Setelah suasana yang sedikit mengandung drama akhirnya para 'tetua' bisa mengambil alih suasana.
Papa Seno menyenggol lengan putranya. Bang Noven pun mengerti.
"Kira-kira Adek minta seserahan apa untuk lamaran secara resmi dan hantaran pernikahan kita?" Tanya Bang Noven merendahkan nada suaranya.
Irene menggoyang kaki dengan malas. Tapi arah matanya itu membidik lurus ke arah Bang Noven. "Ayam geprek nya Mang Dadang di SMA Irene dulu. Ayam segerobak harus Om beli."
'Jabang bayiii, inikah calon istriku????? Begini amat.. apa iya aku harus momong anak belatung blingsatan ini.'
"Irene, itu bukan seserahan atau Mas kawin ndhuk." Kata Papa Girish membenarkan.
"Tergantung pekerjaannya Pa. Irene tidak mau memberatkan, bagaimana kalau uangnya kurang." Celetuk Irene.
Papa Seno dan Mama Laras malah bangga setengah mati dengan ucap Irene yang di anggapnya candaan semata namun tidak bagi Papa Girish yang tobat dadakan karena ulah putrinya yang seakan menghantam wajahnya.
"Irene.. jaga bicaramu..!!!!"
"Maaf Mbak Laras........." Mama Rinjani sampai ikut malu di buatnya.
"Nggak apa-apa Bu Girish. Saya penuhi..!! Ayam geprek saja?? Kalau masih kurang puas biar saya bantu geprek putrinya yang menggemaskan ini." Jawab Bang Noven kini balik membuat malu Papa Seno dan Mama Laras sampai Papa Seno harus menendang kaki putranya.
Tawa canggung antar orang tua pun terlepas begitu saja namun tidak dengan kedua calon pengantin yang saling melempar tatapan jengkel sampai ubun-ubun kepala.
:
"Om tinggal dimana? Kerja apa?" Tanya Irene.
"Kau ini petugas sensus penduduk???" Jawab Bang Noven.
"Irene nggak mau menyesal seumur hidup karena salah pilih jodoh." Kata Irene.
"Saya kuli angkut."
Irene membuang nafas panjang, dalam hatinya membandingkan sang kekasih yang sudah memiliki pekerjaan tetap dibandingkan Bang Noven yang mungkin masih mencari penghidupan di 'jalan'.
"Kenapa?? Ada yang salah dari pekerjaanku??" Bang Noven santai saja menanggapi Irene sambil menyulut rokoknya.
"Tidak juga, itu juga halal tapi Om bisa sesak nafas kalau lihat pacarku yang seorang tentara." Jawab Irene dengan segala kesombongannya.
"Oya, apa pangkatnya??"
"Tidak perlu tau, nanti Om minder." Oceh Irene lagi.
Bang Noven mengangguk gemas, bagaimana tidak.. Vindy sangat dewasa dalam segala hal namun tidak dengan Irene yang kekanakan.
'Bapaknya saja perwira tinggi, sudah pasti lah pacar anaknya ini seorang perwira. Tapi pria macam apa yang keblinger suka sama Irene.'
"Jangan-jangan Om cemburu ya karena Irene sudah punya pacar??? Jangan naksir Irene ya..!!" Ekspresi wajah Irene menaruh puluhan rasa curiga.
"Eehh tumone doro.. dalam rangka apa saya cemburu??? Alam bisa gludug banter kalau saya naksir kamu." Meskipun Bang Noven sangat kesal tapi harus di akuinya bahwa Irene memang sangat cantik, jauh dari kecurigaan nya. Hanya saja dirinya belum bisa menerima perjodohan yang di lakukan kedua orang tuanya.
//
"Gitu ya Mas, tapi saya nggak tega kalau Irene menikah secepat itu." Papa Girish masih ragu dengan permintaan sahabatnya tapi Papa Seno terlihat sangat menyukai Irene terlebih Mama Laras.
"Saya yang akan memantau langsung, sementara biarkan Irene bebas dan menikmati harinya hanya saja statusnya sudah jadi mantuku. Aku benar-benar tidak suka dengan Vindy, dia itu...... Ahh sudahlah Mas. Bukankah dulu kita pernah janjian untuk mendekatkan anak kita." Kata Papa Seno.
"Benar juga Mas. Saya juga was-was dengan teman dekatnya Irene. Pokoknya ada lah sesuatu yang tidak bisa saya jabarkan kenapa saya keberatan dengan Prada Dwipa meskipun akhlaknya juga baik."
Papa Seno mengangguk. Beliau paham tapi tidak lagi membahas lebih lanjut, yang beliau tau.. beliau ingin Bang Noven segera menghalalkan gadis tersebut.
"Mas Gi, setelah ini biarkan Irene ikut Noven ya. Saya dan Mamanya Noven akan jaga Irene. Saya janji Irene bisa menikmati masa mudanya tanpa harus terburu-buru punya anak."
Papa Girish terdiam sejenak sambil sekilas memandang Mama Rinjani. Tidak ada dasar untuk tidak percaya pada putra sahabatnya. Letnan Novendra juga jebolan dari tempat pendalaman 'ilmu' yang baik, tidak mungkin putra Seno tidak bisa menahan diri.
"Bagaimana cara 'mendekatkan' mereka? Baru bertemu begini.. tidak mungkin kita langsung minta mereka nikah lho Mas Sen."
Papa Seno terdiam dan menunduk memutar otak memikirkan cara terbaik untuk mereka.
"Pa..." Mama Rinjani menyentuh bahu suaminya.
...
"Sah.."
"Alhamdulillah.." terdengar suara riuh kelegaan di rumah Papa Girish.
"Kira-kira begitu ya Pak Noven. Rasanya, suasananya, auranya. Bagaimana perasaan Pak Noven?" Kata seorang pria setengah baya yang menuntun acara latihan menikah sebelum acara lamaran di laksanakan. "Coba di pandangi wajah gadis di sebelah Pak Noven. Sekarang gadis ini adalah tanggung jawab Pak Noven. Sayangi, kasihi, dan didik dia dengan sepenuh hati dan penuh rasa tanggung jawab."
Untuk sejenak hati Bang Noven merasa tenang, haru dan campur aduk.
"Tanyakan pada hati Pak Noven. Sanggupkan bapak menyakiti tulang rusukmu sendiri? Tegakah bapak menyakiti gadis ini??" Bapak tersebut menuntun perasaan Bang Noven secara perlahan. "Ucapkan syukur pada Tuhan jika bapak bisa menerimanya. Segala sesuatu di dunia ini akan terasa bahagianya jika kita menjadi pribadi yang penuh dengan rasa syukur di barengi dengan keikhlasan."
"Alhamdulillah.. saya bersyukur dan saya menerima Diandra Sasikirana dengan ikhlas."
Papa Seno dan Papa Girish tersenyum lega, Mama Rinjani dan Mama Laras juga saling berpelukan.
Rasa bahagia itu terhenti saat Irene melepas tudung di atas kepalanya dan Bang Noven. "Ini sudah khan Ma? gerah nih." Kata Irene.
"Astaga Ireneee.. kamu bisa tenang sedikit atau tidak sih???" Tegur Papa Girish.
Irene tak peduli teguran Papanya dan langsung berdiri dan melangkahi Bang Noven. "Awas Om..!!"
Karena kain jarik nya terlalu sempit, Irene melangkah tidak seimbang dan jatuh menimpa Bang Noven.
"Deeekk.. deeeekkkk.." Bang Noven yang panik berusaha menahan tubuh Irene namun dirinya tidak sengaja menyentuh kembar menggemaskan milik Irene.
"Aaaaaaaaa.. kurang ajaaaar.. Papaaaa.. Om Noven pegang-pegang Irene..!!!!!!!" Pekik Irene membuat seisi ruangan salah tingkah dan serba salah.
Tau tak ada yang meresponnya, Irene naik di atas kedua paha Bang Noven dan menghajarnya tanpa perhitungan. "Rasakan kau mesum...!!!!!!!"
buuugghhh..
"Ireneeeee..!!!!" Bang Novra menarik tangan adiknya. "Kamu ini kenapa barbar seperti kera???"
"Ya Allah.. Noveeen..!!!!" Papa Girish panik melihat Bang Noven tumbang tanpa suara.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢
Nama irene nya diambil dr sebelah mana nya ya slnya namanya Diandra Sasikirana 🤔
2023-12-30
0
salamah@dede
hhee.. 😂
2023-12-29
0
Sri Hayani Bahri
😂😂 ngakak aqu thor
bar bar nya irene alami bgt pasti bg noven jd plonga plongo dah 🤣🤣
2023-12-10
0