Bab 5

Sisi mendapatkan kartu rencana study semester 6 dengan bahagia, IPK nya juga masih bertahan di angka 3.5. Semester 5 berlalu dengan cepat meski banyak hal yang telah terjadi selama semester ini berlangsung.

Dia membuka link hasil nilai semester 5 dan men screenshoonya kemudian mengirimnya..

“Good job, my Lovely” Sisi tersenyum lebar menatap ponselnya.

Sisi segera membalas “Thanks Ka Denny”

Sisi berjalan menuju ruang tunggu mahasiswa yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Disana dia mendapati Mutia dan Reni yang tengah berbincang mengenai semester berikutnya.

“Haii temen-temen “Sisi duduk di sebelah Mutia,

Teman-temannya menyambutnya hangat “Gimana punya lo Si?” Reni penasaran

Sisi menunjukan kartu rencana study miliknya “Liat nih”

Mutia dan Reni memeriksa, mencocokkan dengan milik mereka masing-masing

“Wah semester 6 kita banyak terpisah kelas” Reni menunjukan kartu miliknya

Sisi melirik ”Gak papa ini ada dua mata kuliah dikelas yang bareng” Sisi membesarkan hati Reni

“Iya. Jangan berpatok pada perbedaan kelas, minimal kita masih satu kampus dan bisa ngumpul” Mutia memberikan semangat”Cayooooo”.

Ponsel Reni berdering ada panggilan masuk.

“Siapa Reni? Angkat aja” Mutia penasaran

Sisi mengangguk memberikan tanda persetujuan.

Reni beranjak dari duduknya “Sebentar ya gue angkat telpon dulu” dia berjalan menjauh dari Sisi dan Mutia.

Sisi dan Mutia menatapnya bingung “Rahasia kali ya” Mutia menebak-nebak

Sisi mengangkat kedua pundaknya “maybe”

“Oh iya, kabar atasan lo Gimana Si?” Mutia menanyakan keadaan Denny

“Kapan kita ditraktir makan-makan lagi?” Mutia tertawa kecil sambil menutup mulutnya mengingat mereka pernah makan bersama beberapa kali sebelum ujian semester.

Dalam beberapa bulan saja Denny sudah dikenalkan kepada teman-teman kuliahnya yang bahkan teman kantornya Riana dan Luna tidak mengetahui hubungannya dengan Denny.

Sisi dan Denny sepakat untuk merahasiakan hubungan mereka dikantor.

“Gampang nanti lah, soalnya Ka Denny lagi tugas diluar kota” Sisi menjelaskan

“Nanti pasti ditraktir lagi” Sisi tersenyum ceria merasa bangga dengan Denny yang notabene adalah atasannya dikantor.

Selain Denny baik terhadap dirinya dia juga baik terhadap teman-teman kuliahnya.

Mutia memanyunkan mulutnya “Kalo tugas luar kota gitu berapa hari Si?”

Sisi mencoba mengingat “Yaa paling tiga atau empat hari lah”

“Tapi komunikasi tetep lancar?” Mutia menelisik lebih lanjut.

Sisi sedikit menunduk dan memutar-mutar ujung kakinya dilantai ”Lancar sih. Ya kadang ga ngabarin tapi gue yakin karena dia sibuk”

Mutia mengangguk-anggukan kepala mencoba memahami situasinya “Tapi dia pernah Video call saat diluar kota?”

Sisi terdiam, menggelenglan kepalanya “Gak. Soalnya ga enak karena dia gak sendiri dihotel barenag rekan leader lainnya. Gue selama pacaran gak pernah video call”

“Weeeh, alesan itu orang kalo cinta pasti video call lah masa iya sebentar doang ga pengin liat muka lo, bahkan mikirin ga enak ke orang lain? Elo kan pacarnya” Mutia terlihat tak percaya dengan alasan yang disebutkan Sisi.

Memikirkan ucapan Mutia, Sisi mengangguk ragu dan mulai timbul keraguan karena dalam beberapa bulan terakhir ini Denny sering tugas diluar perusahaan bahkan diluar kota untuk beberapa hari.

Namun komunikasi mereka termasuk lancar karena Denny selalu mengabarinya meski tidak pernah melakukan panggilan video.

“Haiii, Mut hai Si” Tiba tiba Rendi datang

Sisi dan Mutia menoleh dan mendapati Rendi yang membawa dua kantong plastik berisi snack dan camilan serta ada ice cream disana.

Sambil menyantap camilan Rendi mengeluarkan sesuatu dari sakunya “Sabtu depan tolong kalian hadir ya di Wisuda gue”

Sisi menerima dengan riang membuka kartu undangan Wisuda yang ia terima” Waah keren selamat atas kelulusannya ya Rendi” Sisi menepuk keras bahu Rendi

“Iya dong, cumlaude gue ini” Rendy tertawa pamer

“Akhirnya kelar lo Ren” Mutia memberikan selamat kepada Rendi

“Eh.eh.eh undangan buat gue mana?” Tiba-tiba Reni menghampiri mereka setelah bertelepon lumayan lama disudut lain kampus.

Rendi mengeluarkan satu lagi undangan “Ini buat lo Reni”

Reni menerimanya dan membolak-balik kartu itu.

Rendi beranjak dari duduknya “Ya udah gue ada urusan, ini satu undangan lagi buat Indah ya” Rendi mengusap kepala Sisi seraya menyodorkan udangan kepadanya.

Sisi menerimanya lalu menyimpannya. Ada sedikit senyuman yang menyembul dibibir Rendi saat menatap Sisi, Sisi buru-buru mengalihkan tatapannya yang tanpa sengaja beradu.

Reni mencegahnya “Iiishhh mau kemana?”

“Ada urusan” Rendi bergegas akan pergi.

“Awas lo semua harus dateng! Gue udah membayar mahal kursi buat kalian semua, jadi ga ada alasan kalian ga dateng” Rendi mengancam dan berlalu pergi.

Reni, Mutia dan Sisi melambaikan tangan kepada Rendi sebagai tanda persetujuan.

“Abis telpon siapa lo?” Mutia tak melupakan rasa penasarannya

“Kantor notaris temennya bokap gue” Reni mulai menjelaskan “Perasaan gue ga nglakuin kesalahan tapi katanya surat yang gue terbitin ga ada yang bener” Reni menepuk jidatnya sendiri sambil tertawa tak berdosa.

“Lo itu ga bisa kerja Ren” Mutia menimpalinya

Sisi menghela nafas dan tersenyum tak ingin menyela.

“Ya wajarlah kalo anak orang kaya, ada privilage tapi ga ada skill” kutuk Mutia.

Reni cemberut tidak setuju dengan penilaian Sisi dan Mutia “Gak. Gitu gue juga berusaha kerjain kerjaan dengan baik”

Mutia memeluknya “Ututuuh, iya iya lo dah bekerja sesuai kemampuan bokap elo Kan?”

Sisi tertawa kecil karena merasa relate sekali dengan ucapan Mutia.

Reni memukul pundak mutia dan Sisi karena kesal”Nyebelin banget kaliaaaaaan “

Mereka bertiga tertawa terbahak-bahak setelahnya karena merasa puas mengejek Reni.

*****

.

”Huaaa mampus gue“ Sisi kesiangan

Sisi berlari sambil merapikan rambutnya memasuki perusahaanya, berdiri menunggu lift terbuka dengan gugup, dia melirik arlojinya sudah menunjukan jam 10 pagi artinya dia sudah telat satu jam dan melewatkan meeting senin pagi ini.

Ketika Pintu lift akhirnya terbuka Sisi langsung masuk dan ketika hendak menekan nomor tombol lift seorang perempuan menekan nomor yang sama dengan yang dia pikirkan.

Ada beberapa orang karyawan yang masuk hingga lift sedikit penuh jadi Sisi tak menghiraukannya lagi.

Keluar dari lift dia langsung menuju kantornya melongok dari dinding kaca dan tidak mendapati seorangpun di ruangannya. Benar dugaannya semua sedang meeting dan dia melewatkannya.

Dia menghela nafasnya sepanjang yang dia bisa dan membanting tubuh di kursinya, dia kelelahan karena berlarian tadi. Menyalakan komputer dan mempersiapkan peralatannya untuk bekerja menepuk kedua wajahnya agar sadar bahwa ini waktunya bekerja hingga tiba-tiba dari dinding kaca dilihatnya perempuan yang terlihat lebih tua beberapa tahun darinya berjalan menuju ruangan Denny.

Itu adalah perempuan yang tadi dilihatnya saat berada dalam satu lift.

Deg.

Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang, ada perasaan tak nyaman menghampirinya.

Perempuan itu terlihat sangat cantik, penampilannya elegan jika dibandingkan dengan dirinya, tapi dia coba mengalihkan pikirannya.

Kita ditakdirkan bukan untuk membandingkan diri atau berkompetisi secara fiksik kok.

Laki-laki tidak melulu menilai secara fisik semata.

Luna dah Riana memasuki ruangan mereka mendapati Sisi bersembunyi dibalik berkas yang tertumpuk Riana menghampirinya “Telat lo ya” dia mencubit telinga Sisi

Sisi tersenyum dan memohon ampun pada Riana”Gue kesiangan”

Luna menghampiri Mereka dan menaruh map hijau dimeja Sisi “Begadang lagi? Ini hasil meeting lo inputin ya” Luna meletakan Setumpuk berkas dimeja Sisi.

Sisi mengangguk “Insomnia gue” Sisi berpura pura menunjukkan raut wajah sedih.

“Luna” panggil seseorang dari pintu masuk hanya kepalanya yang melongok keruangan.

Luna dan Riana menoleh bersamaan, mendapati sosok perempuan cantik.

Sisi menunduk, tak berani melihat wajah perempuan cantik itu meskipun dia sangat penasaran.

Luna menghampirinya, mengobrol lalu keluar dari kantor bersama wanita itu.

Sisi diam sejenak, mencoba memikirkannya apakah perempuan itu yang pernah dilihatnya diruangan ini menghampiri Luna waktu itu.

Sisi mencoba mengingatnya, benar saja perempuan itu sering dilihatnya masuk dan keluar dari ruangan Denny. Tapi dia tidak menghiraukannya saat itu karena banyak orang-orang yang memang keluar masuk ruangan Denny.

Tapi kali ini terasa berbeda. Darahnya berdesir.

“Sinta, Kakaknya Luna” Riana tiba tiba membagikan informasi seolah mengerti rasa penasaran Sisi.

Sisi mengangguk “Oh. Pantesan mereka mirip” Sisi tersenyum “ Cantik” gumamnya lagi.

“Perusahaannya bekerja sama dengan perusahaan kita ” Riana memperjelas arah obrolan mereka

“Ooh” Sisi membulatkan oh nya.

“Paling abis ketemu ka Denny, udah dari dulu mereka kerjasama” kata Riana lagi

“Kayaknya mereka ada kedekatan semacem hubungan special deh, soalnya udah dari dulu banget” Riana mencoba menerka situasi yang dia saksikan selama ini

*Dari Dulu Hubungan*. Tiga kata itu yang terbang dipikiran Sisi.

Deg.

Sekali lagi jantungnya terasa lebih cepat berdegup entah perasaan seperti apa yang dirasakan Sisi juga tak jelas.

“Udah dari dulu perusahaan kita kerjasama, Investor paling setia. Sinta adalah Person in Charge yang hebat dari perusahaan itu” Riana menjelaskan lagi dengan detail.

Sisi masih terdiam memikirkan apakah yang harus dia katakan.

Rianapun meninggalkannya untuk melanjutkan pekerjaannya sepertinya Sisi tidak tertarik dengan obrolan mengenai Sinta kakak Luna karena Sisi tidak menanggapinya bahkan Sisi juga tidak seantusias dirinya.

Siang hari Sisi memeriksa ponselnya

“Sayang, telat kekantor ya?” di jam 08.30

“Udah siang, makan dulu sayangku” di jam 12.00

Sisi membaca dua pesan dari Denny

Sisi segera membalas karena pesannya sudah terkirim dari pagi namun dia tidak sempat memeriksa ponselnya hingga siang “Maaf ya ka, Sisi kesiangan”

“Kenapa sayang ko bisa kesiangan?” Denny membalas lagi

“Insomnia ka” Sisi sedikit gemetar ketika membalas pesannya.

Ada perasaan gundah dan takut yang tidak bisa dia jelaskan, tak mungkin dia mencurigai perempuan cantik itu memiliki hubungan dengan Denny. Gak Mungkin!!.

“Ada yang mau diobrolin kah?” Denny mengirim pesan lagi

“Gak Ada kak”

Sisi memutuskan untuk tidak lagi memikirkan Sinta perempuan yang dilihatnya keluar dari ruangan Denny akhir-akhir ini.

Dia percaya bahwa itu hanya kerjasama antar perusahaan yang memang telah terjalin dengan baik sedari dulu sebelum ada dirinya di perusahaan ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!