"Ini belum seberapa, J@lang. Makanya kau jangan berani menantang ku atau melanggar apa yang aku larang." Ucap Azka sambil mencengkram kuat rahang Dania sampai Dania meringis kesakitan.
Dania tidak mengenali pria yang satu bulan lalu bersikap baik, lemah lembut, ramah dan perhatian padanya dan keluarganya. Pria itu telah menjelma menjadi iblis yang sangat menakutkan dan harus dihindarinya.
"Tidak susah bagi ku untuk menghancurkan manusia sampah seperti kalian." Lanjut Azka lagi sambil menarik kuat tangan Dania lalu mendorongnya, untung saja kali ini ketiga sahabat Dania yang menangkap tubuh Dania yang akan jatuh.
"Woi, kau laki-laki b@nci. Beraninya hanya pada perempuan." Teriak Medina mengumpat Azka yang berlalu pergi dari hadapan mereka.
"Kamu tahu enggak dia siapa?." Tanya Fathia pada Medina dan Dania.
"Memang dia siapa?." Tanya balik Salma.
"Oh, ya Tuhan!. Kalian bertiga tidak tahu siapa pria itu dan seberapa besar pengaruhnya di kampus dan sekolah kita?." Tanya Salma penuh penekanan di setiap kalimatnya.
"Aku tidak perlu kenal siapa pria b@nci itu." Ucap Medina dengan tegas.
"Tapi, Dania. Kenapa kamu bisa berurusan dengan pria itu?. Ada masalah apa diantara kalian?, kalian sudah saling mengenal di mana?." Lanjut Medina mengintrogasi Dania dengan mencecar banyak pertanyaan. Tapi Dania masih bungkam.
"Ok, dengar kan aku baik-baik. Dia, Azka Narendra. Kedua orang tuanya pemilik semua bangunan yang ada di sini dan entah ada di mana lagi. Satu lagi, dia sudah memiliki kekasih yang bernama Joanna Marcella."
"Joanna Marcella." Batin Dania.
Jam pelajaran telah berakhir untuk hari ini, Dania segera pulang menaiki ojek online untuk menuju tempat usaha kedua orang tuanya. Dania menolak untuk pulang bersama dengan ketiga sahabatnya. Karena Dania tidak ingin menyeret siapa pun ke dalam masalah yang sedang dihadapinya.
Sudah terhitung sebanyak lima kali Mama Ningrum jatuh pingsan karena belum bisa menerima apa yang terjadi. Keempat pegawai toko bunga mereka terpaksa harus kehilangan pekerjaan tanpa mendapatkan apa-apa.
"Ma...Pa..." Panggil Dania dengan suara lirih saat melihat sang Papa sedang menenangkan Mama Ningrum yang baru sadar dari pingsannya.
"Sekarang kita sudah tidak apa-apa, Nia." Mama Ningrum menatap sendu anak bungsunya.
"Untuk sekolah kamu saja, sekarang harus mengandalkan dari beasiswa mu, kami sudah tidak bisa memberikan lebih untuk biaya sekolah mu yang lain." Lanjut Mama sambil menangis.
Dania segera berlari menghampiri sang Mama yang begitu terpukul. "Semuanya akan baik-baik, Ma."
Ibu dan anak itu berpelukan untuk saling menguatkan satu sama lain.
"Semuanya telah habis, Nia." Kata Mama Ningrum di dalam pelukan Dania.
Dania diam tidak merespon apa yang dikatakan oleh Mama Ningrum. Dadanya begitu sakit kala ini semua terjadi karena dirinya.
"Papa tidak bisa menghubungi Radit dan Rania. Apa mereka sedang sibuk?." Papa Hamzah berbicara sendiri sambil tetap berusaha menghubungi kedua anaknya yang ada di Bali.
Malam pun sudah datang, tidak ada orang di meja makan rumah Dania. Mama dan Papa sama-sama berdiam diri di dalam kamarnya. Sementara Dania menyaksikan itu dan sangat melukai hatinya. Apa yang bisa dirinya lakukan itu membantu kedua orang tuanya?.
Dania pun mencoba menghubungi kedua kakaknya tapi tetap tidak bisa, sama seperti Papa nya siang tadi. Entah apa yang sedang dilakukan kedua kakaknya di Bali sana, sehingga untuk menerima telepon pun tidak bisa.
"Kalian ada di mana sekarang?." Gumam Dania sambil menitikkan air matanya. Tidak ada tempat untuk berbagi keluh kesah mengenai ini.
Sementara itu di sebuah apartemen mewah nan megah, Azka tersenyum penuh kepuasan setelah mendengar laporan dari orang yang telah disewanya.
"Kalian semuanya akan membayar penderitaan yang dialami oleh Joanna." Gumam Azka penuh kemenangan.
Meski tidak bisa dipungkiri, jika apa yang telah dilakukannya pada Dania beberapa hari lalu, masih sangat membekas di dalam ingatannya.
Hal yang paling di jaga oleh dirinya selama ini, termasuk selama berpacaran dengan Joanna pun, harus dilewatinya bersama Dania yang masih bersegel dan orisinal juga.
Terkadang pikirannya liar terhadap Dania yang berada di bawah kungkungan nya. Jiwa lelakinya muncul seketika mengingat sosok Dania yang baru muncul di dalam hidupnya.
.....
Tiga hari sudah dari kejadian buruk yang menimpa toko bunga keluarga Dania. Kondisi kesehatan Mama Ningrum dan Papa Hamzah semakin memburuk dengan banyaknya tagihan yang datang ke alamat rumah. Sementara mereka sudah tidak memiliki uang sepeserpun untuk membayarnya.
Harapan dan doa mereka hanya satu untuk saat ini, semoga saja rumah yang ditinggali mereka sekarang ini tidak di ambil oleh pihak bank untuk menutupi hutang-hutang yang menggunung.
Perasaan kedua orang tua Dania dan Dania cukup senang sore ini, sebab kedua orang yang sangat diharapkannya sudah ada bersama mereka.
"Kalian dari mana saja?, Papa dan Dania kesulitan menghubungi kalian." Tanya Papa Hamzah pada Radit dan Rania.
"Iya, maaf Pa, Ma. Kami harus segera menyelesaikan tugas kampus, jadi tidak sempat walau untuk sekadar membuka ponsel.
Dania masih menyimak apa yang dikatakan oleh kedua kakaknya meski dia tahu cerita lain dari Adnan tentang kepergian mereka ke Bali.
"Sudah lupakan itu, sekarang kalian sudah tahu tentang toko bunga milik kita. Apa dari kalian berdua ada yang bisa membantu Mama dan Papa untuk mengurusnya ke pihak bank?." Tanya Mama Ningrum penuh harap pada kedua anaknya.
"Mungkin kalau aku tidak akan bisa karena harus segera mencari materi untuk tugas selanjutnya. Coba tanya Rania?." Dengan alasan tugas Radit menolaknya dan malah melemparnya pada Rania.
"Kenapa enggak Dania saja yang belajar untuk mengurusnya, kan toko bunga itu untuk Dania nantinya. Dengan kata lain, aku juga tidak bisa karena tugas juga. Aku juga tidak ingin mengulang lagi karena kegagalan." Rania pun sama, menolak untuk menolong kedua orang tuanya.
Dania diam mematung, lebih tidak sangat percaya pada kedua kakaknya yang dengan tega tidak sedikit pun membantu kedua orang tuanya di saat tersulit hidup mereka.
Mama dan Papa hanya mampu menghela nafas panjang, mereka mengira dengan adanya Radit dan Rania akan membantu sedikit beban mereka. Tapi rupanya mereka salah, kini keduanya merasakan himpitan yang semakin besar yang menimpa dada mereka.
"Kalian keluar lah, kami ingin istirahat." Papa Hamzah meminta ketiga anaknya untuk pergi dari dalam kamarnya.
Ketiganya pun keluar dari kamar itu, tapi Dania langsung meminta kedua kakaknya untuk berbicara jujur tentang siapa Joanna Marcella dan ada hubungan apa dengan Azka Narendra?.
"Kamu bicara apa, Dania?." Mana kami kenal kedua orang itu." Jawab Radit masih mengelak. Padahal sudah jelas-jelas Azka menyimpan dendam pada mereka dan dirinya pun kena imbasnya.
"Kak Radit dan Kak Rania tidak mungkin tidak tahu. Karena Azka Narendra yang meminta ku untuk bertanya pada kalian. Aku juga tahu kalian ke Bali bukan untuk urusan tugas, mungkin juga bukan karena bos kalian membuka cafe. Bisa jadi kalian lari dari masalah Azka Narendra, aku meyakini kalau sebenarnya kalian berdua sedang menutupi sesuatu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments