Alma langsung saja mengambil kertas yang tepat jatuh diatas wajahnya. Dengan rasa bingung dan juga penasaran yang tinggi, Alma kemudian membaca tulisan yang tertera pada kertas itu.
"Surat Pengunduran diri.." lirih Alma membaca judul dari tulisan tersebut. Dan kemudian matanya dengan cepat menuju kebagian bawah dimana namanya terpampang nyata disana. Alma pun langsung paham apa maksud dari itu semua.
"Ya Allah, bang Rifan..!! Apakah Bang Rifan yang membuat surat ini?" tanya Alma dengan wajah yang panik.
"Yup, benar sekali sayang. Tapi, Ini salinannya, sedangkan yang aslinya sudah Bang Rifan antar ke kampus tadi pagi." jawab Rifan dengan tersenyum lebar. Sedangkan Alma langsung menghela nafas pendek dengan tubuhnya yang semakin terasa lemas.
"Bang.. Alma gak mau berhenti kuliah, Alma masih ingin.."
"Sssttt... Diam!!" potong Rifan dengan melotot kan matanya kearah Alma dan juga ia memberikan sebuah senyuman getir yang agak menyeramkan bagi Alma. Padahal baru saja Alma merasa bahagia atas kepedulian dan perhatian yang diberikan oleh suaminya tadi itu, namun semuanya seakan sirna setelah apa yang ia saksikan selanjutnya. Mata yang melotot dan senyuman yang menyeramkan itu sudah jelas sebagai tanda bahwa Rifan belum kembali seperti Rifan yang Alma kenal. Malahan Alma merasa sangat asing dengan sosok Rifan yang ada disampingnya saat ini.
Kemudian, Alma terlihat akan mengeluarkan suara lagi namun niatnya itu tidak jadi tatkala ia melihat Nia datang bersama seorang dokter disampingnya. Dokter tersebut langsung saja memeriksa keadaan Alma. Dan setelah itu, memberitahu kepada Rifan dan Nia tentang keaadan Alma yang sudah mulai membaik.
"Pasien sudah boleh pulang siang nantik ya." ujar Dokter itu sebelum ia pergi meninggalkan kamar rawatan Alma.
"Kamu temanin kak Alma ya Nia, abang mau urus administrasi dulu." kata Rifan yang langsung dijawab dengan anggukkan kepala oleh Nia.
Setelah Rifan ikut keluar juga dari sana, Alma kemudian memasang wajah serius dan berniat akan bertanya kepada Nia tentang perkataannya tadi yang masih menggantung. Akan tetapi, Nia seperti menghindar dari Alma. Ia terlihat sibuk mengemas - ngemas barang, tanpa sedikitpun melihat kearah Alma yang siap akan bertanya.
"Nia, kak Boleh bertanya?" karena tidak tahan dengan sikap cuek yang ditunjukkan oleh Nia, maka Alma pun akhirnya mengeluarkan suaranya juga.
"Jika yang ingin Kak tanyakan tentang apa yang Nia sampaikan tadi, maaf ya kak Alma.. Nia tidak bisa membeberkannya panjang lebar lagi. Nia cuman berharap kak Alma bisa lebih banyak bersabar menghadapi sikap bang Rifan, karena.. Semua yang dilakukan bang Rifan adalah demi kebaikan kakak dan juga calon bayi kakak dan bang Rifan." ujar Nia dengan penuh misterius.
"Tapi, kenapa seperti itu? Ada apa sebenarnya?" tanya Alma lagi semakin penasaran. Namun, Nia hanya tersenyum tipis tanpa menjawab pertanyaan dari Alma. Dan tidak lama kemudian, Rifan pun datang sehingga membuat Alma hanya bisa pasrah walaupun di benaknya kini bersarang pertanyaan besar.
...💞💞💞💞...
Berberapa hari kemudian...
Dari hasil USG diketahui bahwa kandungan Alma agak lemah, maka dokter menyarankan Alma untuk banyak beristirahat dirumah dan mengurangi aktifitas diluar rumah. Tentu saja hal itu semakin membuat Rifan lebih leluasa untuk terus mengurung Alma didalam kamar. Sebenarnya Alma tidak masalah ia harus bedrest total untuk sementara waktu dirumah menjelang kandungannya ini bisa normal kembali, tapi yang jadi masalahnya adalah perlakuan Rifan yang sangat over protektif terhadapnya belum juga hilang. Rifan masih saja mencurigai Alma mempunyai hubungan khusus dengan Rama, kakak seniornya dikampus sekaligus teman satu SMA Rifan dulu.
Alma sudah berkali - kali menjelaskan kepada Rifan bahwa dia tidak pernah memiliki hubungan dengan Rama, jangankan untuk berhubungan lebih jauh, sedangkan saling bertegur sapa dan bertemu saja mereka sangat jarang, meskipun dulu waktu remaja mereka sempat dekat karena rumah kedua orang tua mereka berdekatan dikampung. Tapi, itu sudah lama sekali. Baik Alma bahkan Rama sudah menjalani kehidupan masing - masing.
Pagi itu, sebelum Rifan kekampus, Alma memberanikan diri lagi untuk berbicara baik - baik dengan Rifan. Bicara dari hati ke hati, Alma ingin membujuk Rifan agar tidak jadi menyuruhnya untuk berhenti kuliah.
"Bang Rifan.." panggil Alma dengan suara yang lembut. Saat itu, Rifan baru saja selesai mandi dan hendak memakai pakaiannya.
"Hhhmmm..." jawab Rifan dengan bergumam.
"Alma boleh gak temankan bang Rifan sarapan dibawah pagi ini?" tanya Alma berasa - basi. Tapi, sebenarnya ia juga bosan harus makan didalam kamar terus.
"Kamu gak boleh banyak gerak, gak dengar apa kata dokter kemarin? Kalo kamu mau kebawah itu butuh energi juga untuk turun naik tangga. Biar saja bibik yang antarkan sarapan untuk kamu." kata Rifan dengan nada ketus.
"Ohh.. Iya bang," kata Alma dengan nada lemas. Kemudian hening untuk beberapa saat, sampai akhirnya Alma kembali memberanikan diri untuk mulai membujuk suaminya itu.
"Bang.. Nantik kalau kandungan Alma sudah membaik, apakah Alma boleh keluar dari kamar ataupun.. pergi ke kampus?" tanya Alma dengan perlahan - lahan, entah kenapa ia menjadi takut untuk berbicara banyak kepada suaminya itu. Mendengar pertanyaan yang di ajukan oleh Alma tersebut, sontak saja membuat Rifan menoleh kearah Alma dengan menampakkan wajahnya yang sangar itu.
"M-maaf ya bang, kalau Alma lancang bertanya tentang ini..." ujar Alma lalu menundukkan wajahnya karena ia tidak tahan dengan tatapan yang diberikan oleh Rifan.
"Alma cuman ingin.. Bang Rifan mengizinkan Alma untuk tetap kuliah bang.. Alma mohon Bang, Alma masih ingin tetap kuliah.." lanjut Alma lagi dan kali ini dengan terisak - isak. Sedangkan didalam hatinya sejak tadi tidak berhenti berdoa untuk kelembutan hati suaminya tersebut.
"Alma janji tidak akan pernah melakukan apa yang tidak Bang Rifan sukai, Alma akan selalu menuruti perintah dan keinginan Bang Rifan, tapi.. Kalo untuk berhenti kuliah, Alma mohon.. Jangan lakukan itu Bang, Tolong dipertimbangkan lagi, Ya...?" bujuk Alma dengan tatapan yang sayu.
Rifan masih tak bergeming, tapi kali ini ia berjalan kearah tempat tidur dimana Alma sejak tadi duduk dipinggir sana.
"Sepertinya.. Kamu begitu berat untuk meninggalkan kuliah kamu, benarkah begitu? Atau sebenarnya bukan kuliahnya yang kamu inginkan, melainkan ada sesuatu yang lebih berharga dari itu semua..." kata Rifan yang kembali mencurigai Alma.
"Buukaan Bang, Alma benar - benar ingin tetap kuliah, bukan karena yang lain." Alma langsung menepis kecurigaan Rifan. Alma pun sebenarnya tahu kemana arah sindiran Rifan tersebut, makanya Alma bertekad akan terus menyakinkan Rifan dan membujuknya agar ia mencabut keputusan tersebut.
Alma masih tetap dengan usahanya, dan perlahan - lahan Rifan pun mulai mersepon dengan baik. Namun, respon yang mulai baik itupun tidak berlangsung lama tatkala ada sebuah panggilan masuk ke handphone Alma yang sejak tadi terletak manis disampingnya. Dan tentu saja nama seseorang yang menelpon Alma tersebut terlihat jelas oleh Rifan. Wajah Rifan langsung memerah karena menahan amarah yang siap akan meledak..
...💕💕💕💕...
BERSAMBUNG..
"JANGAN LUPA BERI LIKE DAN KOMENTARNYA YA, INSHAALLAH CERITANYA AKAN UPDATE SETIAP HARI.. "
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Siti Zuriah
kasian alma terlalu tertekan oleh suami nya yg posesif
2023-08-31
2