirnya turun di Depan gang dengan seluruh barang-barangnya, taksi itu pun pergi setelah di beri uang. Raya merasa sedikit canggung saat dia melangkah ke dalam rumah itu. Semua ini adalah pengalaman baru baginya.
Dia mengambil secarik kertas kumal dengan alamat kontrakan dan mencoba mencocokkannya dengan nomor rumah di depannya. Tapi, seperti yang dia kira, ini tidaklah mudah. Raya merasa bingung dan tidak tahu harus berbicara dengan siapa. Dia merenung sejenak, mencoba menenangkan diri dan mengingat sifat berani dan tegas yang selalu dia miliki.
Akhirnya, dia mendekati tetangga di sebelahnya yang sedang merapikan taman belakang. "Maaf, saya baru pindah ke sini dan agak bingung. Bisa tolong tunjukkan ke rumah ini?" tanya Raya dengan sopan.
Tetangga itu, seorang pria paruh baya dengan kacamata, menoleh dan tersenyum. "Tentu saja, anak muda. Anda tinggal di rumah nomor berapa?"
Raya memberikan nomor rumahnya, dan pria itu memberinya petunjuk dengan ramah. "Rumah Anda ada di sana, di sebelah kiri saya. Selamat datang di perumahan ini!"
Raya merasa lega dan berterima kasih kepada tetangga barunya itu. Dia berjalan menuju rumahnya yang baru, dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, dia merasa bangga telah menyelesaikan tantangan pertamanya di ibukota ini. Di sisi lain, dia masih bingung tentang apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Tetapi, satu hal yang pasti, petualangan baru Raya telah dimulai, dan dia siap untuk menjalaninya dengan berani dan tegas.
Dia membuka kunci pintu rumah kontrakan dan masuk ke dalam. Rumah itu mungkin sederhana, tetapi Raya merasa seperti dia telah memasuki dunia baru yang penuh dengan misteri dan petualangan. Dia tahu bahwa dia akan belajar banyak hal di sini, dan meskipun ia masih merasa bingung, dia juga merasa antusias untuk menghadapi semua hal yang akan datang.
Raya mengambil napas dalam-dalam, melepaskan semua kekhawatirannya, dan memutuskan untuk menjelajahi rumah barunya. Dia tahu bahwa perjalanan ini mungkin akan sulit, tapi dia juga tahu bahwa itu akan mengubahnya menjadi pribadi yang lebih kuat dan lebih bijaksana. Dan dengan semangat berani yang selalu dia miliki, Raya siap untuk menghadapi semua petualangan yang menunggunya di kota baru ini.
Rumah itu terdiri dari 8 ruangan ruang tamu sekaligus merangkap sebagai ruang keluarga dan santai, dua kamar tidur dan satu ruangan latihan, satu kamar mandi dan dapur, oh ya dibelakang ada halaman sekitar 5 meter sangat luas. Semua ruang itu tidak kosong melompong sudah di isi dengan furniture yang dibutuhkan Raya seperti almari, kasur lantai, peralatan dapur, sofa, televisi, kulkas, dan yang spesial satu set alat gym dan latihan di ruang latihan belakang yang luas. Ternyata ayahnya sudah menyiapkan ini. Juga ada sepeda motornya, MT 10 yang sudah terparkir rapi di garasi mini di belakang. Ia pun kegirangan melihatnya, ia pun mengecek halaman belakangnya dan melihat semua rumah di sini lebih kecil dari rumah kontrakannya. Dan menemukan sebuah pintu. Rasa penasaran Raya pun memuncak, dia mencoba membukanya, "eh" ternyata tidak di kunci, ia pun membukanya lebar-lebar dan sangat terkejut ada tangga yang mengarah ke bawah menyambutnya. Dia pun semakin penasaran ada apa ya di dalamnya. Tampa berfikir panjang ia pun memasukinya.
Langkah demi langkah Raya mulai memasuki ruang itu, sangat gelap dan pengap. Dan akhirnya dia sampai di tempat yang sangat luas sampai-sampai cahaya dari flash HP Raya tidak bisa menembusnya. "Apakah Ayah telah menyiapkan ini semua, ternyata ayahnya tidak seburuk seperti apa yang dia kira, dia sudah menyiapkan semuanya" batin Raya. Dia pun naik kembali.
Oh ya kenalan dulu ah sama tetangga biar akrab, batinnya. Sekarang perasaannya sangat baik. Dia pun mandi dan setelah itu ganti baju.
"Ibukota aku datang " teriaknya di kamar.
"Tok, tok tok " suara ketukan pintu terdengar terlebih dahulu, perasaannya tiba-tiba buruk lagi, segera saja ia mengambil pistolnya dan setelah itu ia langsung mengendap-endap sampai jendela. "Oh tentangannya tadi, dan siapa itu orang tua yang berbaju PNS itu" batinya, ia pun menyelipkan pistolnya di pinggang lalu membuka pintunya.
"Assalamu'alaikum " kata tetangganya, Raya pun membuka pintunya.
"Ya ada apa ya?" Tanya Raya.
"Saya ketua RT di sini mau menyapa sekaligus mendata keluarga adek" jawab orang berseragam PNS tersebut.
"Oh silahkan masuk pak, duduk !, Duduk !, Jangan sungkan, saya baru saja pindah jadi tidak ada sesuatu yang di suguhkan"
"Tak apa dek, omong-omong Dimana keluarga adek, dari tadi adek tanya ke rumah saya sendirian saja" tanya tetangga yang ia tanyai tadi yang sudah duduk di sofa.
"Saya sendiri aja pak keluarga saya tetap di kampung" jawab Raya.
"Kenapa ?" Kata pak RT.
"Saya mau sekolah di insan cendekia pak jadi harus pindah " jawab polos Raya.
"Oh, hebat kamu dek aku salut padamu" kata pak RT diamini tetangganya. Mereka pun melanjutkan obrolan sampai sore hampir magrib.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments