"Hai, Alma...!! Melamun aja aku perhatikan sejak tadi, sedang Mikirin apa sih?" sebuah suara lembut menyapa Alma dari belakang punggungnya. Alma yang sejak tadi masih duduk didalam kelas langsung menoleh kebelakang dan mendapati seorang wanita berhijab panjang sedang tersenyum manis kepadanya.
"Eh, Khadijah. Kamu Bikin kaget aku saja," ucap Alma dengan tersenyum tipis.
"Afwan Ma.. kalau bikin kamu kaget. Tapi, aku penasaran deh. Kamu sejak tadi kok diam aja? Seperti sedang memikirkan sesuatu gitu, apa ada masalah ya? Terus.. wajah kamu juga agak pucat. Kamu lagi sakit ya Ma?" tanya Khadijah dengan nada risau seraya menyentuh lembut dahi teman dekatnya itu.
"Ngak kok Dijah, aku baik - baik saja." kata Alma lalu kemudian menunduk, seakan menyembunyikan wajahnya dari Khadijah. Alma yakin pasti terlihat sekali dari wajahnya bahwa ia sedang berbohong Karena memang Alma sedang tidak baik - baik saja saat ini.
Sejak tadi pagi lagi Alma sudah tidak bersemangat untuk mengikuti perkuliahannya hari ini. Pikirannya bercabang - cabang, ditambah lagi didalam hatinya masih bersarang bermacam - macam pertanyaan tentang kejadian tadi malam. Yah.. Kejadian atas perlakuan tak terduga yang diberikan Rifan terhadapnya. Perlakuan dan juga perkataan kasar yang bertubi - tubi dilontarkan oleh suaminya itu terhadapnya. Dan sampai detik ini pun, Alma belum mendapatkan jawaban atas semuanya. Lelah Alma bertanya kepada Rifan, ada apa dan kenapa dirinya tiba - tiba berubah, tapi Rifan tidak kunjung memberikan jawaban yang menenangkan hati Alma malahan sebaliknya ia dihujami kata - kata cacian kasar yang keluar dari lisan lelaki yang sangat dicintainya itu.
"Kalau kamu lagi ada masalah, kamu cerita donk sama aku, Ma. Jangan dipendam - pendam sendiri, kita kan sudah lama kenal dan bersahabat. Sejak SMP lagi, jadi aku harap kamu bisa lebih terbuka ya sama aku." ujar Khadijah yang masih setia duduk di samping Alma. Khadijah sudah sejak tadi memperhatikan gerak gerik Alma yang ia yakini pasti sedang tidak baik - baik saja. Alma hanya mengangguk pelan dengan kembali tersenyum tipis.
Beberapa menit kemudian, Alma merasakan ada sebuah tekanan dari dalam perutnya, yang akan mendorong sesuatu untuk keluar. Alma mendadak mual dan ingin muntah. Maka, Alma buru - buru menutup mulutnya dan kemudian berdiri dari kursi yang ia duduki saat tadi.
"Ma? Kenapa?" tanya Khadijah dengan bingung.
"Aku.. Aku ke toilet sebentar ya." pamit Alma dan bergegas keluar dari kelas.
"Mau aku temanin, Ma?" tawar Khadijah namun langsung dijawab dengan gelengan kepala oleh Alma yang sudah diambang pintu keluar.
Sesampainya Alma didalam toilet, wanita itu langsung saja mengeluarkan cairan bening dari dalam mulutnya. Alma muntah berkali - kali, tapi hanya muntah air saja karena memang sejak tadi pagi perutnya belum diisi oleh makanan sedikitpun. Alma seakan tidak nafsu makan diakibatkan karena perubahan sikap yang ditampakkan Rifan tadi malam terhadapnya.
Setelah memastikan tidak ada lagi perasaan ingin muntah, maka Alma pun keluar dari toilet dengan memegang perutnya yang mulai terasa perih.
"Aduuh, sepertinya magh aku kambuh nih." keluh Alma dengan mengeryitkan keningnya karena menahan sakit.
"Sabar ya sayang, ibu akan cari makanan dulu untuk kamu.." lirih Alma sembari memandang kearah perutnya dan juga sambil mengelus - elus perutnya tersebut.
Setelah itu, Alma berjalan menuju kearah kantin. Dan saat pertengahan jalan, tiba - tiba saja tubuh Alma terasa oyong dan akan tumbang. Alma lalu berhenti berjalan sedangkan tangan kirinya memegang tembok yang ada disebelahnya. Alma seperti tidak kuat untuk berjalan, jangankan untuk berjalan, untuk berdiri dan menompang badannya sendiri saja ia seakan tidak mampu lagi. Semua yang ada disekitarnya seakan bergoyang. Dan detik kemudian, tubuh Alma akhirnya ambruk juga dan terjatuh kebawah. Namun, belum sempat tubuhnya menyentuh lantai, seorang laki - laki malah menyambut tubuhnya dari belakang.
"Alma, kamu kenapa? Kamu sakit ya?" tanya laki - laki itu dengan nada risau. Laki - laki tersebut masih memegang tubuh Alma dari belakang, sedangkan Alma saat itu sudah terduduk dilantai dengan lemas. Dan bersamaan itu pula, Rifan datang dan sudah dapat dipastikan melihat Alma dipeluk dari belakang oleh laki - laki itu. Wajah Rifan langsung berubah merah padam, amarah suaminya itu kembali memuncak. Lalu dengan cepat Rifan langsung saja menarik tangan Alma dengan kasar agar menjauh dari laki - laki tersebut. Dan kemudian Rifan membawa Alma dengan setengah menyeretnya kearah parkiran.
"Fan, jangan kasar gitu lah sama istri sendiri. Lagi pula, sepertinya Alma sedang sakit tu.." ucap lelaki itu dengan wajah tak senang.
"Bukan urusan kamu!!" ketus Rifan dengan garang dan tetap menarik tangan Alma menuju ke parkiran.
...🌺🌺🌺🌺...
Sesampainya dirumah, tanpa berkata apapun Rifan langsung saja menarik tangan Alma untuk keluar dari dalam mobilnya.
"Bang Rifan, sakit.. Kenapa kasar sekali sih?" protes Alma karena sejak tadi Rifan selalu menarik tangannya dengan kasar. Namun, Rifan sama sekali tidak menghiraukan keluhan Alma tersebut. Ia tetap menarik tangan Alma menuju ke kamar mereka. Dan sesampainya didalam kamar, Rifan kemudian mendorong tubuh Alma hingga jatuh dan terduduk diatas tempat tidur.
"Aduuh.." desis Alma yang seakan merasakan tubuh mungilnya itu melayang dan terhempas disana.
"Bang, bang Rifan kenapa jadi kasar begini? Kok tega sekali nyakiti Alma?" tanya Alma dengan beruraian air mata. Ia sungguh merasa sedih, padahal saat ini ia butuh perhatian dari Rifan karena rasa tidak enak pada badannya. Tapi, bukannya perhatian yang ia dapati, malahan perlakuan kasar yang kembali ia terima.
"Perempuan centil seperti kamu tidak layak diperlakukan dengan baik." desis Rifan seraya melihat tajam kearah Alma.
"Apa? Centil? Maksud bang Rifan apa dengan mengatakan Alma centil?" tanya Alma yang merasa heran dengan tuduhan yang dilayangkan oleh Rifan.
"Kamu malah bertanya apa maksud aku ha? Gak sadar dengan apa yang kamu lakukan dibelakang aku tadi?" kata Rifan dengan nada tinggi.
"Melakukan apa? Alma.. gak melakukan apa - apa di belakang bang Rifan.." ucap Alma membela dirinya.
"Cih.. jangan berpura - pura polos dan bodoh gitu kamu, Alma. Aku sudah tau semuanya, bagaimana kamu sebenarnya." kata Rifan dengan menyunggingkan senyum getirnya.
"Alma gak ngerti apa maksud bang Rifan." kata Alma dengan menggeleng - gelengkan kepalanya.
"Oh ya? Tidak mengerti kamu bilang, jadi apa tadi itu ha? Kenapa Kamu diam saja dipeluk oleh Rama dari belakang? Apa kamu menikmatinya ha? Menyukainya? IYA KAN??" tanya Rifan dengan membentak - bentak, ditambah lagi matanya itu melotot gusar kearah Alma sehingga membuat Alma menjadi ketakutan.
"Tidak bang, itu tidak seperti bang Rifan pikirkan. Tadi itu Alma..." belum sempat Alma menyelesaikan kalimatnya, amarah Rifan kembali meledak - ledak. Dan Kali ini malah menendang sebuah kursi yang tak bersalah didalam kamar itu kesembarang arah. Kejadian barusan benar - benar membuat Alma syok.
"Mulai besok aku tidak akan izinkan kamu lagi untuk ke kampus. Kamu HARUS BERHENTI KULIAH." tegas Rifan dengan berapi - api. Sedangkan Alma hanya terdiam dan tersandar lemas ditempat tidurnya.
Bersamaan dengan itu pula, tanpa mereka sadari sejak tadi ada seseorang yang berdiri didepan pintu kamar mereka yang tak tertutup rapat. Sudah dapat dipastikan seseorang itu mendengar semua pembicaraan mereka dengan sebuah senyuman licik yang tergambar disana.
...🌺🌺🌺🌺...
BERSAMBUNG..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments