Bang Satria muncul dengan senyuman lebar dan kue pengantin lima susun. Di atas kue, ada pengantin pria dengan jas hitam yang menghadap kiri dan membungkuk dengan mulut monyong untuk mencium. Cindy menebak, Bang Satria sudah membuang patung pengantin wanita di sampingnya.
Keheningan menyelimuti ruang makan saat Bang Satria masuk dengan mendorong kue. Cindy yang tak mau suasana lebih hening lagi, langsung bertepuk tangan dan mengangkat nada untuk menyanyikan lagu selamat ulang tahun.
Semua orang mengikuti Cindy, dan ruangan menjadi ramai. Bang Satria berjalan dengan penuh kebanggaan, seolah dirinya yang berulang tahun. Pria berbadan tinggi besar itu lalu berhenti tepat di depan Cindy. Dirinya pun menyikut Cindy dan berbisik,
“Tadi ada kue pernikahan yang batal diambil. Daripada cuma dapat kue ulang tahun kecil, Bang Sat ambil aja kue pernikahan harga promo ini. Omong-omong, siapa yang ulang tahun, Cin?”
Cindy menganggukkan kepala ke arah Tama, lalu mendorong meja kue ke depan Tama dan buru-buru menyalakan lilin.
“Ucapin permintaan dulu lalu tiup lilinnya, ya.” Tama mengangguk patuh. Wajah datarnya memejamkan mata lalu mulai berkomat-kamit. Setelah itu, mulutnya meniup lilin yang terpaksa diletakkan di kue yang disusun paling bawah.
Ironisnya, postur Tama saat meniup lilin sama persis dengan patung pengantin pria monyong di atas lapisan kue tingkat 5. Semuanya bertepuk tangan.
“Ini ulang tahun kamu yang keberapa?” Cindy bertanya seraya memberi aba-aba pada Bu Anita untuk mengambil foto Tama yang menggaruk kepala karena canggung.
“30”. Jawaban yang sangat lembut dari pria yang jarang tersenyum itu menghangatkan hati Cindy. Dalam hatinya dia berjanji, kalau mereka berjodoh, dia akan merawat Tama sebaik yang dia bisa. Tentu akan butuh waktu lama, tapi sangat layak, bila yang ditunggu itu Tama. Hanya Tama.
“Potong kuenya..potong kuenya…potong kuenya sekarang juga….” Bu Anita dengan sigap memberikan pisau dan piring pada Tama. Pria yang sedang berulang tahun itu, menatap peralatan makan yang baru diterima dengan canggung.
Mungkin dia takut kalau kue itu akan roboh kalau dirinya salah mengambil angle saat memotong. Melihat itu, Cindy langsung membimbing tangan Tama untuk memotong kue dan meletakkannya ke piring.
“Potongan kue pertamanya mau kamu kasih ke siapa, Tam?” tanya Cindy dengan nada optimis. Hanya dirinya yang dikenal Tama di sini. Tak mungkin Tama menyuapi kue pertama ke Bang Satria, kan?
Tama memotong kue dan mengangkatnya dengan sendok ke depan Cindy, diiringi tepuk tangan yang meriah. Semua orang berbaris rapi untuk menyelamati Tama. Setelah itu, semua kembali makan.
“Nak Tama, kalau bapak boleh tahu, Nak Tama lagi sibuk apa sekarang?” tanya Pak Surya yang sedari tadi tak sabar untuk menanyakan ini.
Tak ada sedikitpun keinginan Pak Surya untuk mengintimidasi Tama, tapi semua bapak di dunia pasti ingin tahun pekerjaan pacar anak perempuannya. Bu Anita menyikut suaminya karena merasa pertanyaan itu terlalu lugas.
Pak Surya yang tersadar, berusaha menetralkan situasi. “Yah, jaga-jaga saja, kan. Kalau tiba-tiba Nak Tama muncul di TV sebagai maling mobil, kita kan sudah ngga perlu kaget lagi. Hahahaha…” Sayang sekali, tak ada yang ikut tertawa.
“Saya CEO perusahaan produsen makanan, Pak.” Tama menjawab, lalu kembali menyantap mi goreng rasa ayam bawang di depannya.
“Kalau lidah saya nggak salah, mi yang kita makan hari ini mereknya Cerya ya, Pak?” Pak Surya mengangguk.
“Ini mi dari perusahaan saya, Pak. Syukurlah kalau Bapak sekeluarga suka.” Ruang makan seketika hening. Semua menganga mendengar penjelasan Tama, terutama Cindy. Wanita yang duduk di samping Susi itu tahu kalau Tama anak orang kaya, tapi dia tak pernah mengira kalau Tama adalah pimpinan perusahaan besar.
“Akhirnya doa aku terkabul, Cin. Kamu dapat jodoh pria yang layak,” bisik Susi dengan nada gembira yang tulus. Temannya yang blak-blakan itu memang selalu mendukung dia, bahkan waktu Cindy mengajukan cara promosi produk-produk mereka lewat siaran langsung di media sosial. Dari awal, Susi selalu bilang kalau Cindy cerdas dan berhak mendapat pria yang setara, bukannya pria tak bermodal seperti Toni. Cindy selalu berharap, semua orang memiliki paling tidak seorang Susi dalam hidupnya.
