“Siapa cewek lain dipernikahan Riyan?” Sinta menatap dengan amarah wajah Denny “Lo jelasin ke gua maksud lo apa begitu? Kenapa lo bawa cewek lain?!!” matanya merah seperti ingin menangis.
Denny menghela nafas panjang “Lo bisa keluar dari mobil gue ga?”
“Jelasin ke gue maksud lo apahahhh?!” Amarah Sinta semakin meledak mendapat respon Denny yang menghindar darinya.
Denny keluar dari mobil membanting pintunya dengan kesal. Dia berjalan menjauh meninggalkan Sinta yang tengah marah padanya.
“Reza Lo dimana? Jemput gue didepan parkiran” Denny menelpon Reza ketika berhasil keluar parkiran. Dia mematikan ponselnya dan berjalan menghindari Sinta sebisanya.
Sinta keluar dari mobil dan berlari mengejarnya dengan bercucuran air mata. Lagi-lagi dia berhasil memegangi lengan Reza “Gue butuh penjelasan lo! Jelasin ke gue!!”
Denny diam mematung tak menjawab apapun hanya menunggu Reza datang.
Sepuluh menit kemudian mobil hitam berhenti didepan Denny dan Sinta, Denny melepaskan kasar cengkraman tangan Sinta. Kemudian melemparkan kunci mobilnya kearah Sinta.
Denny dan reza berlalu menjauh dari hadapan Sinta.
*****
Reza tertawa melirik raut wajah Denny yang tengah kesal dengan kejadian tadi
“Main api lagi lo, Den?” Reza tak berhenti menertwainya
Denny memukul keras dashboard mobil Reza, senyumnya miris “Gue salah”
“Salah lo ga selesaiakan dulu dengan Sinta” Reza mengguruinya
Denny menoleh dengan tatapan tidak jelas, dari tatapannya ada kekhawatiran yang tidak bisa dia jelaskan pada siapapun.
Denny menutup pintu terhuyung-huyung karena mabuk bersama Reza malam ini, Denny menginap diapartment Reza yang berlokasi tak jauh dari kawasan perusahaan. Dia melepas dasi dan kancing paling atas kemejanya berbaring di samping Reza yang telah terjatuh ke ranjang dan langsung pulas. Racauan terdengar dari mulut Reza tat kala dia ingin memejamkan mata.
Denny membuka matanya perlahan, memperhatikan langit-langit kamar Reza, setengah sadar dia membuka ponselnya dan melihat 18 kali panggilan seluler dari Sinta. Denny mencoba mengingat kejadian yang bermula meninggalkannya di depan parkiran perusahaan setelah melemparkan kunci mobilnya pada Sinta.
Dia memblokir kontak Sinta dan melemparkan ponselnya, mencoba memjamkan mata karena dia tau ini sudah jam 2 dini hari, memikirkan esok dia harus bekerja.
“Pagii ka Denny” Sapa Riana yang mendapati Denny akan memasuki ruangannya
“Em” Denny membalas sesingkat mungkin. “Sore divisi Reza mau ketemu” katanya tanpa menoleh
“Yup. Ka Reza udah ngabarin. Saya keluar dulu ada outdor ka” Riana melirik Arlojinya dan bergegas pergi keluar kantor untuk tugasnya diluar.
Denny melongok ruangan kaca sebelah, melihat Luna dan Sisi yang tengah bekerja disana.
Denny memandang Sisi sebentar kemudian memasuki ruangannya. Denny mengeluarkan ponsel dari sakunya, membaca pesan yang masuk lalu bergegas keluar ruangan terburu-buru ada hal mendesak yang membuatnya segera bergegas pergi.
Langkahnya terhenti disebrang perusahaannya dengan emosi yang tak terlukiskan menatap pepohonan yang berdiri berjarak darinya, menghela nafas kasar.
“Jadi perempuan itu dikantor lo?”
Sinta melemparkan kunci mobil kearah Denny membuat Denny menghela nafas sekali lagi.
“Lo jelasin ke gue atau gue cari perempuan itu?!!!” Sinta menarik kerah kemeja Denny.
Denny melepasnya kasar dan menatap Sinta dengan lembut “Gue ga ada hubungan apa-apa sama dia”
Sinta menatap mata Denny, berharap menemukan kebenaran disana “Jelasin ke gue!”
Denny memegangi pundak Sinta dan mengusap wajahnya lembut”Lo percaya sama gue kan?Gue ga mungkin duain lo”
Wajah Sinta memerah dan air mata mulai berjatuhan disana “Jangan tinggalin gue, Den”
Denny memeluk Sinta dan mengusap air matanya perlahan”Ga akan”
Dia melepaskan pelukannya, memegangi wajah Sinta”Gue selalu sayang lo, kemarin adalah kesalahan gue pergi dengan perempuan lain. Gue ga akan ulangin dan gue akan pastiin selesaikan semua” Denny memeluknya kembali.
“Tahun depan kita udah mau nikah, gue gak mau kalo lo masih main-main diluar” Sinta memeluk erat Denny.
Denny mengangguk, memeluk Sinta erat seolah tak akan melepasnya”Gue salah, maafin gue Sinta”.
*****
Sinta meraih ponsel Denny yang tergeletak dimeja setelah mereka tiba direstoran untuk makan siang, Membuka semua blokir dan memastikan nama ‘sayang’ di kontaknya. Sinta merasa lebih baik sekarang, yang dia takutkan tak pernah terjadi lagi mulai sekarang karena pernikahannya dengan Denny akan berlangsung tahun depan.
Dia tersenyum manis kepada Denny yang tak mencegahnya untuk membuka ponsel miliknya. Artinya Denny tidak menyembunyikan apapun diponselnya, kecurigaannya hanya rasa takut yang tidak berdasar. Denny adalah Leader team dia bisa saja pergi dengan perempuan manapun untuk bekerjasama dan menjalin relasi. Seharusnya hanya itu yang terjadi.
Ya dia mempercayainya meski bukan hanya sekali Denny melakukan ini padanya. Tapi dia berharap Denny mau berubah dan dialah satu-satunya perempuan yang dipilihnya kejenjang pernikahan. ‘Gue yakin Denny berubah’
Denny memasukan makananya ke dalam mulut dengan perlahan, menatap wajah Sinta yang terlihat lebih cantik hari ini. Ya. Sinta lebih cantik dari Sisi, Sinta memiliki mata bulat, bibir kecil yang imut, kulit putih bersih, rambutnya lurus. Usianya sama dengannya, pemikirannya lebih matang. Badannya juga lebih indah dari Sisi namun mengapa saat bersama Sisi dia tidak pernah memikirkan Sinta?
Dia menyadari kesempurnaan Sinta tapi mengapa dia bahkan tak mampu mensyukurinya.
“Denny, Den lo ngelamunin apa?” Sinta membuyarkan lamunannya
Denny tersenyum dan mengusap pipi Sinta”Gue mengagumi cewe gue yang sempurna”
Sinta tersenyum kecil lalu menyuapkan beberapa potongan daging kepada Denny”omongan lo manis tapi tindakan lo nyakitin gue selama ini”
Denny memikirkannya, ada perasaan bersalah “Maafin gue sayang” Denny meraih tangan Sinta, menggenggamnya lembut.
“Jangan selingkuhin gue lagi Den” Sinta tampak penuh harap
Denny mengangguk pasti”gak akan lagi”.
Sinta menggenggam tangan Denny, tersenyum “gue percaya 100 persen sama lo Den”
Denny mengangguk sekali lagi dan membuang jauh-jauh pikirannya dari Sisi.
“Ya udah abis ini lo balik kekantor lagi kan?” Sinta melepaskan genggaman tangannya dan mulai menyelesaiakan makannya.
“Iya sayang. Lo bawa mobil gue aja lagi, week end gue ambil ke rumah” Denny menyodorkan kembali kunci mobilnya kepada Sinta.
Waktu berlalu dan Denny telah kembali keperusahaan
“Tok tok tok”
Terdengar pintu ruangannya diketuk
“Masuk” Denny mempersilahkan Luna memasuki ruangannya
Luna duduk dihadapan Denny “Beberapa berkas ini perlu ditanda tangani” katanya sambil menaruh berkasnya di sudut meja Denny.
“Ok, Lun” Denny menerima dan memeriksanya perlahan.
“Saya ga tau hubungan kakak dengan Sisi, tapi yang jelas jangan sampai kak Sinta nangis lagi” Luna melipat kedua tangannya dan menyilangkan kakinya.
Denny berhenti memeriksa berkas, memandangi wajah Luna dengan seksama “Gue ga ada hubungan apa-apa dengan Sisi” Denny kembali memeriksa berkasnya menadatangani dengan cepat dan menyerahkan kembali agar Luna segera pergi.
“Terima kasih ka Denny” Luna menutup kembali pintu ruangan Denny.
Denny melempar keras pulpennya ke lantai hingga pecah berkeping-keping.
“Sialan dia ngancem gue” Denny memegangi kepalanya.
Denny keluar ruangan berlalu pergi meninggalkan kantornya.
Sisi yang menoleh dari dinding kaca memperhatikan langkah Denny yang cepat merasa khawatir dengan keadaan Denny, apakah ada hal mendesak atau ada masalah yang telah terjadi. Sepertinya wajahnya tidak ceria bahkan Sisi melihat kekesalan pada siluet Denny saat melewati dinding kaca ruangannya.
Sisi menghela nafas perlahan membuka ponselnya, mengalihkan pandangannya dari laki-laki yang baru dua hari menjadi pacarnya itu.
“Apakah ada masalah ka?” Sisi mengirim pesan dan menunggu balasan Denny.
Sore hari telah berlalu, Beberapa kali dia memeriksa ponselnya tapi tak ada balasan dari Denny, dia tidak ingin berfikir buruk mungkin Denny sedang menyetir atau ada urusan yang tidak memungkinkan untuk membalas pesannya.
Malam harinya Sisi menyajikan makan malam diruang makan untuk Refan adiknya.
“Lo kelihatan ga Happy, Ci” Refan mengambil makanan dan menaruhnya dipiring
Sisi menggeleng “Gak ko” jawabnya singkat
Refan memperhatikan Sisi dengan seksama “ada masalah dikantor?”
Sisi menggeleng lagi”Gak ada. Udah buruan makan keburu dingin ga enak”
“Cerita aja, kita udah melewati masa sulit ini sama-sama” Refan membujuk Sisi
Sisi mengambil nafas dan membuangnya kasar “Gue pacaran sama atasan gue, namanya ka Denny”
Refan terbatuk kaget, Sisi segera mengambilkan air minum memberikannya kepada Refan.
“Secepat ini?” Refan membulatkan matanya “Seminggu lo langsung mau pacaran dengan laki-laki yang bahkan lo gak tau latar belakangnya?” Refan tak percaya
Sisi memgangguk “Dia ga bales chat gue, dia kelihatan ada masalah tapi gamau cerita”
Refan menggeleng-gelengkan kepalanya “Lo harusnya fokus kerja dan kuliah”
Refan minum dan menyelesaikan makan malamnya begitu saja.
Sisi kebingungan ada yang salah dari ucapannya hingga mebuat Refan marah. Sisi memikirkannya Sisi segera menyelesaikan makanannya dan menemui Refan di ruang tamu.
“Maafin gue Fan, gue juga gamau pacaran secepat ini” Sisi mengaku salah
“Kalo lo gamau, kenapa ga lo tolak?” Refan melotot kepada kakaknya
Sisi kaget, menatap wajah adiknya yang terlihat gusar”maafin gue fan”
Refan meraih remot dan mematikan televisi” Menurut lo gue kerja bantingtulang buat biayai kuliah lo?” Refan tertawa sinis “Menurut lo gue menghasilkan uang gampang hah?!”
Refan kecewa kepada kakaknya yang tidak melakukan kewajibannya untuk belajar malah justru berpacaran dengan laki-laki yang tidak dikenal. “Lo mentingin pacaran, sementara lo baru kerja berapa lama hah?!”
Refan tidak habis pikir bisa-bisanya kakaknya justru bersenang-senang diatas penderitaannya. Dia langsung bekerja begitu lulus SMA demi membiayai kuliah kakaknya demi masa depan kakak yang dia cintai tapi justru kakaknya mudah tertarik dengan laki-laki yang bahkan tak memberikan apapun untuknya. Setidaknya jika kakaknya ingin bersenang-senang hasilkan dulu uang untuk hidupnya sendiri. Dia bahkan mengesampingkan keinginannya untuk mendekati wanita lain karena ingin fokus mencari uang guna biaya kuliah kakaknya.
Dia menutup mata terhadap adiknya yang mati-matian bekerja menghidupiny. KETERLALUAN.
“Gue nyesel Fan” Mata Sisi berkaca-kaca
Refan tak mampu melihat kakaknya menangis tapi dia harus tegas, semua ini demi masa depan kakaknya “Gak usah seneng-seneng diatas kesusahan gue”
Sisi memahami makna bahwa dia tidak pernah memikirkan kesusahan adiknya yang bekerja untuknya, dia bahkan tak peduli uang yang dihasilkan adiknya untuk membiayai kuliahnya hampir 3 tahun ini. Refan sudah mengupayakan yang dia bisa untuknya dia tidak bersyukur samasekali alih-alih bekerja dan menghasilkan uang justru mencari kesenangan lain. DIA BODOH.
“Gua akan putusin kak Denny besok” Sisi meyakinkan Refan “Gue akan berfokus untuk kuliah dan bekerja. Gue ga mau nyusahin lo lagi” Sisi beranjak meninggalkan Refan.
Dia menangis dikamarnya, Refan mendengar tangisnya dari luar pintu kamarnya itu membuat Refan merasa bersalah dan sedikit kacau. Dia tidak bermasksud menyakiti hati kakaknya namun ini juga tidak mudah baginya. Baginya masa depan kakaknya lebih penting dari semua hal, dengan kuliah dan title yang tinggi bisa mempermudah kehidupannya mendatang. Itulah harapan Refan.
*****
Esoknya ketika jam pulang kerja telah tiba dan kantor sudah sepi karena sudah jam 19.00 malam Sisi meberanikan diri untuk mengetuk ruangan Denny. Dia tidak membutuhkan penjelasan Denny mengapa tak membalas pesannya sama sekali tapi dia ingin mengakhiri hubungannya dengan Denny.
Sisi kebingungan memasuki ruangan Denny karena ada orang lain disana. Apa dia memasuki ruangan yang salah atau kegundahannya membuatnya linglung hingga tak sadar memasuki ruangan Denny tanpa mengetuk pintu.
Denny dan sosok itu menoleh membuat Sisi frustasi dan ingin berbalik badan namun dicegah Denny.
“Sisi” panggilnya lembut, Denny menghampirinya Sisi terhenti dan tersenyum kaku karena malu.
“Maaf kak, Sisi ga ketuk pintu dulu tadi”Sisi merasa gugup setengah mati karena kecerobohnnya
“Siapa Den?” sosok itu menanyakan perihal Sisi kepada Denny
Denny merangkul pundak Sisi dan mengajaknya duduk”Ini loh Za, anggota baru divisi gue”
Reza memerhatikan wajah Sisi seperti tak asing namun dia tidak tau dimana dia pernah melihat Sisi sebelumnya.
Reza menjabat tangan Sisi “Gue Reza, leader marketing”
“Saya Sisi, ka” Sisi menerima jabat tangan Reza ragu-ragu
Setah berkenalan dan berbincang beberapa saat mengenai divisinya dan apa saja yang berkaitan dengan divisi umum, Reza mengambil sikap tau diri untuk pergi. Mungkin ada masalah penting atau urusan kerja yang ingin mereka bicarakan jika melihat dari gelagat Sisi, namun dia penasaran.
Sisi mengangguk setelah mengingat bahwa Riana ingin mengenalkannya kepada Reza sebelumnya, menceritakan ketidakberadaan Reza yang sering tugas diluar kantor sehingga tidak mudah bertemu dengannya dan pada akhirnya dia bertemu dengan Reza diruangan Denny. Bersyukur saat itu dia menolaknya karena dia memiliki Denny, tak pernah sedikitpun ada keinginan untuk menyakiti Denny. Sisi mencintainya dengan tulus.
“Ada apa kamu kesini Si?” Denny duduk diujung meja kerjanya tepat didepan Sisi”Sorry aku sibuk banget jadi ga sempet ngabarin kamu”
Sisi melihat Denny tepat dimatanya “Ka Denny Sisi mau minta maaf”
Denny memegang pundak Sisi “Kenapa sayang?” kekhawatiran melanda Denny
Sisi dapat merasakan kekhawatiran Denny terhadapnya “Kita putus aja” Sisi memberanikan diri mengatakan niatnya.
“Kenapa Si?” Denny mengguncangkan bahunya pelan”Apakah gara-gara aku ga ngabarin kamu?”
Sisi menggeleng, wajahnya menunduk ingin menangis tapi dia menahannya “Saya ngerasa bahwa sepertinya akan mempengaruhi profesionalitas kerja kita”
Denny berdiri dan menarik Sisi kepelukannya”Aku gak mau”
Sisi kaget karena kepalanya tepat menempel didada Denny, mendengarkan detak jantungnya yang tedengar keras ditelinga.
“Aku gak mau putus Si” Denny memegangi wajah Sisi dengan kedua tangannya, menatapnya penuh harap dan kecemasan yang luar biasa.
“Tapi kak…” Sisi tak bisa menyelesaiakan ucapannya.
Bibir Denny menempel dibibirnya dan mulai menciuminya dengan lembut, hangat, ada rasa manis dibibir Sisi. Sisi terhanyut dalam ciuman itu, jantungnya berdegup sangat cepat, nafasnya tersengal karena ini pertama kali dia mendapatkannya. Dia tidak menahan atau menolaknya, dia menikmatinya.
Melepaskan kegelisahan, melepaskan ketakutannya kehilangan Denny dan melupakan Refan dari kepalanya. Mungkin inilah yang disebut indahnya ciuman pertama.
Denny menyelesaiakan ciumannya dengan Sisi dan memeluknnya erat, seolah tak akan pernah melepaskannya meski dia tau ini akan memyakiti Sisi suatu nanti, tetapi dia tetap melakukannya.
Mereka tidak menyadari sesorang telah mengawasi.
Denny memesan taksi untuk pulang mengantar Sisi, sepanjang jalan Sisi tidak mampu mengatakan apapun, dia hanya menyandarkan kepala dibahu Denny sesekali melirik wajah Denny yang terlihat serius.
Ponsel Denny bergetar berulang kali namun dia memgabaikannya dan hanya menggenggam tangan Sisi. Sisi merasakan kehangatan, ketulusan Denny yang baru pernah dia dapatkan dari sosok laki-laki lain selain Refan.
“Krukukukk”
Perut Sisi berbunyi, dia tampak malu dan memeganginya agar Denny tidak mendengar apapun.
“Pak berhenti didepan” Denny meminta diturunkan oleh sopir taksi itu
Sisi bangun dari sandarannya dan menoleh kanan kiri, menatap jalanan sepertinya ini masih jauh dari rumahnya.
“Terima kasih pak”
Denny membayar taksinya dan berjalan menggandeng tangan Sisi erat.
Sisi berhenti dan penasaran”Kita mau kemana kak?”
“Makan dulu, kamu sepertinya belum makan dari siang karena mikirin aku” Denny tesenyum puas karena berhasil membuat Sisi malu.
Sisi langsung menyadarinya”Ka Denny denger suara perutku ya?” wajahnya memerah
Denny hanya tertawa kecil dan terus menggandeng tangan Sisi yang tertinggal dibelakangnya.
Itu membuat Sisi bahagia sekali lagi dan merasa dicintai oleh Denny yang awalnya akan dia putuskan hari ini namun keadaan berubah dengan cepat diluar rencananya.
Mereka sampai di kafe terdekat dan memesan makanan yang diinginkan agar tidak kelaparan lagi.
Seperti anak kucing yang tidak makan tiga hari, Sisi makan dengan lahap tanpa malu-malu dihadapan Denny, itu membuat Denny senang.
Mereka juga tertawa dan bercanda bersama seperti pasangan yang baru saja dimabuk cinta tak memikirkan apapun, tidak memepedulikan sekitar mereka juga.
“Pelan-pelan makannya sayang” Denny mengambil sebutir nasi diujung bibir Sisi yang sedikit bengkak karena ciumannya dikantor. Rasanya Denny ingin menciumnya sekali lagi.
Sisi tersipu malu diperlakukan seperti itu, sekali lagi ini pertama kalinya dia ingin terbang melayang dan tak pulang.
Hubungan baru, memang hangat dan menyenangkan seolah dunia ini milik mereka, orang lain hanya numpang.
“Sisi paling suka makan daging ka” Sisi meberitahu Denny
“Oh, ya nanti kita beli daging yang banyak ya” Denny memperlakukan Sisi selembut yang dia bisa. Ya Dia mencintainya dengan tulus, dia menyadarinya.
Sisi mengangguk bahagia”I Love You ka Denny”
Denny mengusap bibir Sisi lembut”I Love YOU first sayang”
“I love you more” Sisi tak mau kalah
“I Love you more, first sayang” Denny gemas dengan pipi Sisi yang merona meminta dicubit “Aku paling sayang sama kamu, cinta aku lebih besar dari cinta kamu”
Sisi tersenyum bahagia tanpa memikirkan apapun, ada kelegaan yang terlampir dari senyumannya yang dia yakin Denny bisa membuatnya bahagia setiap hari, seperti ini. Ya dia mempercayainya tak ada keraguan sedikitpun dihatinya lagi.
Dia bisa menjelaskan kepada Refan bahwa dia bisa menyeimbangkan kuliah, kerja serta pribadinya dengan benar, dia ingin menghasilkan uang untuk membiayai kuliahnya sendiri nantinya dia juga bisa mandiri. Dia tidak ingin menyusahkan Refan selamanya. Ya Dia BISA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Saputri Sapila
ceritanya bagus 🤭 tp cerita sisi sm ma w bodoh mudah dirayu
2024-01-28
1
Aries Girl
good
2024-01-08
4