Penculikan

Matahari mulai terlihat meninggi, beberapa orang terlihat berjalan menjauhi sebuah gundukan tanah baru dengan taburan bunga yang masih segar diatasnya. Maya masih menatap nanar kuburan sang adik. Seakan tak percaya bahwa sang adik telah pergi untuk selamanya.

" maaf, mbak... saya pamit duluan. " ucap seorang pria berbadan tegap kepada maya. pria yang sedari tadi berada di samping maya adalah sopir ambulance dari rumah sakit tempat sang adik dirawat.

" Terima kasih pak, saya akan segera menyusul ke rumah sakit untuk membayar semua biayanya. " ucap maya sambil menghapus jejak air mata di pipinya.

" mbak tak perlu kerumah sakit lagi, semua biaya sudah ditangani oleh dokter Adnan. " ucap pria itu sambil tersenyum tipis.

" Dokter Adnan..?? " tanya maya.

" Ia mbak, dokter Adnan yang menangani almarhumah kemarin. Rumah sakit itu milik keluarga nya." ucap pria tersebut. Maya kaget dan merasa bersyukur di saat dirinya ditimpa musibah tuhan mengirim orang baik untuk membantunya.

" saya permisi dulu mbak. " ucap pria tersebut. maya hanya mengangukkan kepala sambil tersenyum tipis. Pria itu pun bergegas meninggalkan tempat tersebut.

Kini tinggalah maya seorang diri didepan pusara sang adik. Tangannya membelai nisan sang adik dengan lembut seakan dirinya sedang membelai surai sang adik tercinta.

" Tenanglah disana, berkumpul lah bersama ayah dan ibu. Aku akan membalaskan dendam kepada orang yang sudah membunuh mu. kakak berjanji akan segera memenjarakan laki-laki biadab itu. Ucap maya dengan deraian air mata di pipinya.

" Kakak pergi dulu, kakak janji akan sering datang mengunjungi mu. Beristirahatlah dengan damai sayang. " ucap Maya. Wanita cantik itu berjalan perlahan menjauhi pusara sang adik. Maya berniat hendak mendatangi kantor polisi untuk melaporkan kejadian naas yang menimpa mendiang sang adik. Namun tiba-tiba dari arah belakang dua orang berbadan tegap menyergap nya.

" Toloooooonnngggg... tooo.... mmmppppp" maya berteriak meminta pertolongan tetapi dengan cepat mulutnya dibekap oleh tangan kokoh dari arah belakang. Maya terus meronta dan berupaya melepaskan diri namun tenaganya tak seimbang dengan pria-pria tersebut.

Pria-pria itu mengikat tangan maya dan juga menutup mulut dan matanya lalu mendorongnya masuk kedalam sebuah mobil box lalu menguncinya. Maya terus mengeliat berusaha melepaskan diri saat mobil yang membawanya bergerak meninggalkan TPU.

Mobil itu terus melaju, Maya semakin panik dirinya terus bertanya-tanya dalam hati, siapa kedua pria yang telah menculik nya dan mengapa mereka menculiknya. Tak berselang lama, maya merasakan mobil tersebut berhenti.

Kreeekkkkk....

Seseorang membuka pintu mobil box itu dengan kasar. Maya merasakan seseorang menarik dirinya dengan sangat kasar. Maya diseret beberapa meter jauhnya.

" Bos, kami sudah membawa wanita yang kau inginkan. " ucap seorang pria. Maya semakin ketakutan mengetahui bahwa ada orang lain selain kedua pria yang menculiknya.

" Kerja bagus.... Hahaha... " ucap pria itu sambil mendekat kearah maya. Sekilas maya seakan mengenali suara pria tersebut. Maya berusaha mengingat siapa sebenarnya pemilik suara tersebut.

" Halo cantik.. Hahahhahhahaha. " ucap pria tersebut sambil memegang pipi mulus milik maya. Maya memalingkan wajahnya menghindari sentuhan pria tersebut. mata dan mulut maya masih tertutup sehingga membuat dirinya tak dapat melihat wajah pria didepannya tersebut.

Pria itu kembali ingin menyentuh wajah dan tubuh maya namun dengan cepat maya melayangkan tedangan kearah alat viral pria tersebut.

" Aaarrrggggg.... wanita sialan... " teriak pria tersebut kesakitan.

********

Disebuah tempat yang jauh dari keramaian kota, tepatnya dipingir sebuah jurang yang curam. Terlihat Seorang wanita dengan kondisi tubuh yang terikat sedang dikelilingi oleh tiga orang pria.

" cepat lempar wanita sialan itu kedalam jurang...!!!! " ucap pria itu dengan penuh amarah. maya terus meronta namun kedua pria berbadan tegap itu terus menyeret nya ke bibir jurang. Maya menangis dalam diam, dia terus merapalkan doa memohon semoga ada keajaiban.

" Apa yang kalian tunggu cepat lempar wanita itu...!!!" ucap pria berbadan gempal itu. Kedua pria berbadan tegap itu pun segera mendorong maya kedalam jurang. Tubuh kecil maya pun terlempar kedalam jurang itu, wanita cantik itu pasrah pada malaikat maut yang sebentar lagi menjemput nya.

" Ayah, Ibu, Nadia, sebentar lagi kita akan berkumpul bersama seperti dahulu. " ucap maya dalam hati, dengan senyuman manis dibibirnya juga setetes bulir air mata mengalir di pipinya maya pasrah dengan nasib tragis yang akan dialaminya. Tubuh wanita malang itu terhempas, menyentuh dan menghantan bebatuan dan juga ranting-ranting pohon yang tajam.

" Itulah akibatnya jika kau berani lancang padaku. ahhhh.... sayang sekali tubuhmu yang indah harus hancur dan dimakan hewan buas dibawah sana. " ucap pria berbadan gempal itu dengan sinis. ketiga pria itupun bergegas meninggalkan tempat tersebut.

*******************

Di tempat lain, seorang pria berkaca mata dengan setelan jas putih lengkapnya sedang duduk sambil mengotak atik gawainya. Kerutan tercipta dikedua alisnya saat nomor telepon yang ditujunya tak kunjung tersambung.

" bagaimana..? sudah bisa dihubungi..?? " ucap seorang wanita berambut pendek yang sedang duduk didepannya.

" nomornya gak aktif sin... " ucap pria tersebut sambil meletakkan gawainya diatas meja.

" terus gimana... ? " tanya wanaita tersebut.

" entahlah... mungkin dia gak mau memperpanjang masalah, atau dia sudah ikhlaskan kepergian adiknya. " ucap dokter muda itu sambil melipat kedua tangan didadanya.

" ya sudah, kalau ada kabar lagi darinya segera hubungi aku. " ucap wanita itu sambil beranjak dari kursi.

" ia sin, maaf ya udah merepotkan. " ucap pria itu sambil tersenyum tipis.

" baguslah kalau kamu nyadar sering merepotkan aku... " ucap Sintia sambil tersenyum kecut kearah Adnan sang kakak yang berprofesi sebagai seorang dokter tersebut. Adnan hanya tertawa menatap sang adik yang telah beranjang meningalkan ruang kerjanya. Sintia adalah seorang perwira polisi yang selalu membantu sang kakak jika salah satu pasien dirumah sakit tersebut mengalami kematian yang tak sewajarnya.

Adnan kembali menghubungi nomor gawai maya namun sayang nomor tersebut masih tak bisa dihubungi. Pria itu menghela nafas kasar lalu segera berjalan meningalkan ruangan kerjanya.

************

Hari beranjak gelap, awan hitam membentuk tameng menutupi cakrawala. burung-burung berterbangan kembali kesarang mereka.Desisan angin menyeruak dibalik daun yang bergoyang dengan ganasnya.

gemuruh saling menyaut diatas sana, seakan mendesak hujan agar segera turun menyapa tanah tandus dan berdebu.

srekkkk....

sreeekk....

sreeekk....

suara tebasan benda tajam meratakan rerumputan. Seorang remaja pria mengayunkan goloknya menebas rerumputan yang menghalangi jalannya. Indra penciumanya menuntunnya menemukan bau anyir darah yang tak jauh didepannya. Dengan setengah berlari pria itu mendekati sesosok mayat yang tergeletak bersimbah darah dibawah sebuah pohon rindang.

Hai readers Terima kasih sudah membaca novel ku. mohon dukungannya dengan like dan juga gift nya ya... 😍😍🥰🥰

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!