“Kalau bapak boleh tahu, apa yang Nak Tama suka dari anak bapak?” Pak Surya bertanya dengan penasaran. Pekerjaan yang baru disebutkan Tama tak mengintimidasi dirinya sama sekali.
Ayah Cindy itu hanya berharap anaknya bersama dengan pria baik dan bertanggung jawab. Walaupun Tama bukan CEO, Pak Surya tetap akan menyambutnya dengan hangat.
Tama berpikir sebentar saat mendengar pertanyaan itu. “Saya suka sifat Cindy yang berani dan tak terduga, Pak.”
Jawaban Tama segera membuat Pak Surya tersedak dan bergegas minum air.
“Nak Tama yakin kalau pacar kamu itu Cindy, dan bukannya Susi?”
Tama bingung mendengarnya, tetapi semua yang ada di meja makan tahu jelas kenapa Pak Surya bertanya seperti itu. Cindy dikenal sangat penurut, dan jarang sekali melawan. Dirinya bahkan sulit menolak permintaan orang lain. Mengetahui kalau Cindy bisa mengeluarkan sisi lain dirinya di depan Tama, membuat Pak Surya semakin mendukung hubungan mereka berdua.
“Kamu nggak usah bingung, Nak Tama. Ayahnya Cindy ini memang suka bertanya yang aneh-aneh. “ Perkataan Bu Anita tiba-tiba terhenti saat seseorang menginformasikan kalau ikan bakar yang dipesan sudah datang.
Ibu berusia 50 tahun itu dengan sigap menyiapkan menu ikan bakar di piring makan, sementara Cindy sibuk menyingkirkan piring mi di depan Tama untuk memberikan tempat pada menu baru.
“Ini pesanan khusus untuk my birthday boy” bisik Cindy, lalu menganggukkan kepala ke arah ikan agar Tama bisa mulai makan.
Jantung Tama berdetak tak karuan. Entah itu karena dia diperlakukan dengan begitu baik oleh Cindy atau karena kata “my birthday boy”.
Inikah rasanya dirayakan dan dicintai?
Tama masih belum berani menyentuh ikan itu. Cindy yang sadar dengan kecanggungan Tama, langsung mengiris bagian perut ikan dan meletakkannya ke piring Tama.
Tama mengangguk dan mengucapkan terima kasih, lalu mengajak yang lain untuk bersama menghabiskan ikan. Sungguh ajakan yang ceroboh, karena dalam hitungan menit, ikan itu habis dilalap semua orang.
“Pak Surya, kalau saya boleh tahu, apa setelah ini, semuanya kembali berjualan lagi?” tanya Tama. Dirinya memotong daging ikan kecil-kecil, agar bisa lama dimakan.
Pak Tama mengangguk. “Benar, Nak Tama. Semuanya kembali berjualan, tetapi lokasinya nggak jauh, kok. Cuma di samping rumah saya ini. Semuanya saya kumpulkan di sana, supaya bisa jadi pusat belanja. Ketika jualan online juga bisa saling dukung satu sama lain. Pokoknya, sukses sama-sama.”
Tama mengangguk mendengarnya. “Kalau begitu, apa boleh saya beli semua jualan hari ini?” pertanyaan Tama kembali membuat ruangan hening.
“Nggak usah, Nak Tama. Kami…” Bu Anita baru akan menyelesaikan kalimat, tetapi langsung dipotong oleh perkataan berbagai penjual yang langsung datang dan berterima kasih pada Tama. Saking berterima kasihnya, sampai hari itu diresmikan menjadi Hari Tama.
Seusai makan, Cindy duduk di teras dengan Tama. Dirinya mengulurkan selembar kertas kuitansi dan membuat Tama bingung.
“Ini hadiah ulang tahun kamu.” Tama mengambil kertas kuitansi yang bertuliskan "Hadiah Ulang Tahun Tama".
“Selain uang, selama itu nggak menyalahi aturan yang berlaku di masyarakat, kamu bisa minta 1 permintaan apapun ke aku. Kamu bisa pake kuitansi ini saat kartu remimu habis”
Tama mengangguk senang. Suasana menjadi sunyi. Cindy lalu teringat sesuatu. “Berapa nomor whatsapp kamu? Aku mau kirim foto kamu yang tadi.”
Setelah pengiriman foto selesai, Cindy mengusulkan supaya Tama memposting wajah dirinya meniup lilin ulang tahun di story media sosialnya. Dengan begitu, kalau Dhita masih memantau Tama, mantan Tama itu bisa tahu kalau Tama sekarang bahagia.
Tama merasa itu masuk akal dan mengiakan. Setelah postingan terpublish, Cindy segera menyerahkan kartu kedua untuk mengajak Tama ke tempat yang paling diinginkannya. Cindy tak akan pernah tahu kalau tempat itu juga pernah membuat Tama trauma.
Hayoo, tempat apa yang ingin dikunjungi Cindy? Yuk coba ditebak di kolom komentar.
Jangan lupa like, vote, subscribe dan share untuk mendukung author ya ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Handayani Sri
Keren! 😍
2023-09-04
1