Belum selesai jantungnya berdetak tak menentu Denny tersenyum hangat menyambutnya didalam mobil, kemudian memasangkan Belt seperti kemarin. ‘Apa-apaan ini?’ pikirannya sangat kacau.
“Sudah siap?” Denny memegang stirnya dan tersenyum ringan.
Ini adalah senyuman termanis yang pernah Sisi lihat Sisi memegangi Beltnya dan menyentuh dadanya yang terus berdetak kencang. “Iya siap ka” jawabnya cepat. Sisi tidak tau mengapa dia mengatakan siap. Sebenarnya bahkan dia tidak tau kemana dirinya mau dibawa pergi. Sisi memikirkannya sepanjang jalan.
Sesekali Denny memerhatikan gadis disebelahnya dengan tatapan ambigu yang tak terlukiskan. Perasaan bahagia dan bersemangat setiap kali melihat gadis kecil ini. Menatap diam-diam wajah ayunya yang tenang, mengaguminya secara perlahan, memikirkan apakah dia menantikan pesannya semalam dan sengaja membuatnya menunggu agar melihat wajah terkejutnya sekali lagi.
Ya dia menyukainya, dia menyukainya lebih dari yang bisa dia katakan.
“Temenin saya ke pesta ya?” Denny mencoba mengobrol dengan Sisi
Sisi terhenyak dan ragu untuk bertanya “Pesta?”
Denny mengangguk dan tersenyum lembut.
Sisi memikirkan pesta yang seperti apakah? Karena dia belum pernh menghadiri pesta dengan orang asing. Dulu saat dia kecil dia sering menghadiri jamuan dan pesta malam bersama keluarganya, dia merasa berbeda jika kini dia dewasa menghadiri pesta dengan orang lain. Bahkan asing karena baru satu minggu mereka bekenalan, bahkan mereka belum cukup saling mengenal.
“Mau kan Si?” Denny memastikan sekali lagi ajakannya
Sisi tersenyum imut seperti anak kecil yang tengah bingung “Emang ka Denny gak malu ngajak saya?” Sisi tidak tau apakah pertanyaannya nyambung atau tidak dengan konteks obrolan mereka.
Denny tersenyum sekali lagi “Gak. Saya yang minta kamu temani saya” jawabnnya jelas tidak memiliki makna lain.
Sisi memiliki keberanian untuk menatap wajah Denny “Ok. Sisi temani kakak ke pesta”
Denny pun tersenyum sekali lagi bersemangat.
*****
Mengenakan gaun putih tergerai, sedikit gelombang besar diujung rambutnya sepatu hills warna putih, anting dan kalung indah tertata ditempatnya dengan sangat sederhana namun terlihat anggun. Denny menatapnya dengan tatapan hangat, mengaguminya sekali lagi. Sangat Indah.
Tak ada yang mampu melukiskan perasaanya saat ini. Gadis yang ada dihadapannya seperti bidadari yang terjatuh, bahkan tak sadar bahwa dirinya adalah sosok bidadari.
“Bagus ga ka?” Sisi menanyakan pendapat Denny karena khawatir membuatnya malu nantinya, dia berputar seperti gadis kecil. Ini pertama kalinya dia mempedulikan penampilannya di depan laki-laki.
“Cantik” Denny mendekati Sisi, aroma parfum yang lembut dan manis tercium darinya. Denny bisa merasakan getaran cinta yang semakin tumbuh saat ini, dia menyadarinya dia yakin dirinya mencintai Sisi. .
Denny berhenti tepat satu langkah persis dihadapan Sisi. Jarak mereka hanya sekitar 10 cm membuat Sisi spontan mundur satu langkah membuat Denny menyaksikan betapa Sisi gugup dan salting dihadapannya. Itu adalah pemandangan yang menyenangkan baginya. Sangat menggemaskan.
Denny tersenyum, mengajaknya berangkat untuk berpesta.
“Temen kuliah saya menikah di hotel depan tuh” Denny menunjukan gedung hotel yang sedang mereka tuju
“Waah keren banget” Sisi menatap gedung dihadapannya. Dihatinya dia mengharapkan kelak jika menikah bisa didalam gedung semegah ini. Namun tidak mungkin.
Sesampainya dipintu gedung Denny menyerahkan kartu undangan dan pengenal kemudian memasuki ruangan yang sudah penuh oleh para tamu undangan. Sisi sedikit gugup karena ini pertama kalinya dia bersama orang lain berjalan berdua ditengah keramaian, meski tak ada yang mengenalnya tapi semua orang mengenal Denny dan dia bersamanya kini.
“Denny!!” seru seseorang di tengah segerombol laki-laki melambaikan tangan kearah Denny. Sisi mengetahui Itu adalah teman-teman kuliahnya yang tadi sempat diceritakan Denny dimobil saat perjalanan. Disana hampir semua orang menyapa Denny karena mayoritas adalah teman sewaktu kuliahnya. Denny termasuk populer diangkatannya sepertinya.
Denny melambaikan tangannya kemudian menggandeng tangan Sisi berjalan menghampiri teman-temannya.
Menjabat satu perstu teman-temannya dan mulai mengobrol hangat karena mereka para lekaki masih sering bertemu, berkumpul dan nongkrong bareng meskipun sudah sibuk dengan kehidupan masing-masing.
“Kenalin ini Sisi” Denny memperkenalkan Sisi kepada mereka
“Haloo Sisi” teman-teman Denny mulai menyalaminya satu persatu
“Waah, masih muda banget cewe lo Denn” Ferdi mengedarkan tatapan buayanya
Denny kemudian memeluk pinggang Sisi dengan satu tangannya. Memamerkannya dengan bangga. Sisi kaget setengah mati, badannya terasa kaku dan kakinya lemas seperti ingin jatuh. Tapi dia menanhanya, dia harus sadar mungkin ini hanya akting dan dia harus memerankan peran ini dengan baik.
“Pajak mana, pacar baru PJ PJ” Ferdi seperti tidak melepaskan Denny.
“Belum, dia belum tentu suka sama gue” Denny tersenyum sambil memerhatikan wajah Sisi
Sisi tak menangkap makna apapun tapi jantungnya berdetak lebih kencang, matanya sedikit melirik lengan Denny yang masih melingkar di pinggangnya yang ramping. ‘Mesra’
“Waah serius lo belum jadian?” Pacar Ferdi menimpali karena tiba biba menghampiri ditengah obrolan mereka.
Denny mengangguk memandang Ferdi dan pacarnya bersamaan “nanti gue nanya Sisi ya”
Dia tidak memerhatikan perubahan wajah Sisi yang sudah merona seperti tomat. Entah apa yang sudah merasukinya hingga dia bahkan tak mampu mengatakan apapun untuk menimpali obrolan itu. Entah obrolan itu serius atau bercanda Sisi juga tak mampu membedakan atau memikirkannya.
Setelah bersalaman dan foto bersama pengantin Denny menggandeng tangan Sisi mengajaknya keluar gedung untuk pulang. Sisi memperhatikan tangannya digenggam begitu erat oleh Denny, ada rasa nyaman dan bingung. Dia merasakan perasaan aneh yang tak pernah dia alami sebelumnya. ‘Semoga kita berjodoh’ tanpa sadar Sisi berdoa dalam hatinya. Kemudian segera sadar sekali lagi bahwa itu tidak mungkin.
Didalam mobil Sisi merasa masih tidak percaya dengan apa yang dialaminya hari ini, dimana Denny menunjukkan betapa dia bangga ada Sisi disisihnya, tanpa ragu memperkenalkan kepada teman-temannnya. Perasaaan bahagia dan hangat serta pengakuan yang tak pernah dia dapatkan sebelumnya membuatnya nyaman berada disamping Denny.
Sisi kaget bukan main saat lagi-lagi Denny memasangkan belt miliknya, kemudian menaruh tangannya didepan stir, dia tersenyum dan memegang tangan Sisi.
“Kamu nyaman gak sama saya Si? Denny memegang tanpa ijin tangan Sisi yang terasa kaku dan mematung seolah tak bernyawa.
Sisi bahkan tak sanggup berbicara bibirnya hanya menganga tak bersuara. Ada rasa bingung, gugup tak percaya disana.
“Kalo kamu ngrsa nyaman, kamu mau gak jadi pacar saya?” Denny berkata lembut
Sisi masih belum bisa bicara, sepertinya ejaannya menghilang, atau mungkin nyawanya juga tidak ada ditempatnya.
Denny membelai pipi Sisi dengan lembut “Wajar kamu kaget, kita belum lama kenal tapi saya udah punya perasaan seperti ini”
Sisi mencoba mengumpulkan nyawanya yang melayang entah kemana, mencoba berfikir rasional dan mengesampingkan rasa gugupnya. “Sisi belum pernah pacaran sebelumnya ka”
Denny tertawa kecil, membelai sekali lagi wajah Sisi yang perlahan memerah seperti kepiting rebus. Tangan satunya meraih air minum botol dipintu mobilnya dan memberikannya kepada Sisi, membantunya minum agar Sisi lebih rilex dan tenang. Memastikan Sisi baik baik saja dan sudah membaik dia meneguk sisa minuman Sisi kemudian menaruhnya kembali.
“Kamu gugup banget ya Si?” Denny mencoba memahami yang dia rasakan, menggenggam kedua tangannya dan menatap Sisi dengan serius. Memberikan energi positif agar Sisi tidak takut, tidak lari atau bahkan kabur dari mobilnya. Pemikiran konyol yang naif.
Sisi menggeleng ragu, yang terjadi saat ini tidak pernah dia pikirkan sebelumnya, bukan bukan tapi tidak mungkin terjadi seharusnya. Jika melihat dari pandangan Sisi atasannya sangat berkharisma, memiliki segalanya tidak mungkin dia menyukainya ataupun ingin berpacaran dengannya.
Harusnya mustahil Denny menyukainya. Apakah ini permainan? Ada keraguan dihatinya.
“Aku suka kamu Si” Denny mengutarakan perasaanya
“Kenapa bisa suka Sisi, ka?” Sisi masih tidak percaya
Denny menggelengkan kepalanya, dia bahkan tak punya alasan untuk menyukainya tapi langkahnya terhenti saat itu. Saat Sisi diinterview diruangan HRD tanpa sadar Denny berhenti dan memperhatikan Sisi, mendengarkan Sisi menjawab setiap pertanyaan yang diajukan HRD kepadanya. Dia sudah menyukainya sejak itu dia berharap bisa bertemu dengan Sisi entah di perusahaannya jika Sisi diterima, ataupun di tempat lain jika Sisi tidak diterima diperusahaan itu.
“Ga ada alasan, aku suka kamu, Si” Denny menatap Sisi di matanya, mencari tau apakah Sisi tertarik padanya atau tidak.
Sisi sedikit kecewa karena dia berharap Denny mengatakan menyukainya karena Sisi cantik dan pintar namun dia tidak mendapatkan jawaban itu.
“Kamu mau ga jadi pacar aku, Si?” Denny mengulangi pertanyaannya berharap Sisi tidak melupakan poin itu.
Sisi mengangguk pasti”Iya, mau ka”
Jawaban Sisi tidak seperti perempuan pada umumnya yang biasanya meminta waktu untuk berfikir, apakah Sisi seyakin itu untuk menjalin hubungan dengan Denny atau karena dia juga menyukai Denny. Di luar nalar jawaban Sisi keluar tanpa pemikiran dan pertimbangan samasekali.
“Serius kamu mau jadi pacar aku Si?” matanya berkaca kaca
Sisi mengangguk sekali lagi dengan mantap. Dia bahkan tidak tau mengapa menerima Denny tanpa drama bertele-tele. Sebelumnya ada keraguan yang luar biasa terhadap Denny namun perlakuan Denny membuatnya terhipnotis.
Denny mencium tangan Sisi”Terima kasih, Sisi”
*****
Semalaman Denny tidak bisa memejamkan matanya, rasa tidak percaya bahwa semudah ini mendapatkan Sisi merupakan kebahagiaan yang tak bisa dia jelaskan. Dia memeriksa ponselnya membuka galeri foto-fotonya dan menghapus beberapa foto yang dia rasa tidak penting lagi baginya. Kemudian menghapus beberapa pesan, memblokir salah satu kontak di whatsapp nya.
Dia mengambil poselnya dan mengirim pesan kepada Sisi
“Tidur, Besok pagi kita ada meeting” tulisnya
Sisi mebalas dengan sangat cepat “Berkas sudah siap, presentasi pertama aku harus berhasil”
Denny tersenyum “Saya serahkan keberhasilan meeting besok” Denny menggodanya spontan.
“Deg-degan nih” Tulis Sisi
Denny tersenyum senang “Semangat Sayang” menambahkan emot hati setelah pesannya terkirim.
“Saya akan lakukan yang terbaik” Setelah lama berfikir Sisi mengirim pesan itu
Denny tertawa, merasa lucu dengan tingkah polos Sisi
“I LOVE YOU, Sayang” tulisnya dengan tulus. Meskipun tidak mendapatan balasan apapun Denny yakin Sisi menjawabnya dalam hati sekeras yang dia bisa. Dia mebayangkan Sisi tersipu malu dan wajahnya memerah karena salah tingkah.
Tepat 09.00 WIB
Denny memasuki ruangan meeting, disana rekan divisi lain sudah menduduki kursinya masing-masing. Dia menaruh berkas dimeja kemudian mengedarkan pandangan ke ujung meja mendapati Sisi tengah duduk disana dengan laptop dan siap mempresentasikan data untuk mewakili divisinya. Wajahnya ayu, rambutnya diikat tinggi diatas kepalanya, separuhnya tergerah dibahunya yang terlihat tangguh. Sisi bahkan memakai lipstik tipis berwarna peach dibibirnya.
‘Dia paling Cantik’ Denny tersenyum dan membuka berkasnya berusaha mengalihkan pandangannya dari wajah gadisnya yang terlihat lebih cantik hari ini.
Sesaat setelah meeting di mulai dia mengedarkan pandangan kedivisi marketing mencari Leader marketing, Reza tapi ternayata tidak mengikuti meeting hari ini. Kemungkinan dia ada tugas diluar hari ini. .
Selesai Sisi berpresentasi semua orang bertepuk tangan dan mengangguk dengan hasil kerjanya, bahkan direktur utama juga mengakui kemampuan Sisi berbicara didepan sangat dominan dan menyedot perhatian.
Denny tersenyum dan memberinya minum begitu kembali ke mejanya “Lupa ya?”
Denny menyodorkan keranjang tiga gelas kopi di mejanya untuk dibagikan dengan Luna dan Riana.
Sisi menepuk jidatnya dan tersadar harusnya ini giliran dia untuk menyiapkan kopi pagi selama seminggu ini “Sisi lupa ka” dia menggembungkan pipinya seperti balon.
Denny mengusap kepalanya “Ok. Gak papa, presentasi kamu berhasil dengan baik”
Sisi celingukan kesekeliling khawatir Riana dan Luna melihat mereka berdua terlihat dekat.
“Ka, jangan kasih tau siapa-siapa, ok” Sisi menaruh jari telunjuk di bibirnya sebagai tanda rahasia. Sisi tidak ingin terburu-buru mempublikasikan hubungan mereka.
Denny terdiam sejenak, tapi dia tak mau terlalu memikirkannya toh nantinya semua orang juga akan mengetahuinya dan akhirnya mengangguk. Merka sepakat untuk utuk merahasiakan hubungan mereka dikantor.
“Ya udah, saya keruang sebelah” Denny berpamitan dan meninggalkan Sisi.
Tak lama setelahnya, Riana menghampiri meja Sisi dan mengambil kopinya “Whwere is my cup of coffe. So sleepy today”.
Sisi menoleh memberikan senyuman, ada sedikit ketakutan apakah Riana melihatnya dengan Denny atau tidak tadi. Seharusnya tidak, itulah harapannya.
“Berkas yang tadi lo presentasikan tinggal lo buat draft di sheet berikutnya, Si” Riana menunjuk monitor yang sedang di kerjakan Sisi. “Yap disini, terus cetak biru tebal ini lo ilangin semua” Riana mengarahkan kursor ke bagian yang dia tunjuk.
Sisi mengangguk “Ini perhitungan yang sama untuk tahun depan berarti, Ri?”
“Betul, tapi yang bagian ini lo harus hitung sesuai term of payment disurat perjanjiannya” Riana menjelaskan bagian yang Sisi belum kerjakan.
“Kalo lo kurang paham lo bisa nanya Luna dan ka Denny juga” Riana memberikan referensi kepada Sisi.
“Belajar dari mereka lo dapet metode yang berbeda dari gue, otomatis lo punya beberapa metode buat nyelesaikan kerjaan ini nantinya”
Riana terlihat sangat kompeten dalam bidangnya membuat Sisi ingin belajar lebih lagi darinya. Dia pasti bisa sehebat Riana dan Luna nantinya.
“Ok. Sip Riana” Sisi berterima kasih.
Sisi megangguk mengerti, pekerjaannya mulai terasa menyenangkan setelah dia mampu mempelajarinya hari demi hari.
“Gue siang ada outdoor sama team marketing, lo mau temenin gue ga?” Riana mengajak Sisi
“Kekny gak keburu deh Ri, kerjaan gue masih banyak” Sisi menunjuk berkas dimejanya.
“Padahal gue mau kenalin lo dengan leader marketing, wah dia keren” Riana memuji
“Ya terus?” Sisi tidak paham arah pembicaraannya.
Riana menoleh kanan kiri memastikan keadaan aman “Lo mau gue comblangin sama Ka Reza” Riana berbisik di telinga Sisi.
Sisi langsung menolak “Gak. Gue udah punya pacar”
“Bukannya lo kemarin-kemarin ga ada ya?” Riana mencoba menelisik pribadi Sisi “Sejak kapan lo punya pacar?” Riana curiga Sisi membohonginya.
Sisi tersenyum aneh “Gue ga ada kewajiban buat ngomong ke lo soal kehidupan pribadi gue”
Riana memandang Sisi lebih lekat “Temen kuliah lo ya?”
Sisi tertawa geli “Bukan”
Riana memikirkan dan mengangguk angguk tak pasti “Nanti gue kenalin sama Ka Reza leader marketing buat bahas budgeting pemasaran biar enak, kalo perlu tanda tangan atau urus berkas lainnya” Riana berlalu pergi membawa kopinya.
Sisi menoleh kearah Luna yang tengah serius bekerja dan menghampirinya “Kopi lo Lun”
Luna menoleh “Thanks Si”
“Sibuk banget?” Sisi melirik monitor Luna
“Em” Luna menjawab dengan singkat
“Lo ga sibuk apa Si?” Luna menoleh pada Sisi karena merasa terganggu dengan kepala Sisi yang melongok tepat dihadapannya
Sisi nyengir tek berdosa”Sibuk, lo liat aja meja kerja gue”
“Ya udah balik ke meja kerja lo” Luna mengusir Sisi
Sisi melangkah ragu dan menoleh ke arah Luna seperti ada yang aneh. Apakah dia membuat kesalahan sehingga Luna terlihat kesal padanya.
Karena penasaran Sisi berbalik dan ingin bertanya kepada Luna namun langkahnya terhenti karena ada sosok cantik yang memanggil untuk menghampiri Luna, gadis itu terlihat mirip dengan Luna hanya saja dia terlihat lebih dewasa dan feminim di bandingkan Luna. Mereka mengobrol dan berjalan keluar ruangan..
Akhirnya Sisi memutuskan untuk kembali ke mejanya dan melanjutkan bekerja.
*****
Denny terlihat bersadar didinding kaca kantornya memutar mutar ponselnya ketika seorang kemudian masuk dan duduk di hadapan mejanya.
“Gila gue udah berapa hari diluar terus ngejar target” Reza menaruh kunci mobilnya di meja Denny dan melonggarkan dasinya. Melirik arlojinya sudah menunjukan pukul 19.30 WIB.
Denny kemudian duduk di hadapan Reza, kakinya menyilang “Target lo kurang bagus bulan ini”
Denny menyodorkan map biru dan menunjuk angka disana “Pembayaran yang seharusnya terbayar bulan ini, over due semua Za”
“Gila sih, gue dah kerja keras banget hasilnya segini?” Reza memegang kepala dengan kedua tangannya “Pusing gue, sialan banget” Ada kekecewaan di raut wajah reza.
Denny memutar-mutar pulpennya dan melingkari angka-angka yang ada disana. “Rencana budgeting udah gue tentuin, alokasinya lo lihat di halaman belakang yang gue tandain. Tingkatin performa lo”
Reza mengangguk mengerti”Gak tau gue bulan ini target baru 30 persen” keluhnya
“Semangat lah, gue pasti bantuin lo nanti” Denny menatap Reza
“Ga usah gue ada rencana buat gebyar event, Cuma rancangannya belum matang, kerjaan luar gue masih berantakan” Reza memutar otaknya “Aldo dan Lukas gimana dikantor?”
“Aman, masih kehandle ko” Denny memberikan map satu lagi “Yaa walaupun Hasil presentasi hari ini divisi lo kurang maksimal”
Reza mengetuk jari-jari di meja “Divisi lo ada yang bisa perbantuan buat divisi gue ga?”
Denny terdiam sejenak “Ada Riana sih lumayan paham marketing”
“Selain dia siapa?” Reza bernegosiasi
“Paling Sisi anak baru” Denny menyebutkan
Reza berfikir “Penampilannya gimana?”
Denny menaruh jari telunjuk di dagunya “Biasa, tapi lumayan ga buruk” Denny menjelaskan sambil tersenyum. ‘Cantik, anggun dan mengagumkan’ darahnya berdesir memikirkan gadisnya.
“Menurut lo diantara mereka siapa lebih kompeten?” Reza meminta pendapatanya
“Riana menarik dan berpengalaman” Denny berhenti sejenak “Anak baru cukup bagus”
Denny mengaguminya namun tak berani menjelaskan lebih lanjut tentang Sisi, dia tidak ingin memuji seseorang dihadapan temannnya hanya karena dia mencintainya. Terlebih Reza belum pernah bertemu dengan Sisi sebelumnya.
Menilai kemampuannya butuh waktu untuk mengerjakan tugas yang harus diberikan Reza kepadanya. Kompeten atau tidak semua orang bisa belajar hal-hal baru dari yang mudah hingga tersulit sekalipun.
“Oh ya gimana dengan Luna?” Reza menyebutkan
Denny memikirkan itu sesaat kemudian “Kurang. Riana lebih unggul” seperti ada yang ditutupi oleh Denny mengapa tidak mengajukan Luna sebagai optional.
Reza mengangguk “OK lah Riana boleh”
Denny mengernyit “Besok sore lo dateng aja kemeja dia” Denny berhenti sejenak dan melanjutkan “Pagi dia ada tugas di luar kantor soalnya”
“Ok. Thanks, Den” Reza mengambil berkasnya dan meninggalkan Denny diruangannya
Denny mengangguk “Besok sekalian ambil berkas di meja gue bro”
Reza melambaikan tangannya menunjukan ibu jarinya sebagai tanda IYA.
Denny mematikan komputer dan merapikan berkasnya berniat untuk pulang.
Ponselnya bergetar menunjukkan panggilan masuk dia tersenyum dan memikirkan Sisi yang menghubunginya. Ketika meraih ponselnya ternyata nomor yang tidak dia kenal menelpon melalui panggilan seluler bukan panggilan whatsapp. Raut wajahnya seketika berubah menjadi gelap Dia tidak menjawabnya mengabaikannya dan kemudian memasukkan ponselnya ke dalam saku.
“Denny!”
Terdengar suara perempuan memanggilnya ketika hendak memasuki mobilnya diparkiran perusahaanya. Dia tidak menoleh karena sudah tau siapa yang memanggilnya, kemudian dia bergegas masuk kedalam mobilnya.
Lengannya dicengkeram begitu keras ketika dia melangkah kedalam mobil, dia menoleh dan berhenti disana.
“Kita harus bicara, Den” Gadis itu membanting pintu mobil Denny setelah berhasil menarik Denny keluar.
Denny menggelengkan kepalanya “Gue cape dan ngantuk” denny melepaskan cengkraman gadis itu
“Kenapa lo?” Gadis itu menatap meyelidiki wajah Denny “Lo punya cewe lain?”
Denny menggeleng “Gak ada cewe lain, apalagi yang lo mau Sinta?”
“Maksud lo apa ya Den!?” Gadis yang bernama Sinta membentak
“Gak ada” Denny menjawab dengan datar “Besok gue kerumah lo”
“Untuk apa?” Sinta terlihat marah
“Lo selingkuhin guekan?!” Sinta menunjuk wajah Denny
“Terserah Lo mau ngomong apa. Gue capek” Denny mengelak dan memasuki mobilnya
Sinta tak tinggal diam dia masuk kedalam mobil Denny. Mereka duduk berdua didalam mobil namun udara panas menyelimuti mereka ada amarah dan kekecewaan disana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
piscess16_
semangat berkarya
2024-01-19
2
Fafa Dafi
gila nggk bisa move on sampai ke bawa-bawa cerita ini. kamu keren thor
2023-09-20
2
Sri Wahyuni
semoga menghibur kalian ya Sahabat Nona S
2023-08-29
3