"Andra, siapa dia?" Denada yang tadi sempat ke toilet akhirnya datang, ia heran saat melihat Andra berbicara dengan seorang gadis kecil.
"Nada, lihatlah. Dia sangat mirip denganku," kata Andra tidak memalingkan pandangannya sama sekali dari Andara.
Denada mengerutkan dahinya, ikut memperhatikan Andara yang memang sangat mirip Andra itu. Mereka berdua sangat mirip, jika melihat Andara, pasti seperti melihat Andra versi perempuan.
"Ya, dia sangat mirip denganmu, Andra. Anak siapa ini?" tanya Denada, malah berpikir kenapa bisa ada anak yang sangat mirip dengan Andra seperti Ayah dan anak.
"Entah, jika aku punya anak, pasti akan seperti ini juga," kata Andra asal saja, terlalu kagum dengan kecantikan Andara yang menurutnya sangat imut dan menggemaskan.
Denada mengerutkan dahinya lebih dalam. Mendadak firasat buruk menggelayuti dirinya. Tapi ia segera membuang pikirannya jauh-jauh.
'Andra adalah pria yang sangat baik, dia tidak mungkin meninggalkan benih sembarangan apalagi sampai memiliki anak'
"Mungkin itu hanya kebetulan saja, Andra. Bukannya di dunia ini ada 7 orang yang mirip? Mungkin anak kecil ini salah satunya," kata Denada mencoba membuat persepsi sendiri yang menurutnya masuk akal.
"Eh, itu bel sekolah udah bunyi. Ayo Clayton masuk, habis ini pulang sama Tante sama Om," ujar Denada lagi.
Clayton mengangguk mengiyakan, ia segera berlari masuk ke kelasnya. Tapi Andara justru masih tetap tinggal, gadis kecil itu asyik menatap sosok Andra yang benar-benar membuat ia terpesona.
"Anak manis, kamu tidak mau masuk ke kelas?" tanya Andra menjawil hidung Andara.
"Aku mau masuk, Om. Tapi, aku mau tanya nama Om, nama Om siapa?" kata Andara dengan wajah ingin tahunya.
"Nama Om, Andra."
"Om Andra, aku masuk kelas ya. Ibuku bilang jangan mengatakan selamat tinggal, siapa tahu kita akan ketemu lagi nanti. Om ingat aku terus ya," kata Andara tersenyum manis.
Andra semakin terpesona dengan gadis kecil itu. Ia mengangguk lalu mengulurkan tangannya untuk mengelus rambut Andara.
"Om pasti mengingatmu, masuklah." Andra mengangguk mengiyakan permintaan gadis kecil itu.
Andara mengangguk cepat-cepat, ia berjalan menjauh dan melambaikan tangannya pada Andra. Dalam otak kecilnya saat ini berpikir ingin bisa bertemu Andra lagi suatu saat nanti.
Andra sendiri tidak tahu kenapa, ia bukan pria yang mudah dekat dengan orang lain, apalagi anak kecil. Tapi saat bertemu dengan Andara, hatinya merasa begitu nyaman.
_____****_____
Rexha datang ke sekolah saat semua siswa baru saja keluar kelas. Ia bernafas lega karena tidak terlambat untuk menjemput putrinya. Siang itu ia masih menggunakan pakaian kerjanya yang kedodoran, dan rambutnya ia ikat asal. Tapi tetap saja Rexha terlihat sangat cantik.
"Mana Dara?" gumam Rexha melihat-lihat dimanakah putrinya berada.
Rexha memperhatikan satu persatu wajah anak yang keluar kelas. Tapi ia tidak menemukan Andara, ia kemudian berjalan masuk dan barulah ia melihat putrinya. Tapi ia heran saat melihat putrinya itu berbicara dengan pria asing.
"Dara!" teriak Rexha memanggil putrinya.
Andara yang sebelumnya masih berbicara dengan Andra, seketika menoleh saat mendengar suara ibunya. Termasuk Andra dan Denada, ia memang sengaja menunggu sampai Andara dijemput agar anak itu aman.
"Ibu!" Andara ikut berteriak seraya melambaikan tangannya.
Rexha ingin beranjak dari tempatnya, tapi saat pria yang berbicara dengan putrinya menoleh, ia sontak langsung membalikkan tubuhnya. Matanya membulat sempurna, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya tadi.
"Dia? Kenapa dia ada disini?"
Satu pertanyaan itu langsung muncul dibenak Rexha. Ia tidak mungkin salah lihat, karena ia sangat hafal betul dengan siluet pria itu meskipun dari jarak yang cukup jauh.
"Ibu?" Andara kembali berteriak karena Ibunya tidak menyahut.
"Itu ibumu?" Andra mengerutkan dahinya, merasa bingung karena wanita yang disebut Ibu oleh Andara justru menghindar.
"Iya, Om. Itu Ibuku sudah datang. Aku pulang dulu ya, Om. Terima kasih sudah menjagaku," kata Andara membungkuk sebagai tanda berpamitan, ia lalu segera berlalu untuk menemui Ibunya.
Andra mengerutkan dahinya, benar-benar tidak mengerti dengan sikap Ibu Andara yang menurutnya sangat aneh itu. Ia memperhatikan wanita itu dari jauh. Merasa familiar, tapi dimana ia pernah melihatnya?
'Kenapa dia harus menghindar?"
"Andra, udah yuk kita pulang," ujar Denada merasa sudah cukup lama berada disana.
"Iya Om, aku juga udah laper," imbuh Clayton sembari memegangi perutnya.
Andra mengangguk mengerti, sebenarnya ia masih ingin melihat bagaimana wajah Ibunya Andara, ia sangat yakin kalau wanita itu jelas menghindarinya. Tidak mungkin wanita itu langsung berbalik jika tidak ada sesuatu yang aneh.
Andra pun segera berlalu bersama Denada dan juga Clayton. Ia menggandeng tangan keponakanya itu Denada yang bergelayut manja dilengannya.
Rexha melihatnya, melihat semua itu dengan jelas dari balik pohon tempatnya bersembunyi. Melihat bagaimana bahagianya Andra dengan keluarga kecilnya.
'Dia memang tidak pernah serius denganku, dia selalu mempermainkan perasaannku.'
Rexha merasa membenci dirinya sendiri. Setelah sekian lama, kenapa ia harus menyesal sekarang? Rasa sesal yang begitu menyesakkan hingga ia tidak kuasa untuk menahan tangisnya.
'Sejak dulu aku memang yang bodoh. Kenapa harus percaya jika dia hanya mencintaiku? Sekarang dia bahkan sudah lupa dan memiliki anak dari wanita lain.'
"Andra, kenapa kamu melakukan ini padaku?" lirih Rexha memegangi dadanya yang sakit, air matanya bahkan tidak mau berhenti.
"Ibu! Ibu!"
Rexha tersentak saat mendengar suara putrinya. Ia buru-buru mengusap air matanya dengan kasar. Ia berusaha tersenyum meski saat susah sekali.
"Ibu, kenapa Ibu disini?" tanya Andara mengatur nafasnya yang ngos-ngosan karena sempat berlari tadi.
"Dara, jangan lari-lari. Ibu ada disini, Sayang. Ibu ada buat Dara, Ibu sayang Dara." Rexha tidak tahu mengapa, begitu melihat wajah putrinya yang sangat mirip dengan sang Ayah, membuat ia langsung memeluk putrinya dengan sangat erat.
"Ibu menangis?" tanya Andara.
Rexha menggeleng pelan, berusaha keras untuk tidak menangis didepan putrinya.
"Enggak, Ibu hanya merindukan, Dara. Pengen banget meluk Dara, boleh?" kata Rexha dengan suaranya yang bergetar menahan tangis.
"Ehem, tentu saja, Ibu." Andara mengangguk saja.
Rexha pun kembali memeluk putrinya dengan erat, tapi tidak menyakiti.
"Ibu, aku rasa ... Aku sudah menemukan Ayah," celetuk Andara secara tiba-tiba.
"Apa?" Rexha membulatkan matanya terkejut, ia berpikir apakah Andra sudah tahu tentang putri mereka?
"Ya, Om baik dan tampan. Ibu bilang, Ayahku sangat tampan bukan? Dia juga seperti itu, Ibu. Aku mau punya Ayah itu, apakah bisa?" kata Andara dengan polosnya.
"Om baik dan tampan siapa?" Rexha bertanya dengan nada sedikit membentak, teringat akan Andara yang tadi sempat berbicara dengan Andra.
"Om tadi Ibu, aku sangat menyukainya. Namanya juga sangat mirip denganku, Om Andra. Aku mau punya Ayah itu Ibu, bagaimana caranya?" Andara semakin bersemangat menjelaskan, seulas senyum itu bahkan tak lepas dari bibir manisnya.
Rexha justru semakin terkejut mendengar nama yang disebut putrinya. Ia tersenyum penuh ironi, air matanya bahkan langsung meleleh betutu saja tanpa bisa dicegah. Memandang sendu kearah putrinya yang tampak sangat berharap itu.
'Dia memang Ayahmu, Dara. Dia memang orangnya.'
Rexha ingin sekali berteriak mengatakan pada dunia tentang kebenarannya. Tapi kenyataan pahit saat Andra sudah memiliki keluarga, membuat ia menahan dirinya.
'Andra ... Apa kamu juga akan menyayangi anakku seperti kamu menyayangi anakmu. Andra ... Kita sudah punya putri sekarang ....'
Happy Reading.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Afternoon Honey
Andara anak pintar dan manis, jatuh hati deh om Andra padamu 👈@👉💖
2023-09-19
1
Dwi ratna
sabar dara,itu papamu kok
2023-09-09
1
Nur Yuliastuti
terimakasih up nya 🤗😍😍
2023-09-01
1