"Astagfirullah, apa yang kau lakukan bocah?!!!" Zakir yang baru datang, sangat terkejut ketika melihat badan Rain yang bergelimang darah. Namun, bocah itu masih saja menusuk-nusuk tubuh Toni yang sudah tidak bernyawa. Zakir segera menutup pintu rumah, pandangan nya mengedar, melihat Carla yang masih merintih kesakitan dan di dalam kamar ia mendapati Maya yang terihat tidur pulas.
Bagaimana bisa wanita itu tidak mendengar kejadian di dalam rumah nya?
Di lihat nya tubuh dan baju Rain yang sudah bergelimang darah, seperti monster kecil yang begitu menakutkan. Lalu Zakir mendekati Carla yang masih merintih kesakitan dengan darah di bawah pusar nya.
Astagfirullah, benar-benar Ibu biadap kau Maya.
Zakir menggeram dalam hati sambil memasang celana Carla. Kemudian ia mendekati Rain yang belum berhenti merobek serta menusuk tubuh Toni.
"Sudah, Hentikan bocah! Dia sudah mati." Zakir menahan tangan Rain yang masih menghujam kan pisau ke jasad Toni. ia merebut paksa pisau di tangan Rain, lalu meletakkan di samping jasad Toni. Kemudian Zakir menyeret tangan Rain masuk kedalam kamar mandi.
"Buka semua pakaian mu!" Setelah mengucapkan kata itu, Zakir keluar dari kamar mandi. Mengambil kantong kresek serta pakaian ganti untuk Rain. Kemudian ia kembali lagi masuk ke dalam kamar mandi.
"Eh, bocah. Apa kamu ingin di tangkap Polisi? Apa Kamu tidak mau lagi menjaga Adik mu?" Suara Zakir seperti tercekat di tenggorokan karna terlalu panik. Sesekali ia menoleh ke arah pintu. Rasa was-was jika tiba-tiba ada orang yang masuk.
Rain menggeleng lemah, ia berbalik badan melihat Carla yang masih merintih kesakitan.
"Kalau begitu cepat buka pakaian mu!"
Rain menurut, ia lalu membuka seluruh pakaian nya yang sudah bergelimang darah.
Zakir memasukan pakaian itu ke dalam kantong kresek, kemudian mengguyur tubuh Rain, membersihkan sisa darah yang melekat di tubuh anak itu.
Setelah selesai membersihkan tubuh Rain, Zakir mengambil kembali pisau tadi, melapisi tangan nya dengan kantong kresek, lalu meletak kan nya ke tangan Maya.
"Sekarang masuk lah kedalam mobil, dan bawa sekalian kantong itu," titah Zakir Kemudian ia menggendong Carla menuju mobil yang terparkir di tepi jalan.
Didalam perjalanan, Zakir menelpon sahabatnya yang berada di kota X. Lalu ia membuang kantong kresek yang berisi pakaian Rain yang bergelimang darah.
"Kenapa kamu membunuh nya Nak?" tanya Zakir yang terus mengemudi.
"Dia menyakiti Adikku," jawab Rain, di matanya masih terlihat amarah.
***
Setelah menempuh 7 jam berjalanan. Mobil Zakir berhenti di depan sebuah rumah. Ia melihat Rain dan Carla yang masih tidur nyenyak di samping bangku kemudi.
Kau bocah yang sangat pemberani Nak.
gumam Zakir sambil mengusap kepala Rain.
Kemudian ia membangun kan kedua bocah itu, mengajak mereka turun.
"Ini rumah siapa Om?" tanya Carla menatap rumah yang terlihat lebih bagus dari rumah nya.
"Tidak usah takut, ini rumah teman Om," jawab Zakir lalu membuka pintu mobil.
Di depan pintu rumah, sudah berdiri seorang Pria berambut kribo, memandang mereka dengan tatapan heran.
"Kapan kau kawin Kir?" tanya Pria kribo itu saat melihat dua orang anak kecil di belakang Zakir.
"Nanti aku ceritakan," jawab Zakir yang terus melangkah melewati tubuh Pria kribo itu.
"Ayo, bocah masuklah," ucap Zakir mengajak Rain dan Carla masuk.
Rain masih berdiri di luar, menahan tangan Carla yang hendak masuk ke dalam rumah itu.
"Apa kamu akan membiarkan Adikmu tidur diluar?"
Mendengar itu, Rain pun akhirnya melangkah pelan melewati Pria berambut kribo yang masih berdiri di depan pintu.
Di dalam rumah, Rain mengedarkan pandangannya kesetiap sudut bangunan yang hanya memiliki 2 kamar itu.
"Yos, apa kamu punya makanan?" tanya Zakir yang lansung melangkah mendekati lemari pendingin.
"Ada, tapi itu persedian makanan ku selama sebulan. Jika kau mengambil nya. Maka kau harus mengganti nya lagi," jawab Yos masih menatap heran kedua anak kecil yang berada di rumah nya.
"Iya, nanti ku bayar," ucap Zakir lalu ia mengeluarkan beberapa roti dan minuman dari dalam lemari pendingin itu.
"Hei bocah, duduk lah dan makan lah ini," ucap Zakir.
Carla yang memang sudah lapar, menarik tangan Rain menuju sofa di ruangan itu.
***
Setelah satu jam berselang. Zakir menyuruh Carla dan Rain istrahat di dalam kamar kosong yang ada di rumah itu. Kemudian ia duduk di sofa, menyaksikan berita yang di siarkan TV tentang pembunuhan yang di lakukan Rain tadi siang.
"Kir, sekarang ceritakan lah. Siapa bocah bocah yang kau bawa itu?"
Zakir menghela nafas dalam sebelum menjawab pertanyaan sahabatnya itu.
"Berjanjilah, jangan pernah kamu ceritakan pada siapa pun, apa yang akan ku ceritakan nanti," ucap Zakir menatap lekat Pria kribo yang duduk di sebelah nya.
"Apa kau meragukan ku?"
"Tidak, aku tidak ragu. Kamu adalah sahabat terbaik ku, Yos," jawab Zakir sambil menepuk pundak pria yang duduk di sampingnya itu.
"Sekarang coba kamu lihat berita yang di tayangkan di TV. Apa kamu percaya? yang melakukan pembunuhan itu adalah bocah laki-laki yang ku bawa?"
"Apa? Kau membawa pembunuh kerumah ku,"
Seketika Zakir membekap mulut Yos yang bicara sedikit keras.
"Kau itu bisa diam tidak!" bentak Zakir.
Yos mengangguk.
Zakir kemudian melepaskan tangan nya yang membekap mulut Pria berambut kribo itu.
"Dia melakukan itu karna ingin melindungi adiknya. Sedang kan Ibunya sendiri malah mengabaikan mereka. Aku kasihan dengan nasib mereka Yos,"
"Kenapa tak kau nikahi saja Ibu nya," ucap Yos yang mendapat tatapan nyalang dari Zakir.
"Baiklah-baiklah, itu urusan pribadi kau. Yang menjadi pertanyaan ku sampai kapan mereka akan berada di rumah ku ini?" tanya Yos seperti tidak suka.
"Selama nya mereka akan tinggal di sini-"
"Tidak-tidak. Jangan bercanda kau. Bagaimana jika nanti aku yang jadi korban kedua bocah itu? Aku tidak mau!" tolak Pria itu tegas.
"Jika kamu tidak menyakiti adik nya, bocah itu pun tidak akan menyakitimu. Hitung-hitung kamu beramal Yos, sekalian belajar mengasuh anak,"
"Aku tidak mau. Kenapa tidak kau saja yang menjaga mereka. Lagian kau tau sendiri, aku tidak suka anak-anak. Dan satu lagi, aku juga tidak mempunyai biaya untuk menghidupi mereka,"
"Tolong lah Yos, sementara waktu biarkan mereka tinggal disini. Untuk biaya mereka, kamu tidak usah khawatir. Aku akan membiayai semua kebutuhan mereka. Dan rencana nya besok sore aku akan kembali ke kota B. Dan minggu depan aku akan kembali lagi. Sekalian aku akan urus sekolah mereka disini,"
Pria berambut kribo itu tidak menjawab. Ia hanya melongos masuk kedalam kamar.
"Aku tidur di mana Yos?!" tanya Zakir sebelum Pria kribo itu masuk ke dalam kamar.
"Tidur saja di dalam kamar anak anak mu, atau kau bisa tudur di sofa," jawab Pria kribo itu tanpa menoleh.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments