"OH ****!! you f*uking bastard James! I promise you'll never know and never-ever-ever-ever meet your baby, you sucking creatures everhad!!!! I HATE YOU JAMES!!"
Di tengah mabuknya Naomi mengutuk si bule LA, James yang membuat hidupnya begitu menyebalkan setelah dia tahu bahwa dia hamil.
"Naomi,loe gila banget! Loe tuh lagi hamil! Orang hamil gak boleh minum alkohol!" Eric mencoba menarik Naomi dari meja bar, karena dia sudah terlalu banyak minum alkohol.
Setelah tertidur sejenak di klinik obgyn milik Eric, entah apa yang merasuki pikirannya, Naomi impulsif berlari ke salah satu bar bernama Ephipany club.
Dan ketika aku bilang 'berlari', yang aku maksud adalah dia benar-benar berlari, dan Eric yang melihat itupun secara refleks langsung ikut berlari mengejar Naomi.
"Hiks..ahh.. Eric, gue hamil Rik, gue harus bilang apa sama orang tua gue...hiks.."
"Gue gak mau jadi pembunuh dengan ngegugurin my bubu, tapi gue juga gak mungkin bilang hamil kalau laki-nya aja gak ada....!"
"Ah iya! Loe bisa jadi ayah dari anak gue, loe bisa jadi walinya my bubu... hehehe, loe mau kan, Rik? Loe mau kan jadi ayah?"
Ocehan terakhir Naomi membuat Eric jadi membatu, "loe gila aja! Kita kan temen, Nom! Udahlah ayo... Banyak orang yang ngeliat tuh, loe gak malu apa? Ayo pulang..."
Naomi masih di dalam mode mabuknya berteriak dan membuat keributan, Eric yang melihatnya saja malu.
"Maaf tuan, jangan buat keributan di sini, pelanggan yang lain jadi terganggu".
Bahkan pegawai bar-nya pun sampai harus menegur mereka.
"Ah.. sumpah, bikin malu aja nih anak!"
"Eh.. NAOMI! LOE MAU KEMANA!?"
Tiba-tiba saja Naomi berlari keluar bar, dan membuat Eric kewalahan.
Huft, kadang ujian sering datang dari orang terdekat kita, setuju?
" Tuan, anda belum membayar!" Dan saking paniknya, Eric sampai lupa kalau Naomi masuk ke dalam bar tanpa membawa uang.
"NAOMI, AWAS AJA LOE KALO PERGI JAUH! GUE JAMIN LOE..."
Saat keluar dari bar, Eric di kejutkan oleh pemandangan di depannya.
"Eh.. saya kebetulan lewat sini dan Naomi tiba-tiba begini.."
Situasi apa ini? Apa kita punya pemikiran yang sama? Ya, itu Raihan.
Eric melihat Raihan sudah di peluk erat lehernya oleh Naomi yang masih saja bergumam tidak jelas di tengah mabuknya.
"Loe kenal Naomi?" Tanya Eric to the point.
"Ehm.. bisa di bilang, saya dan Naomi sudah dalam proses lamaran".
Jawaban Raihan membuat Eric menjadi over thinking, 'lamaran'? Tuh orang sama Naomi? Kenapa gue malah baru tau?
Tapi Eric mencoba menghilangkan kegelisahannya.
"Bagus deh kalo loe kenal, tolong di jaga ya tuh anak, gue gak yakin dia bakal bisa masuk rumah malem ini, loe bisa bawa dia ke motel, hotel atau kemanalah terserah, gue masih ada urusan".
Dan Eric langsung pergi begitu saja.
"Eh, tunggu sebentar!" Raihan menghentikan Eric.
" Eh, maaf. tapi bukannya anda teman Naomi, apa anda akan meninggalkan dia begitu saja dengan pria asing?".
" Ahahahaha..." Eric yang mendengar itu langsung tertawa lepas, dan membuat Raihan jadi bingung.
"Harusnya loe khawatir sama diri sendiri, gue malah lebih takut kalau loe yang di apa-apain sama Naomi", setelah mengatakan itu Eric kembali berlari pergi meninggalkan Raihan dan Naomi.
"Aduh.. bagaimana ini?" Raihan kalut di tengah situasi yang membingungkan, dia melihat Naomi yang sekarang sedang muntah-muntah karena terlalu banyak minum alkohol.
*****
Pagi harinya, Naomi bangun dengan kepala yang pusing dan seberat bola bowling.
"Ishh... pusing banget sumpah".
Dan seperti bertemu fatamorgana di tengah gurun pasir, dia meneguk air yang sudah tersedia diatas meja dan akhirnya kesadarannya kembali.
"Eh, rumah siapa ini?"
Naomi mendapati dirinya sudah ada di kamar yang luas dengan nuansa vintage yang khas, sudah pasti ini bukan kamar rooftop minimalis di rumah orang tuanya.
Tapi Naomi tak terlalu pusing tentang hal itu, dan memilih untuk keluar kamar untuk mencari makanan.
"Ah... Selamat pagi Naomi", dan seperti skenario sinetron murahan yang selalu di tonton Nawa, Naomi berpapasan dengan Raihan yang sedang membuat sarapan di dapur.
"Oh.. jadi ini rumah loe?" Naomi santai mendekati Raihan untuk melihat apa yang dia masak.
"Naomi, tolong pakai dulu baju kamu," Raihan memalingkan wajahnya dari Naomi karena dia hanya memakai dalaman dengan model swimsuit.
Naomi melihat dirinya sendiri, dan ketika tersadar, dia hanya tersenyum mengejek.
"Ya ampun Raihan, muka loe imut-imut kaya bocah TK tapi ternyata loe sebejat itu ternyata".
Naomi mengambil asal kemeja yang di gantung di kursi makan dan tanpa tahu itu punya siapa, dia memakainya santai.
"Kamu salah paham, kejadiannya gak seperti yang kamu pikir". Dengan muka memerah, Raihan menggeleng panik karena tuduhan Naomi.
"Ehm..tadi malam itu kamu mabuk, dan kebetulan aku lewat bar itu, dan Eric yang meminta aku untuk menjaga kamu, jadi aku bawa kamu kesini", jelas Raihan panjang lebar.
"Oh iya, gue inget sekarang.." Naomi tertawa hambar mengingat kejadian semalam."sialan tuh Eric!" Naomi mengumpat dalam hati.
"Kepala kamu masih sakit?" Eric menghidangkan sarapan pagi yang simpel, omurice dan sup jamur tiram.
Naomi yang sudah lapar dari tadi langsung melahapnya dengan cepat.
"Hmp..laper banget ya? Tau gitu aku masak banyak tadi", Raihan memperhatikan cara makan Naomi dengan ekspresi gemas, di matanya Naomi seperti hamster imut.
"Sial..gak pernah ada yang masak makanan yang bisa bikin gue sarapan pagi, Bu Icha aja gak pernah", secara tidak sadar, Naomi memberi pujian pada masakan yang di buat Raihan.
"Kenapa Kamu manggil ibu kandung kamu sendiri kaya manggil ibu tetangga?" tanya Raihan heran.
"Suka-suka gue lah", Naomi memang tidak akan pernah berubah.
"Kalau kamu sesuka itu sama omurice, aku bisa bikinin kamu setiap hari nanti, kalau kita udah nikah", dan bisa-bisanya Raihan mencari kesempatan untuk membahas tentang pernikahan.
Naomi menghela nafas perlahan,tahu bahwa Raihan memancingnya untuk membahas itu; yah mungkin sekarang memang kesempatan bagus, hanya ada mereka berdua disana dan Naomi bisa berbicara sesuka hatinya.
"Loe tuh se-ngebet itu ya mau nikahin gue?".
"Hehe, keliatan banget, ya?".
"Ya jelas P'A!" *Kan, keluar juga kata kasar"
"Aku sih, maunya sekitar satu atau dua minggu lagi, lebih cepat lebih baik, kan?"
What?satu Minggu?!
"Loe ngajak nikah atau ngajak bikin bisnis MLM? Cepet banget deadline nya".
"Kenapa nggak? Calonnya udah ada, modalnya sudah terkumpul, tinggal kamu bilang 'ya aku mau', kita bisa aja nikah sekarang".
"Bwahaha...loe gila". Naomi memang kadang impulsif, tapi untuk mengambil keputusan sebesar ini,mana mungkin dia langsung bilang YA.
Kata-kata Raihan membuat Naomi berfikir, dia memang sedang membutuhkan pernikahan sekarang, apalagi dengan adanya bubu di dalam rahimnya. Mungkin saja ini kesempatan bagus untuk memalsukan kehamilannya, dan membuat doktrin bahwa kehamilannya alami karena pernikahan. Toh usianya sekarang belum terlalu besar untuk bisa di palsukan.
"Kenapa loe mau nikah sama gue?"
"Karena aku cinta sama kamu".
"Trus kenapa loe harus cinta, sama cewe gila kaya gue?!"
"Naomi, aku gak punya alasan pasti untuk mencintai kamu".
"Loe gila Raihan, mana ada yang kayak gitu?!"
"Naomi, i know this is sound crazy, tapi aku memang gak punya alasan untuk mencintai kamu, karena aku mencintai kamu dan bukan sifat kamu, aku menilai cinta secara objektif dan bukan subjektif, kalau aku memberi alasan pasti di dalam cinta, misalnya aku cinta kamu karena kamu cantik, mandiri, dewasa, atau pintar, rasa cinta itu akan ikut hilang ketika sifatnya hilang. Tapi aku mencintai kamu karena itu 'kamu', maka apapun yang terjadi, rasa cinta itu akan tetap ada".
Naomi melongo mendengar penjelasan Raihan, "woah, berapa lama loe belajar filsafat biar bisa ngomong kayak gitu?"
"Aku gak harus belajar filsafat untuk menjelaskan definisi cinta".
"Oh, oke".
"Oke? Jadi kamu mau menikah sama aku?" Lebarnya senyum Raihan mungkin bisa mengalahkan senyum kudanil.
"Gue mau, tapi gue gak mau masak nanti".
"Aku cari istri, bukan cari koki".
"Gue juga gak biasa bersih-bersih rumah".
"Kita bisa bagi tugas".
"Gue juga suka ngigo kalo tidur".
"Aku bisa beli earbuds segudang kalau mau".
"Gue juga gak bisa bangun pagi kalo gak di bangunin".
"Aku akan jadi alarm alami untuk kamu setiap harinya ".
"Kalo gue bilang gue berhenti kerja setelah hamil?".
"Aku yang akan nafkahin istri dan anak-anak ku, bahkan kalaupun kamu gak kerj
a setelah menikahpun aku gak akan protes".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
C S Rio
Jangan berhenti menulis, cerita yang menarik selalu dinantikan.
2023-08-31
1