CHAPTER 4 - Masalah

Terhitung sudah satu minggu pertengkaran Raline dan juga Adnan. Keesokan paginya setelah perdebatan mereka, Adnan menghubungi kekasihnya jika ia akan pergi menemui klien di luar kota.

Saat Raline sibuk berpikir akan melanjutkan atau mengakhiri hubungannya, ponselnya berdering tanda panggilan masuk.

Setelah melihat nama si penelepon, Raline menggeser tombol hijau. "Ada apa, Mas?" tanyanya.

"Aku mau ngabarin, kayaknya aku gak jadi pulang hari ini," jawab si penelpon yang tak lain merupakan Adnan.

Mendengar hal itu, ekspresi Raline tampak sedikit murung. "Gak papa, Mas," balas gadis itu.

"Maaf ya, soalnya gak ada yang bisa aku suruh buat gantiin," lirih Adnan. Semalam, pria itu sudah berjanji untuk mengajak Raline pergi keliling pusat kota.

"Tenang aja, Mas. Kita masih bisa pergi setelah kamu menyelesaikan pekerjaanmu," Raline memaklumi hal itu karena memang kekasihnya itu anak tunggal.

"Sekali lagi aku minta maaf ya," ucap Adnan dengan penuh sesak.

"Iya, Mas. Cepat selesaikan urusan kamu, biar bisa segera pulang."

Mereka mengobrol cukup lama, saling menyalurkan rindu karena sudah satu minggu tidak bertemu.

Tetapi setelah sambungan telepon mati, Raline menghela napasnya dengan kasar. Adnan adalah satu-satunya laki-laki yang mau menerima dirinya apa adanya.

Sebelumnya memang ada beberapa laki-laki yang mendekatinya, tapi mereka semua tiba-tiba menghilang begitu saja ketika Raline mengatakan jika dirinya bekerja sebagai seorang kasir.

Begitulah manusia, mereka hanya ingin yang terbaik untuk dirinya.

Hari ini Raline tidak bekerja karena memang jadwalnya untuk libur. Waktu liburnya hanya ia habiskan untuk bersih-bersih rumah yang luasnya tidak seberapa itu. Tetapi terasa begitu nyaman untuk ditinggali.

Setelah semuanya selesai, Raline bersiap untuk pergi berbelanja. Dia akan berbelanja di dekat rumahnya, dengan mengayuh sepedanya.

Raline kembali ke rumah setelah mendapatkan apa yang ingin ia beli. Ketika dia hampir sampai di depan rumahnya, ada mobil mewah yang terparkir di sana.

Gadis itu hanya mengedipkan bahunya, mungkin mobil tamu tetangga sebelah rumahnya, pikirnya.

Tetapi saat ia hendak memarkirkan sepedanya di teras rumahnya, ada seseorang yang berbicara di belakangnya.

"Hey kamu."

Dia segera menoleh, dan begitu terkejut melihat siapa yang berbicara padanya. Di hadapannya sekarang, berdiri Ibu dari kekasihnya dengan begitu angkuh. Ternyata mobil yang terparkir itu adalah milik wanita tua itu.

"Iya, ada yang bisa saya bantu,?" tanya Raline dengan sopan.

"Darimana aja kamu, saya udah nunggu dari tadi!"

Sepertinya kedatangan wanita ini bukan pertanda hal bagus, batinnya. "Maaf, Bu. Saya baru selesai berbelanja."

Bagaimanapun, wanita itu adalah Ibu dari kekasihnya. Ia harus berperilaku dengan baik di depannya. "Mari masuk Bu. Maaf, rumah saya kecil," ucap Raline dan segera membuka pintu rumahnya.

Dengan tampang yang terlihat enggan, wanita tua itu tetap melangkahkan kakinya di belakang Raline. Ada yang harus wanita itu lakukan!

"Ibu mau minum apa? Biar saya ambilkan," tawar Raline. Mau diterima atau tidak, yang penting dia sudah menawari. Itu adalah salah satu bentuk kesopanan terhadap tamu.

"Gak usah! Palingan punyamu cuma air putih," tolaknya, seperti yang sudah di bayangkan oleh Raline.

Gadis itu masih tetap pada posisi berdiri di dekat Ibu Adnan yang duduk di sofa usang miliknya. Untuk informasi, wanita itu sudah melapisi sofa dengan sapu tangan yang ia bawa.

"Jika saya boleh tau, ada keperluan apa sehingga ibu jauh-jauh datang kemari?"

Dia tidak perlu bertanya darimana wanita itu mendapatkan alamat rumahnya. Bagi orang kaya, ini hanyalah masalah sepele.

"Kenapa kamu gak nolak waktu diajak pacaran sama Adnan! Kamu pasti pake pelet, kan?!" tuduhnya dengan garang.

Serendah itukah, dirinya?

"Maaf, saya tidak segila itu. Sedari awal saya sudah menolak, tetapi anak Anda selalu datang setiap hari untuk merusuh di tempat kerja saya. Dia tidak akan berhenti sebelum saya menerimanya. Apalagi yang bisa saya lakukan selain menerimanya?" jelas Raline dengan tenang.

Dari awal Raline sudah mengatakan jika Adnan sangat gigih untuk meluluhkan hatinya, bukan? Itulah yang dilakukan pria itu, membuat gaduh di minimarket seperti orang gila yang mana menganggu kenyamanan para pembeli.

"Alasan! Adnan itu laki-laki berpendidikan tinggi. Dari kecil sudah diajari agar selalu berwibawa. Tidak mungkin dia melakukan hal itu!"

Mendengar jawaban itu, Raline hanya bisa menghela napasnya pelan. "Terserah Ibu mau percaya atau tidak. Sekalipun saya menjelaskan sampai mulut saya berbusa, Ibu tidak akan pernah percaya sama saya."

"Adnan sering kesini?" tanya wanita itu mengalihkan pembicaraan.

Raline menganggukkan kepalanya. "Dia kesini pagi dan sore, buat mengantar jemput saya," jawabnya jujur.

Wanita itu menatap Raline dengan sinis. "Udah miskin, masih aja nyusahin anak orang!" cibirnya. "Asal kamu tahu! Dia di rumah diperlukan seperti pangeran, dan di sini kamu jadikan dia babu?!" lanjutnya.

Raline menggeleng keras. "Dia sendiri yang mau! Saya tidak pernah meminta maupun memaksa," belanya.

Dengusan kasar menggema di ruang tamu yang luasnya tak seberapa itu. "Heran! Apa yang di lihat dari wanita miskin harta dan ilmu kayak kamu ini!"

Di hina? Sudah biasa bagi Raline. "Kenapa Ibu tidak bertanya sendiri pada Mas Adnan?"

"Yang dia ceritakan cuma kebaikan, kebaikan, dan kebaikan yang kamu lakukan. Tidak ada yang bisa dibanggakan," jawabnya berterus terang.

Raline sama sekali tidak terkejut mendengar hal itu. Adnan memang sudah berkali-kali mengatakan padanya, jika ia bisa jatuh cinta pada Raline karena kebaikannya. Padahal dia tidak pernah merasa jika dirinya adalah orang baik.

"Kamu pasti sudah tau kan, kalau Adnan tidak jadi pulang hari ini?" tanyanya.

Raline mengangguk, "Iya. Mas Adnan sudah mengabari saya."

Wanita itu terlihat antusias mendengar jawaban Raline. " Bicara apa dia sama kamu?" tanyanya dengan raut penasaran yang sangat kentara.

"Ada masalah yang harus dia selesaikan sendiri."

Entah kenapa wanita tua itu tiba-tiba tertawa. "Kamu percaya?"

Dengan mantap Raline mengangguk. "Iya. Memangnya ada hal lain?" balasnya yang terdengar penasaran.

"Bodoh! Sangat bodoh!" ujar wanita itu.

Raline mengernyitkan dahinya bingung. Dari nada bicara dan juga wanita itu yang tiba-tiba tertawa, sepertinya memang ada yang tidak beres, batinnya.

Wanita itu berdehem pelan. "Adnan memang keluar kota selama satu minggu ini. Tapi bukan untuk mengurus pekerjaan. Dia pergi menemui gadis yang akan dijodohkan padanya," jelasnya dengan senyum miring.

Deg!

Jantung Raline langsung bekerja dengan keras. Meskipun ia sudah berpikir positif sedari tadi, itu masih tidak bekerja.

"Saya peringatkan kamu! Meskipun dia anak satu-satunya, bukan berarti apa yang dia inginkan akan selalu terpenuhi. Apalagi menyangkut pendampingnya, semoga setelah pertemuan ini dia berubah pikiran dan mau meninggalkan kamu!"

Rasa kecewa datang menyeruak begitu saja ketika mendengar kekasihmu sendiri pergi menemui wanita lain, lebih parahnya lagi sampai berbohong.

"Itu saja yang mau saya bicarakan sama kamu. Kamu itu tidak lebih seperti pungguk yang merindukan bulan!"

Setelah mengatakan itu, Wanita tua itu berdiri dari duduknya dan melirik Raline dengan sinis sebelum keluar.

Raline hanya mengikuti langkah wanita itu dari belakang tanpa berkata apapun. Setelah mobil melaju pergi, gadis itu duduk termenung di kursi teras.

Tak terasa matahari sudah berada di atas kepala. Raline mengambil belanjanya dan masuk ke dalam. Keinginan untuk memasak hilang seketika.

Gadis itu masuk ke dalam kamarnya untuk menghubungi kekasihnya. Panggilan pertama tidak ada jawaban, begitu panggilan kedua. Barulah ketika panggilan ketiga, laki-laki itu mengangkat panggilannya.

"Gimana, Sayang? Tumben telpon dulu, aku masih ditempat rapat," kata Adnan dengan napas yang terengah.

Raline menggelengkan kepalanya, meskipun kekasihnya itu tidak melihatnya. "Cuma mau telpon aja. Gak boleh ya?"

"Boleh kok, boleh banget. Tapi gak biasanya aja," suara kekehan Adnan terdengar. Saat Raline akan kembali bertanya, sebuah suara membungkam mulutnya seketika.

"Nannnn...kamu teleponan sama siapa sih kok lama banget?"

Suara seorang wanita yang terdengar begitu manja menggerutu kepada Adnan. Tanpa pikir panjang, Raline segera mematikan sambungan teleponnya.

Dadanya terasa begitu sesak, kekasihnya benar-benar berbohong kepadanya. Padahal dia hampir tidak percaya dengan perkataan Ibu Adnan, tetapi sekarang semuanya sudah jelas.

Ponsel Raline berdering berulangkali, sudah pasti itu dari kekasihnya. Tetapi dia sama sekali tidak berniat untuk mengangkatnya. Tak hanya panggilan, suara pesan masuk datang beruntun.

Raline memilih untuk mengganti ponselnya menjadi mode diam, dan dia memilih untuk tidur.

Bersambung

Nyambung ga sih chap ini?🥲

See you on the next chap

Thanks buat yang udah baca🤩

Terpopuler

Comments

Killspree

Killspree

Nggak bisa bayangkan hidup tanpa cerita dan karakter dalam karya ini!

2023-08-30

1

lihat semua
Episodes
1 CHAPTER 1 - Awal Mula
2 CHAPTER 2 - Bingung
3 CHAPTER 3 - Pertengkaran
4 CHAPTER 4 - Masalah
5 CHAPTER 5 - Pilihanku
6 CHAPTER 6 - Hari Bahagia yang?
7 CHAPTER 7 - Akhirnya
8 CHAPTER 8 - Pulang?
9 CHAPTER 9 - Isi Hati
10 CHAPTER 10 - Makan Malam
11 CHAPTER 11 - Hari Kedua
12 CHAPTER 12 - Bioskop
13 CHAPTER 13 - Drama Pagi
14 CHAPTER 14 - Hari Pertama Kuliah
15 CHAPTER 15 - Celine
16 CHAPTER 16 - Tak Berjudul
17 CHAPTER 17 - Sepupu Celine
18 CHAPTER 18 - Liburan
19 CHAPTER 19 - Sunset
20 CHAPTER 20 - Rumah
21 CHAPTER 21 - Speak up
22 CHAPTER 22 - Rumah Baru
23 CHAPTER 23 - Tamu tak di Undang?
24 CHAPTER 24 - Mobil
25 CHAPTER 25 - Menggoda
26 CHAPTER 26 - Hari Pertama di Rumah Baru
27 CHAPTER 27 - Supermarket
28 CHAPTER 28 - Kunjungan
29 CHAPTER 29 - Berani
30 CHAPTER 30 - Lagi dan Lagi
31 CHAPTER 31 - Foto
32 CHAPTER 32 - Tak Berjudul 2
33 CHAPTER 33 - Syarat
34 CHAPTER 34 - ?
35 CHAPTER 35 - Malam Peluncuran
36 CHAPTER 36 - Lelah
37 CHAPTER 37 - Berat
38 CHAPTER 38 - Baikan
39 CHAPTER 39 - Ayah
40 CHAPTER 40 - Tak Sadar
41 CHAPTER 41 - Have Fun
42 CHAPTER 42 - Power Rangers
43 CHAPTER 43 - Anniversary yang Terlupakan
44 CHAPTER 44 - Terjadi
45 CHAPTER 45 -Siuman
46 CHAPTER 46 - Papa
47 CHAPTER 47 - Sopan Santun?
48 CHAPTER 48 - Tuan
49 CHAPTER 49 - Jalan -Jalan
50 CHAPTER 50 - Unek-Unek
51 CHAPTER 51 - Tamparan
52 CHAPTER 52 - Apakah itu?
53 CHAPTER 53 - HAPPY 3rd BIRTHDAY AITHAN
54 CHAPTER 54 - Sedikit demi Sedikit
55 CHAPTER 55 - Suami Baru?
56 CHAPTER 56 - Sebuah Fakta
57 CHAPTER 57 - Zonk
58 CHAPTER 58 - Bantuan
59 CHAPTER 59 - Puas
60 CHAPTER 60 - Sedikit
61 CHAPTER 61 - 30%
62 CHAPTER 62 - Semakin Menjadi
63 CHAPTER 63 - Join?
64 CHAPTER 64 - Kejutan
65 CHAPTER 65 - Terungkap
66 CHAPTER 66 - Tempat Tinggal Baru
67 CHAPTER 67 - Bahagia
68 CHAPTER 68 - Bertemu Kembali
69 CHAPTER 69 - Rahasia Baru
70 CHAPTER 70 - Permintaan Maaf
71 CHAPTER 71 - Dendam Tersembunyi
72 CHAPTER 73 - Fakta Baru Lagi
73 CHAPTER 73 - Benang Kusut
74 CHAPTER 74 - Cerita
75 CHAPTER 75 - Kita
76 CHAPTER 76 - Hamil
77 CHAPTER 77 - 7 Bulan
78 CHAPTER 78 - Suamiku
79 CHAPTER 79 - Takdir
80 CHAPTER 80 - Akhir dari Segalanya
81 Cerita Baru - (Aku dan Rahasiaku)
82 Cerita baru - JINGGA SWASTAMITA
83 Cerita Baru - Bukan Pilihan Gila
Episodes

Updated 83 Episodes

1
CHAPTER 1 - Awal Mula
2
CHAPTER 2 - Bingung
3
CHAPTER 3 - Pertengkaran
4
CHAPTER 4 - Masalah
5
CHAPTER 5 - Pilihanku
6
CHAPTER 6 - Hari Bahagia yang?
7
CHAPTER 7 - Akhirnya
8
CHAPTER 8 - Pulang?
9
CHAPTER 9 - Isi Hati
10
CHAPTER 10 - Makan Malam
11
CHAPTER 11 - Hari Kedua
12
CHAPTER 12 - Bioskop
13
CHAPTER 13 - Drama Pagi
14
CHAPTER 14 - Hari Pertama Kuliah
15
CHAPTER 15 - Celine
16
CHAPTER 16 - Tak Berjudul
17
CHAPTER 17 - Sepupu Celine
18
CHAPTER 18 - Liburan
19
CHAPTER 19 - Sunset
20
CHAPTER 20 - Rumah
21
CHAPTER 21 - Speak up
22
CHAPTER 22 - Rumah Baru
23
CHAPTER 23 - Tamu tak di Undang?
24
CHAPTER 24 - Mobil
25
CHAPTER 25 - Menggoda
26
CHAPTER 26 - Hari Pertama di Rumah Baru
27
CHAPTER 27 - Supermarket
28
CHAPTER 28 - Kunjungan
29
CHAPTER 29 - Berani
30
CHAPTER 30 - Lagi dan Lagi
31
CHAPTER 31 - Foto
32
CHAPTER 32 - Tak Berjudul 2
33
CHAPTER 33 - Syarat
34
CHAPTER 34 - ?
35
CHAPTER 35 - Malam Peluncuran
36
CHAPTER 36 - Lelah
37
CHAPTER 37 - Berat
38
CHAPTER 38 - Baikan
39
CHAPTER 39 - Ayah
40
CHAPTER 40 - Tak Sadar
41
CHAPTER 41 - Have Fun
42
CHAPTER 42 - Power Rangers
43
CHAPTER 43 - Anniversary yang Terlupakan
44
CHAPTER 44 - Terjadi
45
CHAPTER 45 -Siuman
46
CHAPTER 46 - Papa
47
CHAPTER 47 - Sopan Santun?
48
CHAPTER 48 - Tuan
49
CHAPTER 49 - Jalan -Jalan
50
CHAPTER 50 - Unek-Unek
51
CHAPTER 51 - Tamparan
52
CHAPTER 52 - Apakah itu?
53
CHAPTER 53 - HAPPY 3rd BIRTHDAY AITHAN
54
CHAPTER 54 - Sedikit demi Sedikit
55
CHAPTER 55 - Suami Baru?
56
CHAPTER 56 - Sebuah Fakta
57
CHAPTER 57 - Zonk
58
CHAPTER 58 - Bantuan
59
CHAPTER 59 - Puas
60
CHAPTER 60 - Sedikit
61
CHAPTER 61 - 30%
62
CHAPTER 62 - Semakin Menjadi
63
CHAPTER 63 - Join?
64
CHAPTER 64 - Kejutan
65
CHAPTER 65 - Terungkap
66
CHAPTER 66 - Tempat Tinggal Baru
67
CHAPTER 67 - Bahagia
68
CHAPTER 68 - Bertemu Kembali
69
CHAPTER 69 - Rahasia Baru
70
CHAPTER 70 - Permintaan Maaf
71
CHAPTER 71 - Dendam Tersembunyi
72
CHAPTER 73 - Fakta Baru Lagi
73
CHAPTER 73 - Benang Kusut
74
CHAPTER 74 - Cerita
75
CHAPTER 75 - Kita
76
CHAPTER 76 - Hamil
77
CHAPTER 77 - 7 Bulan
78
CHAPTER 78 - Suamiku
79
CHAPTER 79 - Takdir
80
CHAPTER 80 - Akhir dari Segalanya
81
Cerita Baru - (Aku dan Rahasiaku)
82
Cerita baru - JINGGA SWASTAMITA
83
Cerita Baru - Bukan Pilihan Gila

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!