Senyum palsu

Eps. 4

"Halo? Bolehkah aku meminjam ini?" tanya Luke lagi saat Cailyn tidak memberi jawaban dan hanya termangu disana.

Gadis itu tersentak dan kembali dari lamunannya. "Ah, i-iya … bisa."

Cailyn buru-buru mengambil buku yang diletakkan oleh Luke di atas meja. Ia mulai mencatat dan menandai buku itu. Ia tidak tahu jika manusia elit seperti Luke masih memerlukan buku di perpustakaan ini.

"Terima kasih," ucap pangeran sekolah itu setelah menerima bukunya. Laki-laki itu tersenyum lalu pergi setelah berpamitan.

Mimpi apa aku semalam? dia tersenyum pada ku!

Cailyn kembali duduk di kursi dan menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ia sungguh bahagia karena orang yang sangat ia kagumi tersenyum manis padanya.

"Yah, kejadian yang sangat langka. Cukup nikmati saja perasaan tadi," gumamnya lirih.

Gadis yang sedang duduk di meja pustakawan ini memang tidak terlalu berharap. Dunia mereka jauh berbeda. Ia hanya sedikit terkejut karena dulu Luke hanya meliriknya sekilas, namun kali ini tersenyum begitu ramah.

Cailyn hanya akan terus mengingat momen itu, berpikir mungkin kejadian itu tidak akan datang lagi. Namun ….

"Halo, aku ingin meminjam buku lagi, ini buku kemarin aku kembalikan," ucap laki-laki itu. sepertinya senyuman manis itu tidak ingin luntur dari wajah tampannya.

"Baik," ucap Cailyn biasa dengan senyum kecilnya.

Gadis ini menjerit dalam hati tapi ia mati-matian membuat raut wajah biasa. Ia tidak boleh menunjukkan perasaan senangnya meski cuma sedikit, karena itu bisa membuat mengacau.

"Terima kasih ya," ucap Luke kemudian pergi dengan senyum sejuta pesonanya.

Cailyn menjatuhkan tubuhnya duduk di kursi itu. Ia benar-benar tidak percaya bisa melihat senyum manis Luke dua kali dalam tiga hari ini.

Saat bel masuk, Cailyn pamit dengan hati berbunga pada pustakawan. Ia berjalan di koridor sedikit menyunggingkan senyumnya.

Selama perjalanan, tentu masih ada beberapa anak yang melihatnya tidak suka, ataupun menatapnya menyelidik. Cailyn tidak peduli itu. Ia hanya cukup fokus pada rasa bahagianya saat ini.

"Kenapa senyum-senyum?" tanya Celestia dengan alis mengernyit. Cailyn sudah di kelasnya sekarang.

Gadis dengan senyum kecil yang tak luntur ini hendak membuka mulutnya ingin bercerita. Namun, Cailyn pikir hal seperti ini mungkin hanya hal kecil bagi celestia, jadi Cailyn memilih diam.

"Tidak ada," jawab Cailyn dengan wajah berbinar.

"Ha, gadis yang jatuh cinta," cibir Celestia menebak-nebak.

Cailyn terkekeh geli. "Asal menebak?" Celestia mengedikkan bahu tidak peduli.

Cailyn tidak tahu itu bisa dikatakan suka atau tidak, ia hanya menikmati rasa senang itu di tengah manusia elit yang memandangnya seperti barang tak berguna.

Satu minggu setelahnya, Luke tidak datang ke perpustakaan. Cailyn tidak begitu kecewa akan hal itu. Karena menurutnya, terlalu berharap akan membawa kekecewaan yang lebih besar.

Cailyn sedang duduk bersebelahan dengan pustakawan. Ruang buku besar ber AC ini tidak memiliki banyak pengunjung membuat suasana dingin dan tenang menjadikan lebih mudah mengantuk.

Cailyn membuka-buka majalah dan melihat wanita dengan sabuk hitam di taekwondo.

"Wow, dia pasti wanita yang hebat," gumamnya lirih.

"Kenapa kau tidak jadi seperti dia?" tanya Bu Badriyah, pustakawan sekolah.

Cailyn menggeleng. "Saya tidak berminat, Bu."

Tidak lama, perhatiannya teralih pada dua orang yang melintas di hadapannya. Satu orang wanita dan seorang laki-laki memandangnya tak suka.

Cailyn yakin, kedua orang itu pasti sering bergosip tentangnya di belakang. Dan terima kasih pada bu Badriyah, orang-orang itu tidak akan berani mencibir Cailyn di perpustakaan. Mereka tidak akan berani membuat keributan dengan pustakawan galak itu.

Gadis berambut sebahu ini kembali memfokuskan diri pada majalah yang ia baca, namun matanya tidak sengaja menangkap seseorang yang duduk di meja tengah perpustakaan.

Benar. Itu Luke! Dia sedang duduk di bangku tengah dengan dua orang laki-laki di depannya, sedang membaca buku.

Sejak kapan laki-laki itu masuk ke perpustakaan?

Cailyn memperhatikan Luke dalam diam. Ia sangat antusias hingga tidak sadar senyum kecil terbit di wajah kusamnya.

Gadis kecil ini bergerak merapikan buku yang diminta pustakawan, perlahan meletakkan setiap buku di raknya masing-masing.

Kegiatan Cailyn terhenti saat melihat Luke yang sedang mencari buku tidak jauh dari tempatnya berdiri. Mungkin ini adalah kesempatannya berbicara dengan laki-laki itu.

Perlahan ia melangkahkan kakinya mendekati Luke. "Mencari sesuatu?"

Luke menoleh, kemudian tersenyum kecil pada Cailyn. "Ah, ya. Aku sedang mencari buku sains yang membahas soal olimpiade."

Cailyn mengangguk mengerti. "Mau ku bantu?"

"Tentu. Jika kau tidak keberatan," balasnya dengan senyum yang begitu manis.

Tahukah betapa senangnya Cailyn saat ini? Tapi gadis ini masih tetap berdiri dengan tenang, membantu mencarikan buku yang pangeran sekolah itu maksud.

Benar. Ada alasan kenapa dia menjadi maskot olimpiade sekolah ini.

"Ini," ujar Cailyn menyerahkan buku berukuran quarto yang tidak begitu tebal.

"Wah, terima kasih," ucap Luke lalu berjalan ke meja yang tadi dia duduki.

Berbicara dengan Luke seperti itu saja sudah cukup untuk menghibur Cailyn di tengah rumor yang masih mengganggunya sampai saat ini.

Sejak saat itu, Luke selalu datang pada Cailyn jika tidak menemukan buku yang dicarinya. Meskipun Cailyn tidak selalu menemukan buku itu, namun gadis yatim piatu ini bisa merekomendasikan buku yang mungkin sejenis.

Cailyn menatap jam dinding, lima menit lagi bel akan berbunyi dan sebentar lagi Luke juga akan keluar dari perpustakan seperti biasanya.

Gadis berwajah kusam ini tentu saja menantikan itu. Luke yang akan meminjam buku, namun nyatanya pria itu tak selamanya meminjam buku.

Cailyn sedikit kecewa melihat Luke yang akan pergi tanpa berhenti di meja pustakawan. Namun, ajaibanya laki-laki itu menoleh dan tersenyum padanya sebelum dia benar-benar pergi.

DEG

Ada perasaan aneh yang ia rasakan saat ini. Jangan bilang Cailyn jatuh cinta padanya? Ah, itu tidak boleh terjadi. Mereka berada di dunia yang berbeda.

Hal yang Cailyn tahu, Luke adalah orang yang ramah. Laki-laki itu selalu tersenyum padanya setiap kali memasuki perpustakaan.

Apakah laki-laki itu memang ramah atau ada alasan lain? Kenapa dia begitu baik pada Cailyn?

Pertanyaan itu selalu muncul di kepala Cailyn. Karena hampir semua siswa siswi elit yang lain memperlakukan Cailyn seperti hantu atau manusia yang tidak penting.

Yah, tapi Cailyn tidak peduli. Saat memasuki sekolah ini, ia tidak banyak berharap kehidupan SMA nya akan penuh warna.

Seperti biasa, siang ini Cailyn memilih duduk di bangku tempat baca di perpustakaan.

Hari ini, perpustakaan lebih sepi dari biasanya. Dan itu sangat menyenangkan bagi Cailyn. Tidak ada lagi mata yang memandangnya rendah, atau menyelidik terhadapnya.

Cailyn membaca majalah dengan tenang, hingga seseorang bersuara di belakang Cailyn.

"Kau suka taekwondo?" Cailyn tersentak. Ia tahu suara itu.

Gadis berambut lurus sebahu ini menoleh pada Luke yang menarik kursi dan duduk tepat di sebelahnya.

"Kau suka sekali di perpustakaan?" tanya Luke lagi dengan senyum kecil.

Cailyn mengangguk singkat. "Disini tenang."

Luke mengangguk mengerti kemudian membaca buku yang ia bawa. Berdua dengan Cailyn membaca dengan tenang.

Hanya sementara, setelahnya keduanya membahas apa yang mereka baca.

Cailyn terkekeh kecil dan Luke tersenyum lebar membahas majalah yang Cailyn baca.

"Ekheem!" tegur Bu Badriyah. Seorang perempuan paruh baya dengan kacamata tebalnya.

Cailyn menutup mulutnya dengan satu tangan dan Luke sedikit menundukkan kepala isyarat meminta maaf pada Ibu Badriyah.

"Ngomong-ngomong. Kita belum berkenalan dengan benar kan? Nama ku, Luke. Siapa namamu?" ucap Luke lirih menyodorkan tangannya pada Cailyn.

"Cailyn. Panggil saja Lyn," balas Cailyn tak kalah lirih. Mereka tidak ingin kembali ditegur oleh bu Badriyah.

Sejak saat itu, secara tidak sadar Cailyn berharap Luke selalu datang dan berbicara padanya. Meskipun hanya sebentar.

Pucuk dicinta ternyata ulam tak tiba. Luke tidak datang beberapa hari ini. Sudah seminggu lebih Luke tidak datang. Perpustakaan yang menjadi tempat Cailyn bersembunyi dari dunia luar kini terasa begitu membosankan.

Senyuman di bibir Cailyn muncul saat pintu terbuka menampakkan Luke disana. Namun, senyuman yang tidak begitu mengembang itu lenyap saat Ayara berjalan tepat di belakang Luke.

Cailyn cepat-cepat duduk di bangku pustakawan sebelum Luke dan Ayara melihatnya. Meja pustakawan tempat murid-murid meminjam buku memang cukup tinggi. Cailyn bahkan bisa menyembunyikan kepalanya di balik bangku itu.

"Kenapa aku bersembunyi?" gumam Cailyn lirih. Hanya ia sendiri yang dapat mendengarkan gumaman itu.

Gadis dengan penampilan tidak begitu rapi itu juga heran kenapa ia bersembunyi. Ayara dikenal sebagai gadis yang baik, manis, ramah dan kebaikan lainnya. Anak itu tidak mungkin jahat pada Cailyn.

Cailyn masih sibuk dengan buku bacaannya di balik meja pustakawan. Tidak terasa waktu berlalu, Luke sudah berdiri di depannya.

"Hai Lyn," sapanya ramah.

Cailyn mendongak, menatap Luke dan Ayara yang berdiri bersisian di hadapannya.

"Halo," sapa Cailyn tersenyum kecil, menatap Luke dan sekilas melirik Ayara.

"Hei, aku ingin mengenalkan seseorang pada mu. Dia Ayara, teman kecilku," ucap Luke merangkul pundak Ayara.

Ayara tersenyum begitu manis. Gadis cantik dengan rambut gelombang yang terlihat rapi dan berkilau memang seperti bidadari. Apa yang tidak kurang darinya?

"Hai, aku Ayara teman terbaik Luke," ucapnya diiringi senyum manis.

Cailyn tersenyum dan menjabat tangan halus itu. "Cailyn."

Sejenak Cailyn meringis merasakan remasan yang cukup kuat di tangannya. Apa wanita ini terlalu kuat atau ada sesuatu?

Cailyn tidak memperdulikan itu karena Ayara menyapanya dengan sangat ramah.

Luke dan Ayara berbincang-bincang ringan terlihat cukup dekat, disaat Cailyn menulis dan mencatat buku yang Luke pinjam.

"Ini bukunya," ujar Cailyn menyodorkan buku bercorak biru dan putih itu.

"Thanks ya," ucap Luke.

Cailyn memberi senyuman kecil saat keduanya pamit dan pergi dari perpustakaan. Namun, detik berikutnya Cailyn bergeming saat wanita anak konglomerat itu berbalik, menatap Cailyn dingin dan tajam tanpa sepengetahuan Luke.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!