Irene sudah kenyang dengan menu makan malamnya. Sepiring mie Aceh sudah mengisi perutnya sedangkan Bang Noven sudah menghabiskan dua porsi nasi Padang. Bang Noven meletakan ponselnya usai mendapat pesan singkat dari sang Mama yang meminta agar pengajuan nikah mereka segera di laksanakan.
Irene memang tak peduli dengan masalah makanan sebab Abang-abang nya pun begitu adanya. Ia malah sibuk membuka kantong belanjanya.
"Lho.. baju apa ini?" Irene mengangkat l*****ie warna baby pink untuk melihat bentuknya.
Bang Noven yang saat itu sedang minum sampai tersedak saking kagetnya. "Astagaaa..!!!" Bang Noven menyambar pakaian di tangan Irene.
"Kenapa Om beli barang nggak jelas begitu?? Kalau tidak niat beli ya jangan beli. Masa Irene harus pakai baju masuk angin??" Protes Irene.
"Pelankan suaramu..!!!" Tegur Bang Noven dengan mata melotot.
"Coba om jawab. Kapan pakaian seperti itu bisa di pakai???" Tanya Irene memasang wajah tanpa dosa. "Pesta?? Atau masak?? Malu tau Om."
Bang Noven menunduk dan setengah menutupi wajahnya yang sudah merah padam karena menahan malu. Untung saja food court tersebut tidak terlalu ramai.
...
Sesampainya di rumah kontrakan, Bang Noven memarkir motornya tapi kemudian ia teringat Bang Jaya yang pastinya masih ada di sana.
"Saya cek dulu keadaan di dalam...!!" Kata Bang Noven.
Benar saja, saat Bang Noven masuk ke dala rumah, ia melihat Bang Jaya sedang tidur di sofa dengan membuka kaki dan parahnya lagi satu kakinya sudah nangkring di atas sandaran sofa.
"Astagaa.. masa begini tingkahnya. Mana ada perawan pula." Gumam Bang Noven lalu menggoyang kaki Bang Jaya. "Eehh.. bangun Del..!! Balik ke mess sono lu..!!"
Bang Jaya mengerjab sambil mengucek matanya. "Nggak aahh, gue disini aja jagain lu. Ntar anak perawan malah lu apa-apain lagi." Tolak Bang Jaya.
Ada rasa geram saat Bang Noven mendengarnya. Bisa-bisanya Bang Jaya juga ingin satu rumah bersamanya meskipun rumah tersebut mereka patungan untuk mengontraknya.
"Aku juga balik Jay, cepat lu balik duluan..!! Nanti gue nyusul." Kata Bang Noven.
Kini Bang Jay malah berbalik badan memunggungi sahabatnya. "Nggak.. gue tau otak lu mesum."
"Mau mesum juga Irene itu calon bini gue. Nah lu sendiri kenapa ada disini. Kapasitas lu sebagai apa Del?"
"Gue ini sahabat sejati lu Nyo, bukannya sudah senang kita sama-sama. Sekarang ada senang ya lu bagi lah..!!" Jawab Bang Jay.
"B*****t, urusan bini nggak ada berbagi. Moncongmu mau ku tabrak pakai helm????" Suara Bang Noven semakin meninggi.
Pintu rumah akhirnya terbuka dan Irene masuk ke dalam. "Lama sekali. Kapan Irene boleh masuk?"
Mendengar suara Irene, Bang Jay langsung mengambil posisi duduk dan tersenyum manis.
"Eehh Irene. Sini duduk di samping Abang..!!" Bang Jay menepuk space di sampingnya.
Melihat sahabatnya terlalu mencari perhatian pada Irene, Bang Noven pun merasa jengah.
"Tolong ya Del..!!! Aku nggak akan ulang dua tiga kali omongan. Balik sekarang juga pot..!!!" Pinta Bang Noven sudah pada wajah garangnya namun hal ini selalu menjadi moment paling menyenangkan bagi Bang Jaya. Membuat Bang Noven marah selalu memicu adrenalin dan kepuasan tersendiri baginya apalagi Bang Noven termasuk pria bersumbu pendek.
"Irene mau Bang Jay temani tidur nggak?" Goda Bang Jaya dengan sengaja.
"Jangan macam-macam pot, sumpah demi apapun aku nggak suka candaanmu..!!! Kalau lu pengen bejat ya sekalian cari cewek di luar, sampai lu berani cari hal sama istriku, ku sumbat saluran kemih mu..!!!"
Kalau sudah begini Bang Jaya akan menghentikan kelakuannya. Ia tandanya sahabatnya itu sangat melindungi wanita tersebut.
"Aahh lu mah nggak bisa lihat kawan bahagia. Lu aja dah masuk kamar, gue disini..!!" Godanya lagi.
"Please pot, lu tau adab batas bercanda dengan istri orang atau tidak??"
"Kalau dirimu beneran sudah kawin, baru aku mundur. Tapi selama janur kuning belum melengkung, masih milik bersama donk." Kata Bang Jaya.
Tak tau kenapa degub jantung Bang Noven rasanya berantakan. Bagaimana bisa sahabatnya itu mengganggu perasaannya dengan cara seperti ini.
"Tolong yang sopan pot.. aku nggak minat ribut. Ini ada gadis lho. Terserah kalau kamu mau ribut denganku, asal jangan macam-macam di depan Irene."
"Okee.. okeee..!!" Bang Jaya menyerah dan membiarkan Bang Noven dan Irene lebih dekat, ia tau betul sahabatnya sangat membutuhkan waktu untuk pendekatan.
Sesampainya di luar rumah, ia mengambil ponselnya.
tuutt.. ttuuttt..
"Selamat malam Abang.. Ijin......."
//
Bang Noven memastikan seisi rumah dalam keadaan aman saat ia tinggalkan nanti. Ia mondar mandir kesana kemari.
Di perhatikan seluruh jendela dan kunci yang ada di kontrakannya. Setelah benar-benar yakin semua dalam keadaan aman, ia pun segera bergegas untuk meninggalkan rumah.
"Saya kembali ke mess. Kalau ada apa-apa kamu segera hubungi saya. Itu saya tinggalkan nomer ponsel, jangan sampai kamu lupa simpan." Kata Bang Noven.
"Tapi Irene sudah punya nomer ponselnya Bang Jaya." Jawab Irene tanpa rasa bersalah sedikitpun.
"Kamu itu urusannya dengan saya, bukan dengan si Jaya Perkasa." Bang Noven geram setiap mengingat kedekatan sahabatnya dengan Irene.
Kali ini Irene merasa meradang hak bebasnya sebagai manusia telah di batasi. "Apa salahnya berteman?? Lagipula sejak tadi Bang Jaya sudah baik dan tidak marah-marah sama Irene."
Bang Noven tidak bisa menahan rasa kesalnya. Ia merebut ponsel Irene. "Siapa dia tulis nama kontaknya disini???" Tanya Bang Noven.
"Mandril kebon." Jawab Irene.
"Hhh.. memang pantas dia dapat julukan Mandril." Tak basa basi lagi Bang Noven menekan nomer telepon tersebut dan berniat memaki Bang Jaya namun ternyata saat itu ponselnya sendiri yang berdering dan tertera nomer tak di kenal disana. "B*****t.. Jayaaa..!!!! Beraninya kau ganti namaku jadi mandriiiilll..!!!!!!"
Irene melongo saja melihat Bang Noven naik darah.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Surabaya Honda
next Thor,, 😊👍
2023-12-09
1
Akira_Rei
mandril tuh apa
2023-11-28
0
Tavia Dewi
tak sopan jadi cewek ma yang lebih tua
2023-11-20
0