Sudah satu minggu berlalu sejak Liona menemui Mama Karin. Dan saat ini Liona berada di sebuah restaurant untuk makan siang.
" Bagaiman dengan si penghkianat Robert itu." Tanya Liona datar disela makannya.
" Sudah dua hari ini dia sakit Nona, tidak mau makan dan minum. Dia ingin hidupnya segera diakhiri saja." Sahut Dio menemani Liona makan siang.
" Tidak akan semudah itu, dia harus membayar mahal atas apa yang terjadi pada keluargaku." Geram Liona menyelesaikan acara makannya.
" Dio, besok saya memberi kamu cuti selama tiga hari." Ucap Liona dari penumpang belakang.
" Kenapa Nona?" Tanya Dio merasa heran.
" Apa kau tidak merindukan keluargamu?" Tanya Liona. " Sudah lama rasanya saya tidak memberikan kamu cuti." Ucap Liona lagi.
" Terima kasih Nona," Ucap Dio
Dio tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, memang sangat jarang Liona memberikannya cuti.
Saat mobil melawati sebuah taman, tiba-tiba Liona menyuruh Dio untuk berhenti.
" Berhenti Dio!" Ucap Liona tiba-tiba
Dio pun menghentikan mobilnya, " Ada ap- " Ucapan Dio terpotong saat melihat Liona sudah turun dari mobil.
Liona berjalan cepat kearah depan. Liona yang sejak tadi memperhatikan jalan, tiba -tiba dia melihat seorang anak kecil yang sedang menangis dipinggir jalan tanpa memperhatikan jalannya.
Tinnn..
Suara klakson mobil dari arah samping anak kecil tersebut. Dan...
Brukk.
Liona terjatuh ke trotoar jalan, sambil memeluk seorang anak kecil. Jika Liona tidak cepat menarik anak kecil itu, mungkin sekarang anak itu sudah tertabrak.
" Woi, kalau punya anak dijaga dengan benar dong!!" Bentak pengemudi mobil tadi. Menyembulkan kepalanya dikaca mobil, lalu kembali melajukan mobilnya.
Liona melirik sekilas, lalu kembali menatap anak kecil yang ada dipelukannya. Anak itu menangis sambil memeluk erat Liona.
" Hei, tenang Girl. " Ucap Liona mengusap punggung anak itu.
" Anda tidak pa pa Nona? Hosh hosh hosh," Tanya Dio ngos-ngosan. Lalu membantu Liona untuk berdiri.
" Saya tidak apa," Sahut Liona
Saat Liona keluar dari mobil, Dio memilih untuk keluar dan berdiri disamping mobil. Dio terus memperhatikan Liona yang berjalan menjauh. Sampai dia melihat ada sebuah mobil yang mendekat kearah Liona dan Dio langsung berlari kearah Liona.
Liona berjalan masuk kearea taman diikuti oleh Dio, sambil menggendong anak kecil yang sejak tadi memeluknya sambil menangis . Lalu ia duduk di sebuah kursi panjang.
" Dio tolong belikan air minum dan es krim," Titah Liona tanpa menatap Dio.
" Baik Nona," Ucap Dio berlalu pergi.
" Hei, kamu tidak pa pa kok. Disini sudah ada Aunty , kamu berhenti ya nangisnya." Ucap Liona lembut menenangkan anak kecil itu.
" Hu hu hu, Vivi takut." Ucap Vivi anak yang ditolong Liona. Memeluk tubuh Liona erat.
Selang beberapa menit akhirnya Dio datang, membawa sebotol air minum dan satu cup es krim yang diminta oleh Liona.
" Ini Nona pesanannya," Ucap Dio menyerahkan kantong kresek pada Liona.
" Aunty punya es krim buat Vivi," Ucap Liona lembut sembari membuka tutup cup es krim.
Vivi melepas pelukannya, lalu menatap Liona. " Vivi mau Onty," Ucap Vivi turun dari pangkuan Liona dan duduk disebelahnya.
" Biar Aunty suapin ya," Ucap Liona lembut sambil tersenyum. Lalu mulai menyuapi Vivi
Dio yang sejak tadi berdiri di sebelah Liona tertegun melihat sikapnya pada seorang anak kecil yang baru saja ditolongnya. Sikap yang tidak pernah ditunjukkan Liona pada siapapun. Dio yang sudah lima tahun bekerja dengan Liona tidak pernah melihat sisi Liona yang hangat seperti ini.
" Dimana orang tua kamu Vivi?" Tanya Liona sambil mengusap sisa es krim yang menempel di bibir Vivi dengan tisu.
Vivi menggeleng, " Tadi aku kesini sama tante Yuni, tapi sekarang dia pergi." Jawab Vivi sendu.
Kamu tau nomor telpon tante kamu?" Tanya Liona menyelipkan rambut Vivi yang menutupi wajahnya.
" Enggak Onty," Sahut Vivi menggeleng.
" Kamu ingat alamat rumah kamu?" Tanya Liona lagi.
" Iya, dijalan xxxx." Sahut Vivi menatap Liona tersenyum.
" Ya udah, kalau gitu Aunty antar kamu pulang aja ya." Ujar Liona berdiri
" Emm, Onty. Boleh minta gendong?" Tanya Vivi merentangkan kedua tangannya. Dan dibalas anggukan oleh Liona. " Yeay!" Seru Vivi.
Liona pun segera menggendong Vivi, melangkah meninggalkan taman. " Terima kasih Onty!" Ucap Vivi senang, mengecup sebelah pipi Liona. Dan Liona hanya membalasnya dengan senyuman.
Tanpa mereka ketahui, tak jauh dari tempat mereka berada. Ada seorang wanita yang sedang mencari anak kecil yang ia tinggalkan ditaman tadi. " Arrgh, dimana sih anak nyusahin itu!" Geram perempuan tersebut. " Kalau kayak gini caranya, bisa gagal rencana aku untuk merebut hati bapaknya!" Kesalnya.
*
*
Mobil yang dikemudi oleh Dio, kini telah sampai di alamat yang katakan oleh Vivi. Di sebuah rumah mewah bernuansa eropa klasik.
" Ini benar rumah kamu Vivi? Tanya Liona. Memang jika dilihat dari penampilan Vivi, dia seperti anak dari keturunan konglomerat.
" Iya Onty," Sahut Vivi lalu keluar dari mobil mendahului Liona.
" Pak Toto! " Teriak Vivi mendekat kearah satpam." Apa Papih udah pulang?" Tanyanya.
" Belum Nona," Sahut Pak Toto.
Wajah ceria Vivi kini berubah sendu. " Tak apa Nona, mungkin sebentar lagi Tuan akan datang." Ucap Pak Toto menghibur Vivi.
" Apa benar ini alamat Vivi?" Tanya Liona datar.
" Iya Nona, anda Siapa ya?" Icap Pak Toto bertanya.
" Onty ini yang telah nolong aku tadi Pak Toto," Bukan Liona yang menjawab tapi Vivi.
" Nolong gimana Non?" Tanya Pak Toto menatap Vivi dan Liona bergantian.
" Entar aku jelasin deh!" Sahut Vivi. " Onty masuk dulu yuk!" Ajak Vivi.
" Maaf Vi.., Aunty masih ada pekerjaan. Lain kali aja ya Aunty mampirnya." Tolak Liona halus sembari mengusap kepala Vivi.
" Iya udah deh," Ucap Vivi mengerti.
" Dijaga baik- baik ya Pak Vivinya." Ucap Liona datar melangkah pergi.
" Bye Onty!!" Teriak Vivi melambaikan tangannya.
Liona berbalik menatap Vivi, lalu tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya.
" Nona itu sepertinya memiliki dua kepribadian yang berbeda," Gumam Pak Toto. Dia melihat jelas perbedaan bagaimana Liona saat bicara padanya dan Vivi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments