Rexha mendatangi kamar putrinya sembari membawa nampan yang berisi roti dan satu gelas susu. Ia terlihat sudah rapi karena ingin berangkat bekerja. Tapi sebelum itu, ia harus mengurus putri kesayangannya itu terlebih dulu.
"Andara, Sayang. Bangun yuk, ini Ibu bawain sarapan," ucap Rexha tersenyum sangat ceria.
Andara yang sudah bangun hanya melirik Ibunya dengan malas. Bukannya menyambut makanan yang diberikan Ibunya, ia malah langsung duduk didepan komputernya. Ia sedang menunjukkan kalau ia sedang ngambek.
"Kenapa? Masih marah sama Ibu? Ibu 'kan udah minta maaf, maafin Ibu ya anak manis," ujar Rexha kembali membujuk putrinya.
Rexha meletakkan nampan yang ia bawa lalu mendekati Andara, mengusap rambutnya yang berantakan dengan gerakan halus. Ia juga melihat kearah komputer anaknya yang menyala.
"Wah, pasti lagi ada tugas dadakan ya? Andara ambil nggak?" ucap Rexha dengan nada yang bersemangat. Tapi Andara masih saja bungkam.
"Ibu nggak bakalan marah kok, tapi Ibu pesen, harus tetap hati-hati, Sayang. Yang Ibu punya saat ini itu cuma Andara, Ibu sayang banget sama Andara. Sayang Ibu itu sebanyak ini nih."
Rexha tidak menyerah, ia ingin menunjukkan kepada putrinya jika tidak ada hal yang membahagiakan selain putrinya seorang.
Andara melirik Ibunya sekilas, ia sebenarnya tidak tega melihat Ibunya seperti itu, tapi ia juga masih marah.
"Dara cuma pengen tahu wajah, Ayah." Ujar Andara, kali ini lebih baik nada bicaranya.
"Kenapa Dara selalu pengen tahu, Ayah? Bukannya Dara sudah punya Ibu? Ibu sangat menyayangi Dara bukan?" ujar Rexha menahan air matanya agar tidak meleleh.
Hati Ibu mana yang tidak sakit melihat keinginan putrinya seperti ini? Sebuah keinginan sederhana yang sangat mustahil ia bisa lakukan, karena ia pun tidak tahu dimana sosok pria masa lalunya yang tidak sengaja meninggalkan benih di rahimnya.
"Aku sayang Ibu, tapi aku juga mau punya, Ayah. Apa benar Ayah sudah pergi? Ayah sudah ada dilangit seperti Kakek dan Nenek?" tanya Andara kembali memandang Ibunya dengan mata hitamnya yang indah.
Rexha yang melihat tatapan mata itu, justru tidak membendung air matanya. Sepasang mata yang sama persis seperti mata pria itu, pria yang tidak ingin ia sebut namanya karena hatinya masih sakit jika mengingatnya.
"Ayah Andara masih ada. Ayah sedang kerja jauh, suatu saat nanti jika Tuhan mengizinkan, Andara pasti bisa bertemu, Ayah." Kata Rexha segera mengusap air matanya dengan kasar.
"Sudah ya, Ibu harus bekerja sekarang. Andara jangan lupa makan, nanti siang Ibu pulang. Baik-baik dirumah, Sayang." Rexha langsung terburu-buru pergi sebelum pertahanannya jebol jika melihat mata putri kecilnya.
Rexha masih tidak sanggup jika harus membahas lagi hal yang membuatnya sangat sakit. Ibaratnya membuka lagi luka lama yang sudah ia coba sembuhkan.
Namun, berbohong kalau mengatakan jika Rexha tidak ingat akan pria itu. Ia sangat ingat jelas, semuanya. Bagaimana kisah masa lalunya yang berakhir dengan air mata.
________
5 tahun yang lalu.
Rexha berjalan masuk ke sekolah barunya dengan langkah malas. Ini entah sudah keberapa kalinya ia pindah sekolah. Rexha tidak begitu peduli dengan sekolahnya, ia berjalan santai melewati barisan para wanita yang terlihat saling bergosip ria.
Rexha Maldini, wanita yang sangat malas untuk ikut campur urusan orang lain apalagi membuat masalah. Hidupnya sudah penuh dengan masalah, tidak perlu ditambah lagi dengan hal yang sangat tidak penting.
Namun, sekuat apapun Rexha menghindar, masalah seolah datang tanpa diminta. Ia yang baru hari pertama masuk ke sekolah baru, langsung menjadi trending topik karena berkelahi dengan siswi paling populer disekolahnya.
"Anjing Lo, anak baru belagu banget. Yang sopan sama senior!" Laura berteriak berang saat Rexha tiba-tiba menyerobot antrian di kantin sekolah.
"Lo yang Anjing, salahnya dimana? Lo yang baru dateng harus antri," sergah Rexha merasa dirinya tidak bersalah. Ia yang lebih dulu datang kesana dan antri.
"Oh, berani Lo ya? Harus dikasih paham nih anak baru," cetus Laura semakin kesal karena Rexha tidak takut padanya seperti siswi yang lainnya.
Laura tanpa peringatan langsung menjambak rambut Rexha dengan kasar.
"Arghhhhhhhh, brengsek!" Rexha berteriak keras, merasakan nyeri karena rambutnya dijambak dengan kasar.
"Mampus Lo, makanya jangan main-main sama gue," sinis Laura begitu senang, ia bukan hanya menjambak rambut Rexha saja, tapi ia juga mendorong wanita itu hingga jatuh tersungkur dilantai.
Laura pikir Rexha akan seperti wanita lainnya yang akan memohon padanya. Tapi dia salah, Rexha justru membalas perbuatan Laura dengan cara yang lebih sadis karena Rexha sangat jago bela dirinya.
Keduanya terlibat perkelahian yang membuat seluruh murid disekolah heboh. Wajah keduanya sudah babak belur, tapi sepertinya belum ada yang ingin mengalah.
Sampai akhirnya ada seorang siswa yang datang dan langsung memisahkan mereka.
"Berhenti, apa-apaan kalian ini? Ini sekolah, bukan ring tinju," ucapnya dengan nada sarkas.
Rexha langsung melepaskan Laura karena merasa ia pun cukup lelah. Ia bangkit dan merapikan rambutnya yang tidak karuan. Saat ia mengangkat wajahnya, ia langsung bertatapan dengan sepasang mata hitam seperti galaxy malam yang menghanyutkan.
"Kamu nggak apa-apa?" Pria itu langsung mendekati Rexha, mencoba menyentuh pipinya yang berdarah, tapi Rexha menolak.
"Bukan masalah serius, nggak usah sok peduli," ketus Rexha diam-diam melirik kearah name tag pria tersebut.
Andra Dewanata.
"Kamu berdarah gini, ayo aku akan mengantarmu ke UKS. Bisa infeksi kalau dibiarin aja," kata Andra begitu tidak tega melihat Rexha yang sangat berantakan.
"Andra ih, kenapa kamu perhatian sama dia? Aku juga terluka loh," rengek Laura tidak terima karena Andra lebih perhatian dengan Rexha.
Andra hanya meliriknya malas, sudah hafal sekali dengan sifat Laura yang kecentilan itu. Ia ingin kembali berbicara pada Rexha, tapi wanita itu ternyata sudah berjalan menjauh.
"Kemana dia pergi?" gumam Andra menatap sekelilingnya, hingga ia melihat seorang wanita dengan rambut pendek sebahu yang sudah bisa dipastikan itu adalah Rexha.
Andra segera menyusulnya dan tanpa ragu langsung menarik tangan Rexha, membuat wanita itu sangat kaget.
"Lo apaan sih?" sembur Rexha begitu kesal, ia dalam mood buruk, kenapa harus mengganggunya?
"Seseorang yang terluka akan selalu perlu obat. Mengatakan kalau kamu sedang baik-baik saja, tidak akan membuat lukamu itu bisa sembuh. Tapi kamu justru akan membuatnya semakin parah . Ayo, aku akan mengobatimu," ujar Andra dengan suara lembutnya, membuat siapapun wanita dimuka bumi ini akan meleleh, termasuk Rexha.
Rexha bahkan menurut saja saat Andra membawanya ke UKS dan mengobati lukanya. Untuk pertama kalinya, ada seseorang yang memperlakukannya layaknya manusia, dan orang itu adalah Andra.
Happy Reading.
TBC.
Visual.
Andra Dewanata_
Rexha Maldini_
Andara Maheswari_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Eni Etiningsih
bapak lawan "encis"
2023-10-20
0
Dwi ratna
Andara km emezzzz bgd sii
2023-09-09
1
Nur Yuliastuti
hadir Thor 🤗
2023-08-31
2