Eps. 5
"Hei, mau kemana?" tanya Ayara, tersenyum manis pada Luke. Gadis cantik ini memiringkan kepalanya melihat Luke dengan sikap menggemaskan.
Luke terkekeh kecil menatap ke arahnya dan itu membuat Ayara sangat senang.
"Aku mau ke perpus. Mau ikut?" tawar Luke.
"Yah, perpus. Membosankan. Pergilah, aku akan ke kantin bersama yang lain," ucapnya lalu pergi dengan senyuman yang paling cantik menurutnya.
Ayara senang karena Luke sangat dekat dengannya. Kedua orang tua mereka juga menginginkan mereka akan menikah di masa depan.
Meskipun masalah perjodohan belum diumumkan karena mereka masih terlalu muda, Ayara sudah tahu itu dan tidak sabar untuk segera ditetapkan.
"Mau makan apa?"
"Aku pesen stik aja," ucap Ayara setibanya di kantin.
Belakangan ini Luke sering tidak ditemukan, laki-laki itu seolah menghilang. Biasanya Ayara akan selalu bersamanya kemanapun Luke pergi.
Pandangan Ayara beralih pada Luke yang baru saja memasuki kelasnya dengan sebuah buku di tangannya. Mereka memang berada di kelas yang sama. Karena kelas ini diurutkan berdasarkan seberapa berpengaruh keluarga murid pada sekolah ini.
"Dari mana?" tanya Ayara sedikit mencebikkan pipinya. Ia sengaja bersikap manis pada Luke dengan kelembutan yang dibuat-buat karena Ayara sangat tahu jika Luke suka wanita lembut.
"Aku baru saja dari perpus."
"Oh … hei, apa ada sesuatu yang menarik? Kenapa wajahmu terlihat sangat senang?" tanyanya penasaran.
Gadis anak konglomerat ini sangat penasaran karena orang yang selalu bersamanya sejak kecil tidak pernah membuat ekspresi seperti ini sebelumnya.
"Benarkah?" tanya Luke semakin melebarkan senyumnya membuat Ayara semakin penasaran.
"Ah, ada apa beritahu aku!" rengeknya mencebik kembali bersikap manis.
Luke tertawa lepas. Ayara tersenyum dengan wajah bersemu. Ia sangat senang melihat Luke yang tersenyum karenanya.
"Tidak ada apa-apa. Kenapa kau begitu penasaran?" ucapnya sesekali masih tertawa.
Gadis berambut gelombang ini mengedikkan bahu singkat. "Kau mencurigakan."
Sebentar lagi bel masuk kelas akan berbunyi. Semua murid mulai berdatangan memenuhi kelas yang terlihat bagus dan rapi itu.
Beberapa orang di sekitar Luke dan Ayara, tiba-tiba membicarakan tentang Cailyn si anak yatim piatu dan mantan pacarnya yang cukup menjadi buah bibir belakangan ini.
Ayara tidak peduli karena hal itu tidak akan pernah ada hubungannya dengan dirinya. Namun, komentar Luke setelahnya cukup menarik perhatian gadis cantik ini.
"Hmmm … kenapa mereka senang sekali membicarakan dan menjelek-jelekkan orang yang bahkan tidak mereka kenal," gumamnya dengan wajah tidak suka.
Ya, manusia tidak penting tidak pantas dibicarakan. Buang-buang waktu saja.
"Benar," respon Ayara seadanya.
"Ku pikir Cailyn tidak seperti itu," ucap Luke lagi.
Ayara terdiam, sedikit terkejut dengan ucapan Luke. Ia menatap Luke dengan alis bertaut, ada sesuatu yang membuatnya terusik.
"Cailyn? Kau mengenalnya?"
Luke mengangguk dengan senyum yang membuat sesuatu di dadanya terasa sakit.
Hah? Ada apa dengan senyum itu?
"Kau … mengenal, siapa?" tanya Ayara ragu. Ia menahan rasa sakit yang belum tentu seperti yang ia pikirkan.
"Cailyn. Baru-baru ini aku mengenalnya. Dan dia anak yang baik, tidak seperti yang mereka katakan."
Rasa sakit yang Ayara rasakan perlahan berubah menjadi amarah yang mulai membesar.
Cailyn? Perempuan kelas bawah yang hanya bisa menempel pada kalangan elit seperti lintah untuk mendapatkan keuntungan dari sana, apa sekarang dia mencoba mendekati Luke?
"Begitu ya? Sepertinya aku juga ingin mengenalnya," balas Ayara tersenyum begitu manis. Sangat manis sehingga siapapun tidak akan tahu jika gadis ini sedang marah.
"Dia membantu bu Babriyah di perpustakaan. Apa kau mau datang ke perpustakaan?" goda Luke dengan senyum jahilnya.
Ayara mengerti, sebelumnya Luke pernah mengajaknya beberapa kali tapi gadis ini sangat malas pergi ke perpustakaan.
"Yah, aku kesana hanya ingin berkenalan dengan teman baru mu, dan sesekali pergi ke perpustakaan sepertinya asik juga," jawabnya dengan antusias.
Luke terkekeh pelan. "Baiklah kalau begitu. Saat aku memerlukan buku lagi, kau bisa ikut bersama ku."
"Janji?" tanya Ayara menunjukkan jari kelingkingnya.
"Iya, janji," jawab Luke. Mereka menautkan jari kelingking dan tersenyum bersama. Pemandangan itu selalu berhasil menarik perhatian dari orang di sekitar mereka.
Ayara tahu, selama ini Luke dan dirinya selalu di sanding-sandingkan oleh orang yang melihat mereka. Dan itu membuat Ayara bahagia dan spekulasi iti harus benar terjadi.
Seperti yang dijanjikan, beberapa hari setelahnya Ayara mengikuti Luke berjalan ke perpustakaan.
Gadis berkulit putih ini memasuki perpustakaan. Bau buku lama yang memasuki hidungnya membuatnya risih, itulah kenapa ia tidak suka perpustakaan.
Luke masih mencari buku dan membaca seperti biasanya. Tidak ada sesuatu yang spesial. Luke juga tidak banyak bicara karena penjaga perpustakaan yang terkenal sangat galak bagi murid yang berisik.
Ayara pura-pura membaca buku yang ada agar terlihat lebih natural di depan Luke. Dan pria tampan itu juga tidak banyak bercerita tentang gadis miskin itu.
"Ayo, aku pinjam buku ini lalu kita pergi ke kantin sebentar," ajak Luke.
"Aku tunggu di luar ya," jawab Ayara meskipun sebenarnya ia sedang mencari anak perempuan yang namanya sudah ia lupakan.
"Oh? Katanya mau kenalan dengan Cailyn?" tanya Luke. Ayara mengerjap beberapa kali karena tak mengerti.
"Ayo, ikut aku."
Gadis berambut gelombang ini berjalan ke meja pustakawan dan hal yang pertama ia lihat adalah gadis berwajah polos yang sedikit kusam.
Ha? Disini rupanya dia!
Ayara mengubah wajahnya dengan senyuman yang begitu menawan, berbanding terbalik dengan hatinya yang sangat tidak suka dengan gadis itu.
Mereka berkenalan. Ayara ingin sekali mencuci tangannya setelah berjabat tangan dengan gadis miskin itu, tangannya pasti sangat kotor.
Betapa tidak tahu dirinya gadis itu, berbicara begitu santai dengan Luke. Lihat matanya yang berbinar menatap pangeran sekolah itu. Ayara ingin sekali mencabik-cabik gadis tak tahu diri itu.
Saat akan pergi, Ayara mengambil kesempatan untuk berbalik dan menatap Cailyn dingin. Gadis manja ini tersenyum miring. Ia tahu jika Cailyn pasti melihat tatapan dinginnya.
Tidak ada salahnya bermain-main dengan anak miskin itu, setidaknya Ayara bisa menjauhkan Luke dari perempuan rendahan itu secara perlahan.
Setelah itu, Ayara sering mengikut Luke pergi ke perpustakaan. Gadis itu bahkan menawarkan diri untuk mencari buku apapun yang Luke butuhkan, meskipun akhirnya ia menyuruh Cailyn yang mencarinya.
"Hei, bisakah kau membantuku mencari buku ini?" tanya Ayara tersenyum kecil. Sebenarnya ia tidak mau tersenyum tapi disini terlalu banyak mata yang melihat. Image nya tidak boleh rusak.
"Tentu."
Ayara masih melihat Cailyn duduk dan mengetik sesuatu di komputer. Setelahnya, gadis berambut lurus itu kembali menjawab, "Buku ini ada di rak F, baris ke dua dari atas."
"Ah... Begitu ya… bisakah kau membantu ku mengambilnya? Aku sedang sedikit buru-buru," ucap Ayara dengan wajah manisnya.
Cailyn terlihat bergeming beberapa saat. Setelah menghela pelan, gadis berambut tidak rapi itu berdiri dan mengambilkan buku untuk Ayara.
Ayara sangat geram melihat Cailyn yang berani menghela di hadapannya. Kurang ajar sekali dia! Tidak ada seorangpun yang berani memperlakukannya seperti itu!
"Ini bukunya?" tanya Cailyn biasa.
"Benar."
"Apa kau mau meminjamnya?"
"Benar lagi," jawab Ayara terlewat manis.
Cailyn mengangguk paham dan membawa buku itu bersamanya. Mencatat dan menandai tanggal maksimal pengembalian.
"Terima kasih ya, Cailyn," ucap Ayara lalu pergi dengan senyum manisnya.
Ayara keluar masih tersenyum. Namun, wajah gadis itu berubah menjadi datar setelah menutup pintu perpustakaan.
"Tidak berguna!" gumam Ayara dingin.
Disisi lain, bisikan-bisikan tentang betapa cantiknya Ayara kembali Cailyn dengar. Anak konglomerat pemilik perusahaan besar farmasi, cantik dan baik hati. Sangat sempurna di mata orang yang melihatnya.
"Sejak kapan kau dekat dengan Ayara?" tanya bu Badriyah.
"Ah, kami hanya kenal Bu, tidak dekat," jawab Cailyn biasa.
"Kau beruntung. Terus dekat dengannya mungkin akan bagus untuk mu kedepanya. Dia sangat manis dan baik hati. Seperti seorang putri,," ucap Bu Badriyah tersenyum lebar pada Cailyn.
Cailyn membalasnya dengan senyuman canggung. Mereka tidak tahu, ia merasakan ada sesuatu yang berbeda pada Ayara dan tidak seperti yang orang-orang katakan.
Sepulang sekolah, Cailyn masih setia duduk di permberhentian bus, menunggu mobil besar itu datang.
Pandangan Cailyn teralih pada sebuah mobil sedan mewah yang tiba-tiba berhenti di hadapannya.
Murid-murid yang menunggu sama seperti Cailyn mulai berbisik, saat Luke turun dari mobil dan mendekati gadis sederhana ini.
"Cailyn, mau pulang bersama ku?" tanya Luke.
DEG
Apa Luke memang sebaik ini? Cailyn tidak sengaja melihat Ayara yang juga menatapnya dengan wajah biasa. Tapi ia berani bertaruh jika raut wajah itu mengatakan bahwa dia tidak suka Cailyn bersama Luke.
Begitu juga dengan tatapan murid-murid lain yang sedang menunggu bus.
"Ah, tidak terima kasih. Aku masih ingin mampir ke suatu tempat," jawab Cailyn bohong dan tersenyum kecil.
"Benarkah? Baiklah kalau begitu. Aku duluan ya, dah," pamit Luke melambaikan tangan dengan senyum kecil.
Luke berlari dan memasuki mobilnya. Keduanya tampak berbicara sebentar lalu bersamaan menatap kearah Cailyn dan tersenyum ramah.
Cailyn sedikit membungkuk singkat sebelum mobil itu melaju meninggalkan halte bus. Ia tahu, orang-orang disebelahnya mulai bergosip tentang Cailyn yang mungkin sudah memiliki mangsa baru.
Aku punya firasat buruk. Apa lebih baik aku menjauh dari Luke? Aah, rasanya benar-benar tidak nyaman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments