Young Marriage 03

...Happy Reading🤗...

"Kemana aja, jam segini baru pulang?" tegur Arvin pada Aletta yang baru saja tiba.

Mendengar itu membuat si gadis menghela nafas jengah, sebelum akhirnya memutuskan untuk membalas tatapan Arvin.

"Bukan urusan lo!"

"Itu urusan gue Aletta! Disini gue suami lo, jadi lo udah jadi tanggung jawab gue! Nger—

"Tapi, gue gak mau punya suami angkuh dan gak punya hati kayak lo!" potong Aletta cepat. Sia-sia rasanya Aletta menghindari laki-laki itu sepanjang hari ini, jika akhirnya mereka tetap akan bertemu setiap harinya.

Tak ingin lagi memperdulikan Arvin yang masih terus menatapnya. Dengan langkah mantap, Aletta berlalu begitu saja, meninggalkan Arvin yang masih bersandar di tembok sembari memasukan kedua tangan ke dalam saku celana.

"Aletta, tungguin gue!" seru Arvin, laki-laki itu melangkah cepat, mengejar Aletta yang mulai menjauh.

Aletta yang baru saja hendak naik ke atas tangga, terpaksa kembali menghentikan langkah , dan berbalik menatap Arvin dengan ekspresi tak sabar.

"Ada apa lagi Arvin? Gue ngantuk mau tidur!"

"Lo belum jawab pertanyaan gue?"

"pertanyaan yang mana lagi?" ketus Aletta dengan mendekap dadanya.

Arvin menghela nafas sejenak, mengatur suaranya agar terdengar lebih lembut. "Lo dari mana?"

"Bukan urusan lo!" sanggah Aletta tegas, "dan lo, gak perlu ikut campur urusan gue!" lanjutnya tajam, tak peduli dengan siapa ia berbicara saat ini.

Bagi Aletta, Arvin tetaplah Arvin. Laki-laki pembuat onar yang paling ia benci di manapun dan kapanpun. tapi entah itu akan bertahan sampai kapan? Hanya Tuhan dan Author yang tahu.

Arvin yang mendengar itu tampak terdiam sesaat, terkejut oleh jawaban Aletta, dan ya … bukan ini jawaban yang laki-laki itu inginkan. Hingga Tatapan keduanya saling bertemu dan ber adu dalam ketegangan yang tidak terucapkan.

Aletta lebih dulu melepaskan kontak mata itu, membalikkan badan dan berlari menuju kamar, tanpa sepatah katapun ia langsung melemparkan diri ke atas kasur. Namun, bayangan senyum tajam di wajah Arvin kembali muncul, berhasil membuatnya semakin kesal.

"Argh … Arvin gue benci sama lo!" teriaknya kesetanan, ia terus memukul kasur dengan kedua tangan, menyumbangkan segala amarah yang terus bertambah setiap detiknya.

Tanpa disadari Arvin pun juga tengah berdiri di balik pintu, awalnya dia enggan mengikuti gadis itu, tapi melihat wajah pucat dari Aletta berhasil menggerakkan hati dan membawa Arvin sampai kesini.

Benar saja, tidak lama setelah itu, Arvin dapat mendengar rintihan keluar dari mulut Aletta. Dan di dalam sana Aletta terus merintih pelan, mencoba meredakan rasa sakit di bagian perut. Tapi ternyata semakin lama perutnya semakin tidak nyaman. Rasa sakit yang semula ringan semakin memburuk, membuatnya harus meregangkan tubuh diatas kasur.

Sementara itu, dari luar Arvin terdiam mendengarkan rintihan Aletta, perasaan kesal seketika lenyap, berganti dengan cemas tak karuan. Tanpa permisi laki-laki itu membuka pintu dengan tak sabaran, matanya berhasil menangkap Aletta yang terbaring lemas.

"Al, lo kesurupan?"

Sial! Bagaimana bisa Arvin berfikir sejauh itu. Tapi tidak, ini bukan saatnya untuk berdebat.

Aletta hanya bisa merintih pelan, kepalanya terasa memberat disusul seisi ruangan yang ikut berputar, Ia menahan mual yang semakin menjadi, tapi lagi dan lagi ia kalah, dengan sempoyongan Aletta berlari menuju kamar mandi, memuntahkan segala isi perut yang ternyata hanya cairan berwarna kuning kehijauan.

Ya … Aletta ingat sekarang, sejak kejadian di sekolah, belum ada makanan apapun yang masuk ke dalam lambungnya. Bodoh sekali kan?, dan beginilah jadinya sekarang, penyakit maag akut yang ia derita kembali kambuh.

Arvin yang berada di sampingnya hanya diam membisu, bahkan matanya tak berkedip saat melihat objek di depannya. Aletta yang menyadari itu segera menoleh dengan wajah dan bibir yang pucat.

"gak usah gitu banget liatnya, ntar jadi suka!"

Arvin yang sadar akan hal itu langsung menggeleng pelan, membuyarkan diri dari lamunan panjang.

"Siapa juga yang liatin lo, pd amat jadi cewek!"

Aletta hanya diam, gadis itu terlalu lelah untuk sekedar membalas ucapan Arvin, ia lebih memilih berjalan keluar dan langsung mendudukan tubuh dan bersandar pada sofa yang ada pada kamar mereka. Arvin sendiri juga turut keluar kamar, meninggalkan Aletta sendirian.

Sepeninggal arvin, Aletta terus memejamkan mata, berusaha menetralkan semua rasa sakit yang ia alami, biasanya jika hal ini terjadi ia akan langsung memeluk erat tubuh bundanya dan mencari kehangatan di sana, juga akan ada sang Ayah yang pasti akan langsung mengelus surai panjang serta mengecup kening untuk menenangkannya.

Tapi … semua itu telah berakhir, mereka berada jauh disana, sedangkan dirinya harus hidup sengsara bersama spesies aneh bernama Arvin.

"Nih minum!"

Perlahan Aletta membuka mata, dan langsung disambut oleh Arvin yang sudah berdiri dengan segelas air hangat di tangannya.

Bukannya menerima, gadis itu justru menyerngit heran menatap Arvin dan gelas bergantian.

"Ck! Minum Aletta, lo denger nggak sih?" decak laki-laki itu, tanpa izin ia langsung duduk tepat di sebelah Aletta yang masih menatapnya keheranan.

"Nggak lo kasih racun kan?"

Mendengar itu membuat Arvin melotot tak suka, ia menarik nafasnya dalam-dalam sebelum kembali dihembuskan, jika saja gadis di hadapannya itu tidak sedang sakit, sudah pasti Arvin akan menghabisinya malam ini juga.

"Kalau bisa langsung dicekik, ngapain pake racun? Buang-buang waktu!"

"Ya sorry, gue cuma bercanda!" jawab aletta datar, gadis itu mengambil alih gelas dari Arvin dang langsung meneguknya hingga tersisa setengah.

"udah?" tanya Arvin lagi. Aletta hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Sekarang makan!" perintah Arvin lagi, laki-laki itu membuka sebungkus nasi yang sempat ia beli.

"Gue gak lap—

"Gue bilang makan! Gak ada penolakan, lo ngerti … Aletta queensa efendy!"

Ucapan Arvin yang terdengar dingin, serta tatapan yang juga kembali tajam ke arahnya, berhasil membuat Aletta gelagapan sendiri. Dengan cepat gadis itu membenarkan posisi duduk dan mengambil Alih nasi dari Arvin

Persetan dengan Amarah, untuk saat ini urusan perut dan kelangsungan hidup jauh lebih penting. Perlahan gadis itu memasukan nasi ke dalam mulut, dan hal itu tak sedetikpun lepas dari penglihatan laki-laki di sampingnya.

Arvin berdehem singkat, tapi Aletta tak peduli, gadis itu terlalu fokus dengan nasi dihadapannya.

"Al, Lo hamil?"

uhuk … uhuk

Aletta menepuk dadanya pelan, saat merasakan nasi yang sedang dikunyah langsung masuk begitu saja dan menyumpal tepat di tenggorokan. Untung saja Arvin langsung sigap memberinya air dan turut menepuk punggungnya.

"Makannya Aletta, jangan suka ngelawan suami kualat kan jadinya!"

"Berisik!" tukas Aletta menatap horor Arvin. Dan ya,kenapa Aletta yang disalahkan? Sudah jelas ini salah laki-laki itu sendiri.

Tak menghiraukan Aletta, Arvin justru lebih mencondongkan tubuhnya. Dengan muka sok polos ditambah kerutan di dahi laki-laki itu kembali bersuara. " Tapi Al, lo beneran hamil?"

Damn it! Ingin sekali rasanya Aletta mengumpat dan menjitak kepala Arvin sekarang juga, tapi semuanya masih bisa ia tahan, ini benar- benar melenceng jauh dari apa yang ada dipikirannya.

"Maksud gue gini Al, kita kan belum pernah ngapa-ngapain kok lo bisa hamil?"

"Ngaco lo dugong!" lepas sudah yang sejak tadi Aletta tahan, " gue nggak hamil!" lanjutnya dengan suara lantang.

Kini Aletta merasakan kepalanya kembali berdenyut nyeri, gadis itu sama sekali tak habis pikir, bagaimana bisa seorang Arvin askarava wijaya, yang selalu juara kelas bisa memiliki pikiran sedangkal itu?

"Terus tadi lo muntah? Muntah tandanya orang hamil kan?" gumam Arvin yang masih kukuh dengan apa yang otak mungilnya pikirkan.

"Parahnya lagi … lo kan masih sekolah, nanti gima—

"Gue bilang stop Arvin … makan tuh nasi!"

Aletta yang kelewat geram, pada akhirnya berhasil membungkam mulut Arvin, ia memasukan sesuap nasi tepat saat laki-laki itu membuka mulut.

Belum ada satu tahun Arvin sudah berhasil membuatnya gila lalu bagaiman dengan kedepannya? Gadis itu memijat pelipis berharap semua ini akan segera berakhir.

"Gue mau lagi dong Al, yang itu tuh … yang ada empalnya!" laki-laki itu kembali bersuara, tangannya menunjuk empal yang terlihat sangat menggiurkan.

"Dih, ga boleh ini punya gue!" dengan gesit Aletta mengangkat nasi dari hadapan Arvin, ia tak akan mau kecolongan lagi kali ini.

"Ayolah Aletta bagi, dikitttt aja!" bujuk Arvin, laki-laki itu menekuk jarinya membentuk lingkaran sekecil mungkin. berharap Aletta mau mengasihinya.

"Gak boleh!" Aletta segera berdiri, mengangkat bungkusan itu setinggi-tingginya. Sejenak ia melupakan rasa sakit yang sempat melandanya.

Arvin tak mau kalah. Laki-laki itu tak tinggal diam, ia turut berdiri dan dengan mudah berhasil mengambil alih bungkusan dari gadis pendek di hadapannya.

Aletta yang menyadari itu langsung berkacang pinggang, menatap Arvin yang langsung duduk dengan wajah sumringah.

Lagi dan lagi Arvin berhasil membuat Aletta muak. Gadis itu terus berdiri tanpa mau melihat Arvin sedikitpun.

"Lo mau lagi?" Arvin mendongak, melihat Aletta yang tengah cemberut dengan kedua pipi yang sengaja digembungkan bak ikan buntal.

Tanpa sadar, kedua sudut bibir Arvin terangkat, membentuk lengkungan indah disertai lesung di kedua sisi pipi. Melihat Aletta seperti itu seakan menjadi moodbooster tersendiri baginya.

Aletta yang sempat melirik pun merasakan gejolak hebat dalam hatinya, seakan darah berpacu lebih cepat mengalir ke seluruh tubuh. Dan perutnya terasa geli sekali, bak ada beribu kupu-kupu yang beterbangan disana.

Tidak Aletta tidak boleh memperlihatkannya, gadis itu memalingkan wajah dan dengan sengaja menggigit bibir bagian dalam, berusaha menetralkan semua rasa aneh yang ia rasakan.

"udah gak usah marah hmm, maafin gue!"

Sial, susah payah Aletta melawan semua rasa itu, tapi Arvin justru menarik pergelangan tangan dan memaksanya untuk duduk.

"Buku mulutnya?" perintah Arvin, yang langsung dituruti oleh Aletta.

Aletta sadar ini salah, tapi kenapa dia tidak bisa melawan. Rasanya seperti terhipnotis, Aletta yang suka barbar dan melawan seketika menjadi seorang yang pendiam.

Melihat itu kembali membuat Arvin tersenyum geli, tanpa sadar tangannya bergerak mengacak-acak rambut gadisnya merasa gemas.

"Nah gitu dong … udah gede, jangan rewel!"

Kalian tau bagaimana keadaan Aletta sekarang? Ya … gadis itu hanya diam. Namun, dengan sesekali mengerjapkan matanya cepat, layaknya orang linglung.

Arvin yang sadar akan hal itu, segera mengulum senyum, hingga ide jahil kembali muncul di otaknya yang terlalu smart. Perlahan tapi pasti ia lebih mendekatkan wajah ke arah Aletta, mengangkat sebelah alis dan berbisik tepat di telinga gadis itu.

"Lo kenapa Al? Udah jatuh cinta ya sama gue?"

Terpopuler

Comments

Kaia Lituhayu

Kaia Lituhayu

eh gemes bgt interaksi mereka awas kalian lama lama baper 🤧

2023-09-20

0

Jelosi James

Jelosi James

Omg, ending chapter ini bikin tergila-gila pengen next chapter! 😵

2023-08-28

0

Violeta Itzae Gonzalez O.

Violeta Itzae Gonzalez O.

Cerita ini bikin ketagihan, thor. Cepetan update lagi ya! 🤤

2023-08-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!