Setelah keluar dari Mansion sang Kakek, Liona pulang kerumahnya. Rumah peninggalan sang Papa, yang Papa bangun dengan usahanya sendiri tanpa meminta bantuan dari kakek Rafi.
Sesampainya dirumah, Liona langsung mandi agar bisa menyegarkan kepalanya. Selang beberapa menit, Liona menyelesaikan ritual mandinya dan ia bergegas untuk turun kebawah menemui Dio.
" Apa kau sudah memperketat keamanan di sekitar Mamaku?" Tanya Liona duduk di sofa sedangkan Dio berdiri di sebelahnya.
" Sudah Nona," Sahut Dio melirik sang Nona yang sedang menuang wine kedalam gelas.
" Lalu bagaimana dengan pria itu?" Tanya Liona sambil meneguk winenya.
" Sudah dikurung Nona, Apa itu tidak terlalu kejam Nona?" Ucap Dio dan sukses mendapatkan tatapan tajam dari Liona.
" Apa kau sudah bosan bekerja denganku Dio? Jika iya, maka katakanlah. Aku tidak butuh seorang asisten penceramah, cukup jalankan saja perintahku!" Tegas Liona lalu beranjak meninggalkan Dio.
Dio hanya bisa menghela napas melihat kepergian sang Nona. Jika dia punya pilihan lain , maka dia akan berhenti bekerja sebagai asisten Liona. Tapi dia sudah terikat oleh janji dengan almarhum Leon, kakak Liona. Akan tetap berada di sisi adiknya, dan menjaganya seperti adik sendiri.
" Jika seperti ini terus, maka anda akan banyak memiliki musuh Nona." Gumam Dio mengingat kejadian tadi siang.
Setelah kepergian Liona dari markas tadi siang, pria yang ia hukum bersumpah akan menghancurkan Liona. Dan bukan hanya dia saja tapi banyak orang yang telah Liona perlakukan dengan kejam sebelumnya.
*
*
Liona kembali kekamarnya, membuka laci dan mengambil sebungkus rokok. Lalu ia melangkah kearah balkon, menghidupkan roroknya dan menyesapnya.
Inilah yang akan Liona lakukan jika pikirannya sedang tidak baik. Sekedar untuk menenangkan pikirannya.
Liona menatap ke langit, malam ini langit tampak cerah dengan ribuan bintang yang berkelap-kelip indah.
" Pa, Kak aku tidak akan mengampuni mereka yang telah membuat kalian pergi. Aku sudah berhasil menangkap dalangnya dia adalah sahabat papa sendiri. Orang yang sangat Papa percaya dan sudah Papa anggap seperti saudara sendiri. Robert, aku tidak akan mengampuninya Pa." Gumam Liona penuh amarah.
Setelah menghabiskan beberapa batang rokok, akhirnya Liona memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya.
Keesokan paginya, Liona terbangun. Dia langsung mandi dan bersiap kekantor.
" Pagi Nona," Sapa Dio yang berdiri disamping meja makan.
" Hem, duduk Dio. Temani saya sarapan," Titah Liona duduk dikursi
" Tapi Nona- ," Ucapan Dio dipotong Liona.
" Saya tidak menerima bantahan Dio, cepat duduk!" Tegas Liona
Mereka berdua pun menikmati sarapan dengan tenang. Tanpa ada yang berbicara.
Liona menyuruh Dio untuk tetap tinggal dirumah Nya. Agar memudahkan Liona jika dia membutuhkan bantuan Dio.
" Apa jadwal saya hari ini padat Dio?" Tanya Liona duduk di kursi penumpang belakang, sambil membuka tab nya.
" Tidak terlalu Nona, hanya ada satu pertemuan saja." Sahut Dio tetap fokus menyetir.
Sesampainya dikantor, Dio langsung membukakan pintu untuk Liona. Mereka berjalan memasuki area perkantoran, dengan Liona yang berjalan didepan dan Dio mengekor.
Melihat sang pemilik perusahaan tiba, seluruh karyawan menunduk memberikan hormat. Mereka sangat tau siapa itu Liona Cassandra, pemilik perusahaan CASSA group. Yang terkenal dengan kekejamannya dan tidak berbelas kasih, bagi siapapun yang berani mengusiknya.
Liona masuk kedalam ruangannya, di ikuti Dio sang asisten. " Jam berapa pertemuannya Dio?" Tanya Liona sembari duduk di kursi kebesarannya.
" Bertepatan dengan jam makan siang Nona," Sahut Dio membuka agenda Liona.
Bukan hal yang mudah, sampai Liona bisa menempati posisinya sekarang. Dia harus bisa memegang perusahaan saat masih remaja. Dari perusahaan yang kecil kini menjadi perusahaan yang besar, dan cukup terkenal.
Perusahaan yang dulunya dibangun oleh sang Papa, walaupun papanya terlahir dari keluarga yang memiliki perusahaan besar, tapi Papa Arya tidak mau mengandalkan harta keluarganya. Dia lebih suka berusaha sendiri, berbeda dengan adikknya yang sangat tamak dengan harta warisan.
*
*
Siang harinya Liona melakukan pertemuan dengan salah satu kliennya. Setelah melakukan pertemuan, Liona meminta Dio untuk mengantarnya ke pemakaman.
" Sudah sampai Nona," Ucap Dio menyadarkan Liona yang masih sibuk dengan tabnya.
Liona tersadar, dan segera menaruh tabnya. " Biar saya belikan bunganya dulu Nona," Ucap Dio membukakan pintu untuk Liona.
" Tidak perlu Dio, saya akan membelinya sendiri." Tolak Liona melangkah menuju penjual bunga dan segera memasuki makam.
" Siang Pa, Kak. " Sapa Liona berjongkok diantara makam Papa dan Kakaknya.
Mengelus nisan keduanya secara bergantian, lalu menaburkan bunga." Pa, Kak. Aku akan selalu ingat hari ini, hari dimana kalian pergi meninggalkan aku dan Mama untuk selamanya." Ucap Liona sendu.
" Sudah lima tahun kepergian kalian, dan sudah lima tahun pula Mama dirawat di rumah sakit jiwa karena depresi. Tapi aku tidak akan menyerah Pa, Kak. Aku akan lakukan apapun untuk bisa membuat Mama kembali seperti dulu." Ucap Liona penuh keyakinan.
" Aku pamit dulu ya, Pa." Ucap Liona memeluk nisan bertuliskan Arya Ananda.
" Aku pamit ya ,Kak." Ucap Liona bergantian memeluk nisan bertuliskan Leonard Permana.
Liona berjalan meninggalkan makam, melangkah menuju mobilnya.
Dio membukakan pintu untuk Liona, lalu segera ikut masuk ke dalam mobil di kemudi. " Langsung kekantor atau ada keperluan lain Nona?" Tanya Dio melajukan mobil.
" Langsung kekantor saja," Sahut Liona datar
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments