Mendengar perkataan Bunda Elin semuanya menjadi terdiam dan melihat satu sama lain.
"Kenapa kalian diam, apa Bunda salah denger atau emang kalian sedang bahas tentang perselingkuhan, ada yang mau jelasin sama Bunda. Ayah, Erina?" Tanya Bunda Elin.
"Nah kan ayah bilang apa, Bunda tiba-tiba datang?" Ucap Tuan Harun sedikit berbisik.
" Maaf Yah." Ucap Erina dengan berbisik juga, sedangkan Abi hannya bisa tersenyum melihat tingkah anak sama ayah.
"Kenapa Kalian berbisik. Ayah, Erin kalian menyembunyikan sesuatu dari Bunda."
"Tidak Bunda Erin tidak menyembunyikan sesuatu? sebaiknya Bunda tanya Ayah saja." Ucap Erina dengan tersenyum jahil pada Tuan Harun. Tuan Harun jadi salah tingkah ketika Erina menojokkanya dan tersenyum usil, anak gadisnya selalu membuat ulah kalau melihat Bunda sama Ayahnya sedang Mode romantis , dan dia hanya bisa pasrah kalau ujung-ujung nya Istrinya nanti merajuk karena ulah anak gadis nya ini.
"Jangan dengerin Erin Bunda, anak gadis kita ini suka usil. Seperti Bunda tidak kenal Erin saja." Ucap Tuan Harun berusaha membuat suasana manjadi dingin, tapi sayang Bunda terlalu percaya dengan apa yang di omongin Erin.
"Kali ini Bundà percaya apa yang di katakan Erin, Bunda akan cari bukti di meja kerja Ayah. Kalau bunda sampai menemukan sesuatu, ayah siap-siap tidur di luar." Ucap Bunda sambil berlalu ketempat meja kerja Tuan Harun.
"Ya ampun Erin kamu membuat Ayah dalam masalah." Ucapa Tuan Harun yang mulai gelisah.
"Sudah yah cepat susul Bunda nanti dia menemuka sesuatu di meja kerja ayah, selesaikan masalah rumah tangga ayah, di suruh tidur di luar baru tau rasa." Ucap Erin sambil tertawa.
"Ish, kamu ini." Ucap Tuan Harun lalu berdiri dari duduk nya dan menyusul Bunda Elin.
"Kenapa Nona Erin senang sekali, melihat Bunda sama Ayah bertengkar?" Tannya Abimanyu.
"Ya, itu salah mereka. Sapa suruh setiap kali bertemu selalu saja bersikap romantis, sudah tau anak nya jomblo, sekali-kali liat mereka berantem gak apa kan." Ucap Erina Cuek dan ucapan nya itu seketika membuat Abimanyu tertawa sampai tawanya itu membuat Erin cemberut.
"Kenapa Tuan Tertawa? Apa ada yang lucu?" Tanya Erin dan tangannya seponta memukul tangan Abimanyu sebelah kanan, seketika itu Abimanyu mengaduh kesakitan. Mendengar itu Erin mejadi ikut teriak karena tangan yang dia pukul mengeluarkan darah.
"Masyaallah," Teriak Erina yang seketika mengundang perhatian Budan Erin dan Ayah Harun.
"Ada apa Erin?" Tanya Bunda.
"Ya Na ada apa? Kenapa kamu berteriak?" Tanya Tuan Harun.
"Bunda, Ayah tolong ambilkan kotak P3K. Tangan Tuan Abi terluka?" Ucap Erin. Mendengar perkataan Erin Bunda dan Tuan Harun mendekat ke arah Erin dengan Bunda menbawa kotak P3K.
"Na Abi, kenapa bisa terluka seperti ini dan sepertinya luka nya sedikit parah." Tanya Bunda.
"Nah Bunda, makanya jangan lansung berpikiran negatif, liat situasi kalau mau ngomel. Sudah tau kita punya anak yang super usil, Bunda masih saja kena prank anak nya."
"Apa sih Yah, yang di tanya apa jawab nya apa?"
"Ya Ayah mau jelasin apa yang Bunda tanya tadi ada hubungan dengan kesalah pahaman sama apa yang Bunda degar tadi," Ucap Tuan Harun dan perlahan Tuan Harun memjelaskan kepada Bunda Elin semuanya sampai di mana tangan Abi terluka dan Bunda pun mengerti. Bunda langsung meminta maaf sama semuanya, namun sedikit mengomel kepada Erina.
"Sudah Bunda gomelnya, mana kotak P3K nya, Tuan Abi harus segera di obati kalau tidak nanti lukanya jadi infeksi." Ucap Erin lalu mengambil kotak P3K dari tangan Bunda. Setelah memberikan Kotak P3K, Bunda berlalu untuk menyiapkan makan siang dengan Pak Harun mengikuti dari belakang.
Dengan sedikit ragu Erin meminta Abi untuk melipat kemejanya agar Erin bisa menggobati luka yang ada di tangan Abimanyu. Abi sedikit kesulitan saat melipat kemejanya dan Erin membantunya dengan perlahan takut mengenai lukanya.
Setelah kemejanya terlipat dengan telaten Erin membersihkan luka Abi lalu memberikan obat dan membalutnya dengan perban.
"Maaf untuk luka nya Tuan dan kenapa tidak mengatakan kalau Tuan terluka?" Tanya Erin sambil membereskan Kotak P3K.
"Ini hanya luka kecil, aku bisa menahannya."
"Biarpun luka kecil tapi kalau di biarkan akan infeksi dan itu akan berakibat patal."
"Makasih, dan kalau bisa jangan pangil aku Tuan."
"Saya yang seharusnya berterimakasih, maaf baru mengatakan nya. Ka Abi."
"Heumm, pangilan yang terdegar bagus." Ucap Abi sambil tersenyum.
"Ya, Kaka juga jangan pangil saya Nona, nga enak kedengerannya." Ucap Erin yang masih fokus dengan kotak P3K.
"Ya, saya juga agak cangung kalau panggil Nona. Gimana kalau panggil De, apa boleh?"
"Itu lebih baik Ka," Ucap Erin sambil tersenyum dan senyuman Erin mambuat sedikit getaran di hati Abimanyu.
Tak lama dari itu Bunda dan Ayah datang dengan pelayan Resto yang membawa berbagai makanan dan lansung menyiapkan nya di atas maja, Bunda dan Ayah kembali duduk bergabung dengan Erin dan Abimanyu.
"Udah baikkan nih." Goda Erin lagi.
"Jangan mulai lagi de," Ucap Ayah.
"Kamu ini senang sekali mengoda Ayah sama Bunda. Oh ya, ngimana lukanya Na Abi? Apa lukanya serius sebaiknya kita kedokter saja." Tanya Bunda.
"Sudan baikan Bunda, lagi pula ini hanya luka kecil dan De Erin sudah mengobatinya jadi terasa lebih baik." Ucap Abi sambil melihat ke arah Erin.
"Ish, Bunda jangan remehin Erin. Dalam hal obat mengobatin Erin juga handal bahkan labih handal dari seorang Dokter." Ucap Erin sambil mengambil makanan yang ada di depanya dan memindahkan nya ke piring makan dia.
"Lah, Narsis kali kamu de. Syukurlah kalau kamu udah merasa baikkan, Bunda sangat berterima kasih karena Kamu udah menolong Erin."
"Ya Bunda, sama-sama."
"Kapan kita makan nya kalau bicara terus," Sambung Ayah.
"Iya ni Bunda, ngajak ngomong aja. Eh, Ka Abi mau makan apa? Erin siapin ya?" Ucap Erin yang langsung mengambil piring makan Abimanyu dan mengisi makanan sesuai dengan apa yang akan di makan Abi, Sebenarnya Abi sedikit canggung tapi melihat begitu antusias Erin yang ingin mengambil makanan untuk nya dia pun memberitaukan makanan yang akan dia makan.
"Kenapa Nak Abi saja Yang Kamu abilkan makanan, kenapa Ayah tidak." Ucap ayah dengan pura-pura cemberut.
"Lah, Ayahkan ada Bunda. Kenapa minta Erin." Ucap Erin Cuek.
"Ya deh, Ayah juga kan ingin sekali-kali di siapin sama anak Ayah."
"Bunda..., Suami Bunda merajuk tuh." Ucap Erin yang mulai jengah dengan ulah Ayahnya yang mulai usil.
"Ayah..jangan ganggu Erin, biarkan dia menyelesaikan makannya."
"Ish, dasar tukang ngadu." Ucap Tuan Heru sambil menguyah makanan di dalam mulut.
"Biarin."
"Ayah, Erin Fokus dengan makan kalian." Ucap Bunda yang mulai pusing dengan tingkah Ayah sama anak kalau sudah mode usilnya datang. Sedangkan Abi malah tersenyum melihat tingkah laku Tuan Harun dan Erina, apa lagi melihat Erina yang terlihat gadis pendiam dan santai ternyata dia gadis ceriah yang mampu membuat suasana menjadi ramai dengan segala keisengannya.
Bersamabung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments