"Kau sengaja muncul di hadapan ku, apa kau sudah memikirkan resiko apa yang akan kau hadapi nanti, hah?." Bentak Azka sambil mendorong tubuh Dania, untung saja ada Adnan yang datang tepat waktu sehingga bisa menahan tubuh Dania yang akan jatuh.
"Kenapa kau begitu kasar pada Dania?." Tanya Adnan sambil menatap Azka dengan tajam.
Tentu saja Azka menatap sengit pada Dania ketika Adnan menolong Dania. Kenapa harus muncul Adnan di kala Azka ingin melampiaskan kemarahannya pada Dania?.
Dania menurunkan tangan Adnan dari pundaknya. "Terima kasih, Kak Adnan." Lalu Dania pergi dari hadapan kedua pria tersebut.
Adnan masuk ke dalam ruangan dan langsung duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang pasien.
"Pergi lah ke kantor, aku dengar dari Almeer dan Shaka kalau Om Rusli mencari mu. sekarang aku yang akan menemani adik ku." Adnan meminta Azka untuk segera pulang.
"Mungkin kedua orang tua ku juga besok sudah sampai di sini. Jadi kau tidak perlu menemaninya terus." Lanjut Adnan memberitahu Azka mengenai kedatangan kedua orang tuanya.
Tanpa berpamitan dan hanya mengecup kening Joanna di depan Adnan, Azka lalu meninggalkan rumah sakit dan langsung menuju kantor.
Di dalam perjalanan menuju kantor, Azka melewati toko bunga yang sangat ramai oleh pembeli. Di mana toko bunga itu merupakan tempat usaha kedua orang tua Dania. Senyum jahat pun terlihat dari wajah tampan Azka, entah apa yang ada di dalam otaknya saat ini.
"Papa mencari ku, ada apa?." Azka tidak suka berbasa-basi dengan Rusli saat sudah duduk berhadapan di ruangan miliknya.
"Iya, semua pekerjaan kau terbengkalai. Kenapa hanya karena wanita itu kau mengabaikan tanggung jawab yang ku berikan?." Tanya Rusli.
"Wanita itu calon istri ku, maka wajar kalau dia menjadi prioritas dan tanggung jawab ku juga." Jawab Azka ketus.
"Kalau kau tak bisa menjalankan perusahaan ini, aku akan kembali mengambil alih."
"Silakan, aku tidak keberatan." Setelah mengatakan itu pada Rusli, Azka langsung keluar dari ruangan CEO yang selama ini ditempatinya.
Harta, kedudukan dan jabatan bukan lagi menjadi prioritas utama bagi Azka Narendra. Karena saat ini hidupnya untuk seorang gadis yang sangat dicintainya meski kini sudah tidak sempurna lagi.
Joanna Marcella (21 tahun), wanita muda cantik dan seksi yang penuh dengan semangat dan sedikit ambisius. Perjalanan kisah cinta mereka terbilang sangat lancar, karena keduanya memiliki ketertarikan satu sama lain.
"Kamu sudah pulang?." Tanya Inara saat melihat sang putra semata wayang sedang menaiki tangga menuju kamarnya.
"Iya, Ma. Aku mau langsung istirahat." Jawab Azka tanpa mau menoleh kearah Inara.
"Istirahat lah, nanti kita bicara lagi."
Azka kembali melangkahkan kakinya tanpa mengatakan apa pun pada Inara. Inara hanya mampu menghela nafas melihat sikap dingin dan acuh Azka padanya.
Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, Kedua orang tua Dania baru tiba di rumah. Dimana Dania membuka pintu untuk mereka.
"Kamu sudah makan, Nia?."
"Sudah, Ma. Aku tidur lagi ya Ma, Pa." Pamit Dania pada kedua orang tuanya.
"Iya sayang." Dania kembali masuk ke kamarnya.
Mama Ningrum dan Papa Hamzah pergi ke toko bunga tanpa mengantar Dania ke sekolah. Karena tadi pagi Fathia ke rumah untuk menjemput Dania.
"Oh tidak, apa yang terjadi?." Mama dan Papa begitu kaget melihat kerusakan parah pada kaca toko bunga mereka.
Keduanya segera turun dari mobil untuk memastikan kalau di dalam toko tidak terjadi kerusakan terhadap bunga-bunga, karena ada banyak pesanan yang harus diantarkan.
Tapi sepertinya kemalangan sedang menimpa pasangan suami istri itu, karena kerusakan yang lebih parah lagi justru ada di dalam toko. Tidak ada satu bunga pun yang selamat dan semuanya telah hancur.
Mama Ningrum menangis histeris setelah menyadari kalau mereka sedang dalam masalah besar. Ratusan pesanan bunga hari ini tidak dapat dipenuhinya, sementara uang mereka sudah masuk semua dan sudah di pakai juga untuk membeli perlengkapan toko yang lain.
Sedangkan Papa Hamzah hanya menatap sekeliling toko yang sudah hancur berkeping, tidak ada yang bisa diselamatkannya. Dirinya tidak habis pikir, kenapa tokonya bisa hancur tanpa sisa?. Siapa yang telah melakukan ini pada mereka?, sedangkan mereka merasa tidak memiliki musuh atau saingan dari bisnis toko bunganya.
"Apa yang akan terjadi pada kita setelah ini, Pa?. Tanya Mama Ningrum masih menangis tersedu.
"Mama tenang dulu, kita akan coba menghubungi mereka dan memberitahu keadaan kita pada mereka. Semoga saja mereka bisa mengerti dengan keadaan kita." Jawab Papa Hamzah tetap berusaha berpikir positif.
"Bagaimana kalau mereka minta uangnya kembali dan minta ganti rugi karena pesanannya tidak bisa kita penuhi hari ini?." Pikiran Mama Ningrum sudah tidak bisa dikontrolnya, untuk tetap berpikir yang baik-baik saja.
Bukannya Papa Hamzah tidak memikirkan hal itu, tapi Papa Hamzah lagi berusaha untuk tenang meski hal itu pasti akan terjadi.
Sementara di rumah sakit, Adnan sedang membujuk Joanna untuk segera bangun dan berbicara pada Azka atas apa yang menimpa dirinya.
"Aku belum siap kalau Azka menanyai ku banyak hal mengenai malam itu, Kak Adnan."
"Tapi sampai kapan kamu akan terus membohonginya?."
"Mungkin sampai menunggu Mama dan Papa sampai di sini. Kalau tanpa mereka aku belum berani, Kak Adnan."
"Aku harap semuanya belum terlambat saat kamu memberitahukan semuanya pada Azka."
"Tidak akan, Kak Adnan. Aku janji akan bisa menyelesaikan masalah ini."
"Ok, sekarang aku harus pulang. Mungkin Azka siang atau sore baru ke sini."
"Iya, Kak Adnan."
Adnan langsung menutup pintu ruangan Joanna, dirinya akan langsung ke kampus.
Setelah melewati perjalanan hampir tiga puluh menit, mobil Adnan sudah terparkir di halaman kampus. Kedatangan Adnan bersamaan dengan kemunculan Azka dengan dua sahabatnya, Almeer dan Shaka.
"Kau sudah menitipkan Joanna pada dokter Nabila?. Mungkin nanti malam aku baru bisa ke sana untuk menemaninya." Tanya Azka dengan wajah datarnya.
"Sudah, kau tenang saja."
"Hem." Setelah itu mereka menuju kelas masing-masing.
Sedangkan di dalam kelas, pikiran Dania terus saja terfokus pada kedua orang tuanya yang sedang kesusahan. Ya, Dania sudah membaca pesan yang dikirimkan Mama Ningrum. Dania juga sudah melihat beberapa foto mengenai toko bunga mereka yang hancur dari setiap sudutnya.
"Aku perhatikan kamu tidak fokus memperhatikan pelajaran. Ada apa, Dania?. Tanya Medina yang duduk di sebelah Dania saat terdengar bel istirahat.
Tanpa menghiraukan pertanyaan dari sahabatnya, Dania segera berlari keluar dan langsung menuju gedung kampus. Dania sangat yakin kalau apa yang terjadi pada toko bunga milik keluarganya karena ulah Azka.
Dania berdiam diri di samping kampus, dirinya melihat sekeliling kampus tapi tidak ada Azka di sana. Sampai dari arah belakang ada yang menepuk pundak Dania dengan cukup kencang.
"Kau berani datang ke kampus ku, hah?." Sontak saja Dania segera membalik badannya karena dia tahu pemilik suara tersebut.
Melihat pria itu berdiri dihadapannya dengan segala kesombongan dan keangkuhannya, tanpa pikir panjang lagi Dania melayangkan beberapa pukulan di dada bidang Azka.
Bugh...Bugh...Bugh...
"Kenapa Kak Azka hancurkan usaha kedua orang tua ku?." Tanya Dania menatap tajam pemilik mata indah itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Yanti Gunawan
kau akan menyesal Azka sdh mngahncurkn Dania dn keluargany...😫😡...Dania jgn prnh maafkan Azka sxpun dia brsujud d kakimu
2023-08-29
0
Astri
Joanna kie sing gk jujur...
2023-08-29
0
Nofita Sari
balas dendam yg salah sasarn
2023-08-29
1