Sisi tidak dapat menahan lagi, air matanya bercucuran dengan derasnya dan dia berjalan sangat cepat entah kesudut kampus mana dia ingin menyembunyikan tangis dan kesedihannya, ada rasa kecewa, takut, bingung, gemetar dan frustasi yang tidak bisa dia ungkapkan dengan kata kata. Perasaannya saat ini sangat kacau, dia berhenti dan duduk disudut ruang tunggu mahasiswa untuk menangis sejadi jadinya berharap melegakan perasaanya yang berantakan.
Entah sudah berapa lama dia menangis disudut itu dia sudah tidak perduli lagi dengan keadaan sekitarnya. Yang dia tau hidupnya tidak lagi semulus kemarin. Dia menangis sesenggukkan.
“Minum nih”
Seseorang menyodorkan air mineral didepan wajahnya. “Lo pasti cape nangis terus dari tadi”
Sisi menoleh dan mendapati Rendi berdiri didepannya membawa air mineral dan tisu di tangannya. Tanpa pikir panjang Sisi langsung meneguk banyak air dan mengusap air matanya kasar.
Butuh beberapa saat hingga air matanya berhenti dan perlahan perasaannya membaik.
“Sudah nangisnya?” Rendi menggodanya santai.
Sisi mengangguk malu “Pffftttt…Pffttt!!” dia mengeluarkan kotoran hidungnya juga tanpa ragu, tanpa malu dan mengelapnya dengan banyak tisu disana.
Rendi mencibir dan tertawa geli. ”Itulah alasan gue bawain lo tisu” Rendi memunguti tisu yang berceran disana dan membuangnya ke tempat sampah. Bersyukur Tak ada rasa jijik yang ditampilkan Rendi.
Sisi menoleh padanya dengan tatapan lemah, mata sembab setalah menangis cukup lama, pipinya memerah dan bibirnya merona setelah menangis dan mengeluarkan ingusnya.
“Mata kuliah PO gue harus ngulang di semester depan Ren” tatapannya nanar
Rendi tertawa kecil dan menoyor kepala Sisi santai “Dunia ga runtuhkan?” Rendi menyeka air mata Sisi yang berada di pipinya “Ingus lo ini kemana-mana rata satu muka” dengan santainya Rendi mengelap seluruh wajah Sisi asal asalan.
Sisi memberontak “gak berperasaan lo, gue lagi sedih tau” Sisi manyun dan wajahnya sendu, seneng duit, GAK YA!! Beneran sedih ini.
Rendi melepas hoodinya “Kelas berikutnya mata kuliah apaan, Sisi? “
Sisi menoleh sinis “Lo samasekali gak respon gue ya Ren?” Sisi sangat kesal karena Rendi tidak menanggapi serius kesedihannya dan malah mengalihkan pembicaraan, perasaan Sisi saat ini benar benar kesal tapi Rendi malah seperti tidak peduli samasekali dan menganggap tidak terjadi apa-apa. Dasar laki-laki!!!
“Ya udah, gue mungkin ga bisa banyak membantu, tapi gue bisa ngedengerin lo, coba cerita kenapa lo bisa seperti ini?” Rendi membalikkan badan menatap serius pada Sisi.
Sisi menarik nafas dan membuangnya kasar “Gue udah kerja sekarang Ren, nah seminggu ini karena gue anak baru kerjaan gue banyak banget, bahkan semalam gue lembur jadi gue lupa kalo gue kuliah. Alhasil gue ga ngerjain tugas” wajahnya pasrah, ada sedikit penyesalan dalam suara seraknya.
Rendi mengikuti Sisi menarik nafas namun membuangnya perlahan “Bagus. Lo mentingin pekerjaan karena lo sadar kuliah pake duit bukan pake air mata”
Sisi tidak paham ini pujian atau kritikan tapi dari kalimatnya ada makna Rendi mengatakan bahwa Sisi tidak bersalah. Sisi masih diam berusaha mencerna ucapan Rendi dengan teliti.
“Lo butuh ektra duit, pikiran dan tenaga untuk menghadapi semester ini dan kedepannya mungkin semakin sulit, persiapkan semuanya.” Rendi membubuhkan senyuman indah di akhir ucapannya yang ternyata mampu menyembuhkan kesedihan Sisi.
Sisi tersenyum dan bersyukur dunia ini belum runtuh, menatap langit langit yang tinngi dan berharap melihat birunya langit.
“Setidaknya setiap sabtu lo ga perlu ke kampus pagi lagi, lo bisa dateng di jam kuliah berikutnya, siangan dan bisa olahraga di pagi hari juga makan dengan santai, right?” Rendi mengacak rambut Sisi yang tergerai sebahu,
Sisi tertawa kecil dan mengakui kebenaran ucapan Rendi, hidup sesimple ini tapi dia berfikir rumit, bahkan menangis begitu hebatnya seolah tidak memiliki harapan hidup. Hatinya mencair perasaannya membaik dan fikirannya terbuka.
“Rendi, thanks ya omongan lo bener ga ada yang perlu gue tangisi” Sisi setuju dengan pemikiran Rendy yang santai namun mengena di hati Sisi.
“Betewe matkul apa selanjutnya?” Rendi mengulangi pertanyaan sebelumnya
“Teori semua hari ini. Ekonomi Ren nanti 10.30 jam kedua, dan Akuntansi Biaya jam terakhir 13.30 – jam 16.00” Sisi mulai berfikir rasional dan mendapat nyawa tambahan untuk kelas berikutnya.
“Nahkan, masih ada dua mata kuliah yang harus lo selesaikn hari ini. Dan besok juga masih ada artinya lo boleh nangis tapi inget ada hal penting lainnya di depan yang nungguin lo” lagi lagi Rendi tersenyum untuk menyadarkan Sisi tentang kehidupan.
Hidup ini berat yang ringan adalah berbicara. Berbicara juga berat, tak semua orang mampu berbicara bijak dan menenangkan. Tak ada yang mudah dari kehidupan ini, jangan mengeluh.
“Okee Rendi, terima kasih” Sisi menangkupkan kedua telapak tangannya tulus. Perasaannya sudah membaik.
“Ya udah gue tinggal ya, gue mau bimbingan terakhir, doain gue semoga di stujui dan sidang minggu depan” Rendi beranjak dari duduknya dan menenteng hoodienya di lengan tasnya,
“Sukses Ren semoga diacc dan siap sidang ok” Sisi tersenyum tulus
“Kekantin sana makan yang bener biar kelas berikutnya semangat, minimal ga nangis lagi kalo dikeluarin dari kelas” Rendi meledek sambil berbalik pergi
Sisi yang spontan melempar tisu boxnya kearah Rendi “Sialan lo”
Rendi tersenyum dan melambaikan tangan karena benda yang di lempar Sisi tidak mengenainya samasekali “Ingus lo itu pikirin” Rendi berjalan mudur perlahan dan berlalu pergi.
Sisi memerika ponselnya untuk melihat grup kelasnya apakah ada tugas atau tidak untuk mata kuliah berikutnya “Hmm, aman ga ada tugas Cuma kuis” artinya Sisi perlu membaca halaman terakhir yang sudah dibahas untuk mempersiapkan tameng apabila ada kuis.
Dia memungut bungkusan tisu yang tadi dilempar namun tidak mengenai target. Menyimpannya dalam tasnya dan tersenyum riang semudah itu keadaan berubah ketika bertemu dengan teman yang memberikan energi positif.
Tak lama setelah waktu berlalu Reni, Indah dan Mutia menghampirinya di kantin kampus untuk mengisi amunisi sebelum kelas berikutnya sambil heboh membahas bagaimana Sisi menjadi korban pak Doni selanjutnya, karena rumornya biasanya mahasiswa laki-laki yang sering tidak mengerjakan tugas meringkas dan mendapatkan nilai auto D harus remedial itu adalah hal terhitung masih baik ada kemungkinan nilai berubah dengan remedial, namun kondisi parahnya adalah mengulang disemester berikutnya seperti yang dialami Sisi saat ini.
Mengulang disemester berikutnnya merupakan tamparan keras. That’s why? Pertama adalah rasa malu itu pasti, kedua adalah biaya untuk semester depan bertambah dan ketiga adalah pikiran dan waktu yang tersita lebih banyak. Beberapa hal yang seharusnya sudah selesai di semester ini harus terulang disemester berikutnya.
Itulah tamparan yang tidak bisa terelakkan yang harus dihadapi setiap mahasiswa yang mengalami tragedi naas seperti ini.
*****
16.15 WIB
Sisi berjalan bersama Reni dari keluar kelas, Mutia dan Indah sudah pulang karena begitu keluar kelas mereka langsung dijemput oleh pacar mereka masing-masing. Sisi biasa naik ojol untuk pulang pergi kuliah atau bekerja. Sementara Reni walaupun tidak memiliki pacar dia santai menunggu supir yang siap sedia mengantar dan menjemputnya kemanapun dan kapanpun dia mengatakan tujuannya.
“Si, senin gue ada panggilan kerja” Reni membuka obrolan mereka sebelum akhirnya sampai di gerbang keluar kampus.
“Sukses Reni, gue yakin lo ga ditolak berulang kali kek gue haha” Sisi meledek dengan nasibnya waktu dia ditolak perusahaan sebelumnya.
“Kantor notaris kenalan bokap gue Si, udah dari lama bokap gue nyuruh masuk kekantor itu biar belajar dasar dulu” Reni menjelaskan kondisinya “Nantinya gue suruh masuk kekantor bokap gue”
“Emang ya anak orang kaya, kerja buat belajar dan nyari pengalaman, gue kerja buat nyari nafkah” Sisi memasang muka paling menyedihkan.
“Hahaha, gue malah pengin kek lo bisa kerja sambil kuliah ada perjuangannya gitu” Reni mencoba merendahkan diri.
“Cantik, kaya tapi otak lo agak bermasalah deh Reni” Sisi geleng-geleng kepala
“Loh bener dong, ada perjuangan, pengalaman dan ceritanya” Reni membela diri
Sisi hanya mencicbir ‘gila atau kurang satu ons otak bocah ini? Lah kok ada orang kaya rada bloon kek Reni ini ya? Sepertinya temen gue doang yang punya fungsi berbeda? Atau otaknya malfungsi?’
Sisi masih ga habis pikir kenapa ada orang kaya yang pengin berjuang, haloo maksud lo buat apa ya? Lo terlahir dengan privilege trus lo mikir berjuang seperti orang biasa lo pikir merupakan kebanggaan tersendiri?Lo mikir biar ada cerita?. Maksud lo cerita seperti apahah? Cerita yang lo dapetin sekarang adalah cerita yang diimpikan banyak orang biasa kek gue. Cerita apakah yang lo harapkan? Dan pengalaman? Pengalaman miskin yang lo maksud? Itu adalah penderitaan.
PIIIIM.PIIM!!
Suara klakson mobil membuyarkan pikiran Sisi yang tengah heran dengan pemikiran teman kuliahnya yang kaya dan berbeda. Laki-laki dalam mobil itu menurunkan kaca mobil depan dan menampakan wajahnya. “Sisi Maharani” panggilnya sambil menampakan wajahnya keluar mobil.
Reni kaget bukan main ada laki-laki yang memanggil Nama panjang Sisi, bukan hanya itu laki-laki itu terlihat tampan, berwibawa, berkharisma dan seperti bukan kalangan biasa melainkan orang kaya seperti dirinya. “Siapa Si, lo kenal?” tanyanya karena penasaran
“Atasan gue dikantor” Sisi tersenyum sambil berjalan kearah mobil yang berhenti didepan gerbang kampusnya.
“Ka Denny?” Sisi langsung menyapa karena bingung darimana atasannya itu tau kampusnya.
‘Ooh mungkin ga sengaja lewat karena ada keperluan sekitar sini’ pikir Sisi spontan.
“Masuk. Saya anterin kamu pulang” Denny menutup kaca mobilnya.
Sisi menoleh kearah Reni yang masih melongo menatap pemandangan yang cukup asing didepannya “Gue duluan ya Ren” Sisi melambaikan tangan dan masuk ke mobil Denny.
Didalam mobil Sisi langsung bertanya “Kakak ada keperluan disekitar sini ya?”
Tanpa disangka Denny memasangkan belt pengaman di bangku Sisi, Sisi terhenyak dan menahan nafas seketika karena wajahnya nyaris beradu dengan kepala Denny. Ada kecanggungan dan rasa malu yang hebat. ‘Perasaan apa ini Tuhan?’ jantungnya pun berdetak tidak lazim.
Pertanyaan Sisi pun tidak mendapatkan jawaban apapun karena suasananya menjadi sedikit lebih kaku. Denny menoleh ke Sisi dan mulai menyetir “Mana berkas yang harus saya tanda tangani?”
Sisi membuka tasnya dan mencari didalamnya, namun tidak menemukan berkas yang di maksud. Sisi gelagapan dan mulai ingat bahwa harusnya dia membawa berkas itu ditas, namun ternyata berkasnya tidak ada disana. Sisi menggigit bibir bawahnya dan segera berfikir keras dimana dia meletakan berkas yang harusnya dia bawa ‘ketinggalan di meja dapur sepertinya’ pikirannya memberikan petunjuk perkiraan yang cukup siginifikan.
“Maaf ya ka, berkasnya ketinggalan di rumah” Sisi merasa bersalah
“Ok tanda tangan dirumah kamu aja” Denny dengan santai menjawab sambil mempercepat laju dan memerhatikan spion mobilnya. Mobil melaju dengan cepat, dalam waktu yang cukup lama suasana hening dan tidak ada suara apapun selain deru kendaraan. Hanya beberapa obrolan mengenai alamat rumah Sisi dan setelahnya hening melanda.
“Maaf ka, ko ka Denny bisa tau ada berkas yang harus ditanda tangani?” Sisi penasaran karena seharusnya dia tidak mengetahui hal itu, dan kemungkinan Luna dan Rianapun juga tidak memberitahukannya di grup Whatsapp.
“Semalam kamu sendiri yang ngomong” Denny dengan santai menjawab
Sisi berfikir keras sekali lagi “OH.Apa semalam saya sudah sampaikan digrup ya?” Sisi mengambil ponselnya namun dia yakin tidak mengirim pesan apapun diobrolan grup. Dia memeriksa obrolan grup sekali lagi secara perlahan. Dia tidak menemukan komentar apapun di grup.
Denny tersenyum aneh “Arahnya benerkan ya ini?”
“Eem. Iya bener Ka, Sedikit lagi belok kanan dan rumah saya disebelah kiri jalan pagar hitam” Sisi menjawab dengan gugup dan lupa bahwa mereka sudah hampir sampai.
Sesampainya didepan rumah Sisi membuka pagar dan mempersilahkan mobil Denny untuk parkir didepan rumahnya. Kemudian Sisi membuka pintu dan segera menuju meja makan dan mengambil berkas yang dia cari “Waaah disini rupanya kau” Sisi menemukannya dan bergegas membawa berkas itu agar atasannya tidak terlalu lama menunggu. Tidak sopan jika membiarkan leader team menunggunya untuk sesuatu tertentu karena kesalahannya.
“Ini berkasnya ka” Sisi menyodorkan berkas dan pulpen di tangan kirinya.
“Saya ga boleh masuk rumah kamu ya? Kok saya ga diajak masuk?” Denny mengedarkan pandangan kearah pintu rumah Sisi.
Sisi buru-buru mempersilahkan “Eeh iya ka, silahkan masuk” Sisi membuka pintu rumahnya dan mempersilahkan duduk dengan malu-malu tapi tetap sopan dan menyambut.
“Silahkan duduk ka” Sisi bergegas akan kedapur untuk mengambilkan air minum”Ka Denny mau minum?”
“Air mineral aja” Denny duduk disofa perlahan sambil meraih berkas dan membacanya
Sisi kedapur dengan perasaan yang tidak tau harus bagaimana ini pertama kalinya ada tamu datang kerumahnya dan dia juga tidak pandai menjamu tamu, ‘mungkin air mineral dan sedikit camilan akan mencairkan suasana’ pikirnya cepat
“Silahkan ka Den” Sisi duduk disebelah Denny mepersilahkan minuman dan makanan untuk Denny.
Denny yang sedang membaca dan memeriksa berkas menoleh dan tersenyum hangat “Thanks” katanya singkat. Tatapan mata mereka sempat beradu dan membuat suasana menjadi sedikit canggung, udara dingin mulai merambat diantara mereka. Mungkin udara dirumah berubah karena kehadiran seseorang yang bukan penghuni. Mungkin juga suasana yang canggung membuat udara bergerak lebih cepat tidak seperti biasanya, ada sesuatu yang berbeda diruangan ini.
Sisi merasa canggung, gugup dan bingung untuk mengobrol dan membahas hal apapun, karena Denny terlihat serius membaca berkas Sisi membuka ponselnya dan melihat lihat instgram dan sosial media lainnya untuk mengurangi rasa gugup.
“Sampai rumah jam berapa semalam?” Denny membuka obrolan setelah selesai menandatangani berkasnya. Meski terasa canggung Denny berusaha memberikan perhatian kecil yang mungkin bisa merubah suasana.
Sisi berfikir cepat Jam sepuluh ka?” kemudian dia memikirkan dari mana leadernya tau dia pulang malam “Ka Denny semalam lembur juga?” tebaknya.
Rasanya sedikit aneh karena Denny banyak mengetahui tentangnya, namun Sisi tak ingin berfikir bebas dia mengalihkan pikirannya dengan cepat agar tidak membuat Denny merasa tidak nyaman.
“Hmm” jawab Denny singkat.
Dia tidak mungkin menjelaskan bahwa semalam dia menunggu Sisi diruang sebelah dan mengawasinya karena tidak tega meninggalkan Sisi seorang diri di malam hari dan mendengar gerutu Sisi mengenai esok hari berencana menemuinya untuk menandatangani berkas, sehingga Denny berinisiatif untuk menjemput Sisi dikampus hari ini.
Karena dia tidak tau jadwal pulang Sisi dari kampus, Denny sudah menunggunya dari jam 14.00 siang tadi, pada awalnya dia ingin mengirim pesan kepada Sisi karena cukup lama menunggu disekitaran kampus, namun rasanya dia ingin memberikan kejutan untuk Sisi. Dan pada saat dia sudah lelah berniat segera pergi dia justru mendapati Sisi tengah berada dipintu gerbang kelaur kampusnya.
Tujuannya tercapai Sisi terkejut dan terlihat bingung. Tak jelas apakah yang ingin Denny tunjukkan kepada Sisi dengan menjemputnya tiba-tiba, namun dari awal pertemuannya dikantor, Denny memiliki ketertarikan tersendiri terhadap Sisi dan mencari tau tentang Sisi kemudian. Mungkin hal ini bisa mengagetkan, mungkin juga membuat Sisi kabur jika Denny mengatakan pada Sisi bahwa dia menyukainya dalam waktu secepat ini.
Denny memutuskan untuk mendekati secara perlahan dan tidak mau gegabah dengan perasaan yang belum jelas ini. Apakah hanya ketertarikan semata atau rasa suka karena Sisi terlihat muda dan cantik. Tidak terlalu cantik namun ada aura yang terpancar dari sosoknya yang begitu sederhana. Tanpa sadar Denny memandangi Sisi yang tengah asyik bermain ponselnya.
Dirasa tidak ada lagi yang perlu dibahas dan berkasnya juga sudah ditanda tangani Denny memutuskan untuk pulang dan memberi kesempatan kepada Sisi untuk istirahat karena besok dia juga masih harus kuliah minggu. Sisi pasti lelah karena dalam waktu seminggu tidak istirahat dengan cukup.
“Thanks ya Si” Denny menghabiskan minuman dan mencicipi camilan yang disuguhkan Sisi.
“Iya Ka Denny. Saya juga terima kasih udah dianterin pulang” Sisi menebarkan senyum sumringah karena berkasnya sudah selesai dan sudah bisa dia buat konfirmasi meeting senin, kemudian dia bisa melaporkannya di grup Whatsapp.
“Hati-hati ka Den, kabari kalau sudah sampai rumah” Sisi melambaikan tangannya sambil menutup pagar rumahnya.
“Ok. Nanti saya ngabarin kamu ya Si” Denny melempar senyuman aneh dan balas melambaikan tangan.
Sisi berfikir apakah ada kata-katanya yang salah dan tak seharusnya dia katakan? ”tunggu-tunggu gue bilang nanti ngabarin?” Sisi menutup mulutnya dan berdiri membelakangi pagar rumahnya. “Maksud lo minta ka Denny ngabarin?” Sisi menepuk kepalanya yang terasa kosong hingga tidak mampu berfikir dengan jernih dan mengatakan hal yang nantinya mungkin membuatnya rugi. Bukan rugi tapi SANGAT MEMALUKAN.
Dia melongok keluar dan mendapati mobil sudah melaju jauh. “Elo ngomong apa sih Si?” gumamnya sambil memegang dadanya yang terasa ingin copot dari tempatnya.
Ternayata jantungnya berdetak lebih cepat dan nyaris secepat seperti saat dia diusir dari kelas tadi pagi. Desiran darahnya terasa hingga ke jantung dan hatinya memberikan sinyal ke otak dan membuatnya ingin memukul kepalanya sekali lagi.
“Gila gue mikir apa sih? Ga mungkin, ga mungkin ini Cuma perasaaan gue aja yang salah paham” Sisi menyangkal hati dan pikirannya yang mulai berkembang kearah yang seharusnya tidak dia pikirkan.
*****
“Habis ada tamu ya Ci?” Malam harinya Refan melihat gelas dan beberapa camilan dimeja ruang tamunya. Sisi belum memberesekan karena masih sibuk dengan perasaannya, pikirannya.
Sisi tersenyum malu-malu “Atasan gue kesini untuk tanda tangani berkas” Dia berusaha menutupi pipinya yang merona. Untung saja Refan terlalu lelah untuk mengobrol dan memutuskan langsung kekamarnya untuk mandi dan beristirahat.
Sisi berbalik memeluk memeriksa dadanya erat, jantungnya berdetak lagi mengingat dirinya bersama Denny, Sisi merasakan sesuatu yang mengganjal di hatinya.
Dia bergegas memeriksa ponselnya namun dia tidak melihat pesan dari Denny. Tanpa sadar dia telah menunggu pesan Denny untuknya.
Ada sedikit kekecewaan yang merambati hatinya, Denny tidak mengirim pesan apapun untuknya hingga pagi hari dia duduk dimeja makan. Sambil memakan roti dan meneguk susunya sebagai sarapan Sisi sedikit tidak ceria karena harapannya sendiri.
“Ayo Ci berangkat” Refan membuatanya kaget karena menekuk wajahnya.
“Hmm” Sisi bangkit dan menghabiskan rotinya agar tidak direbut Refan seperti sebelumnya.
“Eh tunggu tunggu” Refan menghentikan langkah Sisi “Maksud lo apa ya gue ga disisain roti lo?” Refan melotot pada kakaknya
Sisi hanya mencibir kemudian menjulurkan lidahnya”Cari makan sendiri”
‘Dasar kakak yang egois dan berpikiran sempit’. Gerutunya kesal.
Kemudian Refan mengacak acak rambut Sisi dan menertawainya.
Sisi kesal bukan main dan ingin membalasnya tapi tangan Sisi tidak menjangkau kepala Refan yang menjulang tinggi tak sebanding dengan Sisi yang tingginya hanya sebahu Refan.
Siang hari 12.30 setelah selesai sholat dhuhur Sisi, Mutia, Reni dan Indah berkumpul di Ruang tunggu mahasiswa. Meraka memiliki waktu setengah jam lagi untuk beristirahat makan siang sebelum mata kuliah jam ke tiga dimulai.
“Kemarin kenapa atasan lo nyamperin lo Si?” Reni menelisik ingin tahu
Indah dan Mutia menoleh ke arah Sisi “Eh apaan?” Indah juga ingin tahu
“Atasan Sisi kemaren jemput ke kampus” Reni memulai gosip
“Waah, keknya gue ketinggalan berita” Mutia tersenyum curiga mulai menyimak dengan seksama.
Wajah Sisi memerah tanpa sadar dan enggan untuk menjawab. Sejujurnya ada kekecewaan yang dia rasakan karena Denny samasekali tidak menghubunginya. Jelas dia berharap Denny mengabarinya semalam tapi hingga siang ini tak ada satupun pesan yang masuk. Ponselnya pun sepi karena ini hari minggu pasti semua orang memiliki acara sendiri. Tak ada seorangpun yang sudi mengiriminya pesan. Terutama Denny.
“Weh, malah ngelamun kita kepo ini” Reni membuyarkan lamunan Sisi yang tak sengaja
Sisi sedikit gugup dan wajahnya merona”Kemarin ada berkas yang harus dia tanda tangani jadi dia sekalian lewat sini”
“Wiiiih gila baru seminggu kerja lo udah ngegaet atasan lo Si” Mutia menggoda sambil menyenggol pundak Sisi.
Sisi lagi lagi memerah dan tidak sadar dengan reaksinya yang terlihat malu-malu “Iiih apaan?gak gitu “
“Itu muka lo kenapa merah?” Indah menunjuk pipinya “Udah kek orang jatuh cinta lo” Indah mempertegas maksudnya
Sisi terhenyak ‘Jatuh cinta?’ dia bahkan tidak paham apakah yang dirasakannya, ini terlalu cepat dan ga masuk akal. Ini baru satu minggu pertemuannya dengan Denny. TIDAK MUNGKIN.
Reni, Indah dan Mutia cekikikan karena ini pertama kalinya Sisi tersipu malu saat membicarakan laki-laki. Biasanya dia tidak mudah tersentuh atau tertarik dengan laki-laki tapi kali ini JELAS SEKALI dia menyukai atasannya itu.
“Ga lah, dia kan atasan gue mana berani gue suka” Sisi mencoba menyangkal hal konyol yang diucapkan teman-temannya.
“Lo jelas-jelasan suka Si sama atasan lo” Reni berasumsi liar “Lo bahkan langsung nyamperin dia dan tatapan lo ga lepas dari dia sama sekali pas kemaren dia jemput lo” Reni meyakinkan bahwa kemarin dia menjadi saksi.
“Ohya?”Mutia dan indah berbarengan menampilkan rasa kagetnya.
“Serius, Mut, Ndah gue aja kaget, Sisi langsung tau kalo itu atasannya dari matanya itu loh langsung ga berkedip dan tanpa ragu nyamperin atasannnya itu” Reni menggosip dengan semangat.
Hingga tak sadar waktu berjalan begitu cepat dan mereka harus masuk kelas karena mata kuliah ketiga segera dimulai. Mata kuliah berlalu dengan cepat karena hanya mengerjakan kuis dan tidak ada pembahasan materi lanjutan.
Selesai kuliah mereka menahan Sisi untuk melanjutkan gosip mereka karena ini pertama kalinya Sisi tertarik dengan lawan jenis dan paling mengejutkan adalah atasannya.
Biasanaya kasus seperti ini hanya terjadi difilm-film saat atasan menyukai bawahannya, kemudian mereka bersama, lalu pihak ketiga juga muncul sebagai pengganggu. Ketika asyik mengobrol ponsel Sisi bergetar dilihatnya panggilan masuk ‘Ka Denny Leader’.
Sejenak Sisi berfikir harus mendiamkan atau mengangkatnya karena dia masih kecewa tapi disisi lain merasa bahagia akhirnya yang dia tunggu-tunggu datang.
Teman–teman Sisi tidak sabar “Buruan angkat” Mutia geram karena menyaksikan Sisi memanyunkan bibirnya seolah ngambek.
“Halo ka” Sisi mengangkat telponnya dengan sedikit gugup
Mutia merebut ponselnya dan menyalakan mode loudspeker, Sisi melotot dan berusaha merebut ponselnya namun sia-sia teman-temannya menyanderanya.
“Saya didepan kampus kamu” Suara serak diujung telepon terdengar sangat menggoda.
Bak bunga disiram air dingin perasaan Sisi mendadak menjadi tidak menentu, ada kebahagiaan dan kelegaan yang mengalir dihatinya yang diharapkan ternyata melebihi ekspektasinya.
“Si, halo kamu baik-baik aja?” Denny memanggilnya sekali lagi. Bahkan Denny menanyakan apakah Sisi baik baik saja saat Sisi tak mampu untuk bicara. Perasaannya meleleh begitu saja.
Teman-teman Sisi cekikikan menggodanya menyuruhnya menjawab tak sabar.
“Iiya ka sebentar lagi Sisi keluar kampus” Sisi terbata bata karena saking gugupnya
“Yaudah saya tunggu” Denny mematikan telponnya.
Sisi langsung tersipupu semerah tomat, perasaannya teraduk aduk teman-temannya langsung mencubitnya senang.
“Gila gila doi panjang umur, baru lagi dibahas langsung muncul” Reni paling dominan karena dia adalah saksi kunci kejadian pertama terjadi.
“Ayo buruan keluar gue penasaran doi kek gimana” Indah yang kelojotan tak tahan ingin sat set
Sementara Mutia mencubitnya di pipi kanan”kenalin ke kita sekarang”
Sisi tidak tau apakah yang telah menjalar ke dirinya karena seluruh tubuhnya melemas dan jantungnya berdetak dengan kencang. Tak ada kata yang bisa menggambarkan dengan jelas. Tapi yang jelas dia merasa bahagia, dia terbang.
Teman-temannya mendorongnya keluar pintu gerbang kampus tak sabar, Sisi hanya pasrah dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Bahkan dia memikirkan penampilannya sekarang, ‘Perasaan macam apakah ini?’ dia penasaran dengan dirinya sendiri.
Ketika mendekati mobil Denny jantungnya semakin berdetak tak menntu ada rasa gemetar dan takut. Dia menoleh kebelakang dan melihat teman-temannya mengintip di balik gerbang kampus. ‘Sialan kalian’.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Mawar_Jingga
halo kak aku mampir nih🤭🤗
2023-09-12
2