Pagi-pagi sekali, Rain dan Carla sudah berada di jalanan, untuk mengumpulkan botol-botol bekas di tong sampah. Mereka harus datang pagi-pagi sekali sebelum sampah-sampah itu di angkut petugas kebersihan.
Matahari pagi sudah mulai memancarkan sinarnya. Seperti biasa, Rain akan membawa botol-botol bekas yang di kumpulkan nya itu ke pengepul, lalu uang nya akan ia gunakan membeli makanan untuk ia dan adik nya. Kemudian mereka akan mengumpulkan kembali botol-botol bekas itu. Agar bisa membawa pulang uang untuk ibu nya.
Di dalam perjalanan menuju ke pengepul ronsokan Rain melihat ada cairan merah di belakang celana Carla.
"Dek, tunggu dulu," Rain memegang tangan Clara, lalu memperhatikan cairan merah yang melekat di celana belakang adiknya.
"Kok celana Adek berdarah?" tanya Rain merasa khawatir.
"Berdarah?" Clara memutar leher nya kebelakang melihat darah yang melekat di celana nya itu.
"Lho, kok bisa berdarah Bang," nada suara Clara terdengar cemas.
"Abang juga nggak tau Dek," Lalu Rain mengedarkan pandangan nya ke sekitar. Di lihatnya sebuah Masjid yang tidak jauh dari tempatnya.
"Itu ada Mesjid, kita bersihkan dulu di sana," Ucap Rain lalu menyuruh Carla berjalan di depan. Ia sendiri berjalan di belakang Carla, menutupi tubuh belakang adiknya agar tidak terlihat orang-orang.
"Besok Adek di rumah saja, biar Abang sendiri yang cari uang," ucap Rain sambil terus mengayun langkah pelan di belakang Carla.
Carla menggeleng lemah.
"Nggak mau, Pokok nya Adek akan ikut kemana Abang pergi,"
****
Setelah sampai di depan Masjid Rain meletakkan karung berisi botol bekas yang mereka kumpulkan sejak subuh tadi di sekitar pekarangan Mesjid. Kemudian ia mengajak Carla pergi ke toilet.
"Masuk lah, Buka celana Adek, biar abang bersihkan." ucap Rain.
Carla menurut ia masuk ke dalam bilik toilet. Kemudian ia berikan celana nya itu pada Rain.
Rain masuk ke bilik toilet lain untuk membersihkan noda darah di celana Carla.
Setelah selesai membersihkan noda darah di celana Carla. Rain mengganti celana nya dengan celana Carla yang sudah basah. Lalu memberikan celana yang di pakainya pada Carla.
"Bang, darah nya keluar terus," Carla merengek dari bilik toilet.
Rain kemudian membuka baju yang di pakainya.
"Lapisi pakai ini Dek," Rain mengulurkan baju nya dari bawah pintu toilet.
"Ini kan baju Abang, nanti Abang pakai apa? " tanya Carla dari bilik toilet.
"Nggak apa-apa dek, nanti kita bisa pulang dulu, setelah menjual botol-botol yang kita kumpulkan itu.," ucap Rain.
**
Sementara itu di rumah Maya. Toni datang menagih janji yang di sepakati Maya semalam. Ia lansung mendorong pintu rumah yang tidak di kunci itu.
Para tetangga di sana sudah maklum, mereka tidak mau ikut campur urusan Maya. Bahkan mengucilkan Maya yang seorang pecandu.
"Maya.... Maya.... Bangun kau," bentak Toni yang sudah berada di dalam kamar.
Maya dengan malas membuka mata nya.
"Kau kenapa? Pagi-pagi berisik di rumah ku," ucap Maya dengan suara yang masih terdengar serak. Ia kemudian membalikkan tubuh nya membelakangi Toni. Seakan tidak terjadi apa-apa.
"Eh. Pecun!!! Apa kau lupa dengan janji yang kau ucap kan semalam?!!" bentak Toni yang emosi.
"Janji apa?" tanya Maya yang masih mengantuk.
Toni yang sudah geram. Menarik rambut wanita itu seraya berkata.
"Kau jangan pura-pura lupa dengan janji yang kau ucap kan semalam," ucap Toni penuh penekanan.
"Eh, Bajingan! Putri ku masih sangat kecil. Kalau kau mau, aku akan melayani kau sekarang," ucap Maya menahan sakit di kepalanya.
Toni dengan kasar menghempaskan kepala Maya, hingga membentur papan ranjang yang hanya beralaskan tikar.
"Kau jangan menguji kesabaran ku Maya."
"Baiklah, tapi kau harus memberikan ku barang itu setiap hari," pinta Maya.
"Dan setiap hari kau juga harus memberikan putrimu padaku," ucap Toni dengan seringai di wajah nya.
***
Setelah mendapatkan uang sepuluh ribu dari hasil menjual botol-botol bekas yang mereka kumpulkan sedari shubuh. Rain berniat akan membeli makanan untuk mengganjal perut adiknya yang sejak tadi terus merengek mengatakan lapar.
"Bocah, sini." panggil Zakir tetangganya yang sedang menikmati sarapan di dalam warung tenda.
Rain dan Carla saling pandang. Mereka takut jika ibu nya tau mereka akan di marahi kalau dekat dengan Pria itu.
Zakir berdiri dari duduk nya lalu mendekati mereka.
"Apa kalian lapar?" tanya Zakir yang sudah berjongkok di depan mereka.
Carla mengangguk cepat.
"Tidak Om, kami akan pulang," Rain menarik tangan Carla pergi dari sana.
"Tunggu Bocah," Zakir mengejar mereka lalu memegang tangan Carla. Tapi, lansung di tepiskan oleh Rain. Ia menarik tangan Carla agar berdiri di belakang nya. Matanya menatap tajam pada Zakir yang terkekeh.
"Wow. Oke, oke. Saya tidak akan memegang Adik mu," Zakir mengangkat kedua tangan nya ke atas.
"Biarkan kami pergi!" ucap Rain dengan tatapan tajam nya.
"Apa kamu tidak ingin mengajak Adik mu makan di sana?" Zakir menunjuk sebuah restoran cepat saji yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Tidak!" tolak Rain tegas.
"Aku mau Om," Carla mengangkat tangan nya cepat.
"Adek!" Rain membentak Carla. Hingga gadis itu menunduk sedih.
Lagi, Zakir terkekeh melihat sikap Rain.
"Apa kamu tidak kasihan dengan adik mu, lihatlah wajah nya jadi sedih begitu," ucap Zakir membujuk nya.
Rain menoleh melihat wajah Carla yang menunduk sedih.
"Adek mau kesana?" tanya Rain.
Carla mengangguk cepat.
"Pergilah, Abang tunggu di sini saja," ucap Rain.
Carla mengangkat wajah nya.
"Kalau Abang nggak ikut, Adek juga nggak akan pergi," ucap Carla.
Lalu ia menengadah melihat Zakir yang berdiri di depan.
"Aku nggak jadi ikut Om," lirih nya.
"Hei jagoan. Kenapa kamu tidak mau ikut?" tanya Zakir.
"Aku tidak lapar," jawab Rain dingin.
"Tapi Adik mu lapar. Apa kamu tidak kasihan dengan dia?" ucap Zakir.
Rain menoleh melihat Carla yang memegang perut nya.
"Tapi aku tidak menggunakan baju," ucap Rain dengan wajah tertunduk.
"Itu gampang, ayo ikut dengan saya," Zakir melangkah menuju deretan pertokoan.
Carla melangkah cepat mengikuti Zakir. Tidak dengan Rain yang masih berdiri diam.
Melihat Rain yang tidak bergeming, Carla berbalik langkah mendekati Abang nya itu.
"Ayo Bang," Carla menarik tangan Rain yang masih berdiri.
Dengan terpaksa Rain melangkah mengikuti Adik nya.
"Adek saja yang masuk, Abang malu," ucap Rain dengan kedua tangan yang menyilang di dada.
"Hai bocah. Kalian sedang apa disana? Sini cepat," teriak Zakir yang sudah berdiri di depan sebuah toko pakaian.
"Baiklah, Abang tunggu di sini ya. Jangan kemana-mana," ucap Carla memperingati.
"Iya," balas Rain.
Tidak lama berselang Carla keluar dari toko pakaian itu dengan langkah riang, membawa satu pa perbag di tangan nya.
Carla lalu mengambil satu pakaian di dalam paper bag itu menyerahkan nya pada Rain.
"Ini Bang, pakai," Carla menyodorkan sebuah baju kaos pada Rain.
Rain mengambil baju itu. lalu meneliti nya.
"Ini bagus sekali Dek. Adek saja yang memakainya." Rain mengembalikan baju yang di pegang nya itu pada Carla.
"Ini buat Abang." Carla memberikan lagi baju itu pada Rain.
"Adek juga di beliin Om Zakir nih," Carla mengeluarkan satu steal pakaian dari dalam paperbag yang di pegang nya.
Rain melihat Zakir yang baru saja keluar dari toko pakaian itu.
"Kenapa kamu belum memakai nya? Apa kamu tidak suka?" tanya Zakir.
Rain menggeleng dengan wajah menunduk ia mengucap kan terimakasih.
Zakir tersenyum miring.
"Kalau begitu pakailah cepat, Adik mu sudah lapar,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments