Benar saja, tepat 5 menit sebelum jam kerja Raline selesai, Adnan datang untuk menjemputnya. "Tunggu sebentar. Mau beresin ini dulu," ucap wanita itu.
Adnan mengangguk dan menunggu kekasihnya dengan memainkan ponselnya. Tak lama kemudian, Raline sudah selesai dan sudah siap untuk pergi. "Ayo!" ajaknya.
Raline hanya bekerja di sana dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore. Jika sudah malam, minimarket akan dibuka kembali dan dijaga oleh pemiliknya sendiri.
Kini keduanya sudah berada di atas motor milik Adnan, "Tumben pake motor?" tanya Raline agak mengeraskan suaranya.
"Iya. Biar lebih romantis," jawab Adnan tak kalah kerasnya. Raline yang mendengar hal itu mencubit pelan perut Adnan dan mengeratkan pelukannya.
Sore ini jalanan terlihat begitu ramai, mungkin inilah alasan Adnan lebih memilih pakai motor. Tak sampai satu jam, mereka sudah sampai di salah satu Cafe yang ada di pusat kota.
Mereka masuk ke dalam Cafe yang sepertinya masih baru. Terlihat jelas ada beberapa karangan bunga ucapan selamat dan juga tulisan promo yang tercetak jelas di kertas yang ditempel di samping pintu.
Di dalam suasana cukup ramai pengunjung, hanya tinggal beberapa kursi kosong, "Mau makan apa?" tanya Adnan saat mereka sudah menemukan tempat duduk yang pas. Pria itu menyodorkan buku menu kepada Raline.
Raline menerima buku menu itu dan membukanya, "Aku mau Toast, minumnya Lemon tea aja," ucapnya setelah memilah-milah buku menu tersebut.
Adnan mengangguk dan memanggil pelayan untuk mencatat pesanan mereka. Setelah pelayan itu pergi, Ayana memberikan diri untuk bertanya.
"Kamu mau ngomong apa? Tumben sampai ngajak keluar," tanya Raline sembari menatap kekasihnya dengan pandangan bertanya-tanya.
Adnan berdehem pelan sebelum menjawab pertanyaan kekasihnya. "Sebenarnya aku udah nyiapin kebutuhan pernikahan kita dari kamar. Udah 80%," balas pria itu dengan satu tarikan napas.
Raline melotot seketika mendengar hal tersebut. "Hah! Kamu itu kebiasaan suka membuat keputusan sendiri tanpa diskusi dulu sama aku!" jawabnya dengan nada meninggi.
"Biar cepat prosesnya. Saat kamu udah siap, kita bisa langsung nikah," balas Adnan dengan entengnya.
Raline menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. "Kamu buat keputusan tanpa diskusi dulu, padahal yang akan menikah itu aku sama kamu. Kamu sendiri tau gimana respon orang tua kamu kemarin, kan?"
"Sayang. Masalah orang tuaku itu gampang. Aku bakal melakukan apapun agar bisa bareng sama kamu. Aku cinta dan sayang sama kamu," jawab Adnan dengan lembut. Meskipun di bawah meja tangannya mengepal kuat.
Wajah Raline yang memang sudah terlihat lelah, kini terlihat lebih kusut. "Jangan karena kamu anak satu-satunya, kamu berbuat semau kamu. Aku--"
Ucapan Raline terpotong saat seorang pelayan membawa pesanan mereka. "Permisi, ini makanan dan minumannya. Silahkan dinikmati," ucap pelayan itu.
Setelah meletakkan pesanan di atas meja, pelayan itu pun pamit pergi. "Makan dulu," ucap Adnan.
Tanpa menjawab, Raline mulai memakan pesanannya. Tak ada obrolan yang keluar dari mulut keduanya. Mereka sibuk dengan isi pikirannya masing-masing.
Hingga 20 menit kemudian, Raline sudah menyelesaikan makanannya. "Aku gak mau nikah kalau gak dapat restu dari orang tua kamu," celetuk wanita itu.
Adnan yang belum menyelesaikan makanannya, menghentikan kunyahannya. Kepala mendongak dan menatap kekasihnya dengan dalam. "Aku udah bilang, orang tuaku itu urusanku. Mereka seperti itu karena belum mengenal kamu sepenuhnya. Nanti mereka juga luluh sendiri," jawab pria itu penuh keyakinan.
Setelah jeda, ia kembali melanjutkan. "Kalau kamu masih belum siap menikah dalam waktu dekat. Aku tunggu sampai kamu siap. Tapi jangan terlalu lama," jelasnya.
Raline menghela napas kasar. "Pernikahan adalah hal yang sakral. Aku cuma mau menikah sekali seumur hidup. Jangan terlalu memaksakan jika nantinya akan menjadi bumerang untuk kita," balasnya.
Adnan mengangguk mengerti. "Oke. Kamu tunggu sebentar. Aku akan bujuk mereka sampai mau menerima kamu dengan senang hati."
"Apa motif kamu yang sebenarnya? Selain karena kamu cinta sama aku," tanya Raline. "Apakah karena sedari awal pacaran aku selalu menolak ketika kamu ajak ciuman atau berhubungan badan?" lanjutnya. Kata-kata itu terlintas begitu saja di otaknya.
" A..A..Aku..."
Raline tersenyum miring ketika melihat kekasihnya tergagap saat ingin menjawab. "Aku udah tau jawaban kamu. Sekarang kamu antar aku balik ke minimarket buat ambil sepeda," ujar wanita itu dengan nada datar.
"Jangan ya. Aku langsung antar rumah kamu aja," pinta Adnan dan menarik tangan Raline untuk dia genggam.
Dengan pelan, Raline melepaskan tangan kekasihnya dan berdiri dari duduknya. "Iya atau aku balik ke minimarket sendiri," ucapnya dan langsung melangkah keluar.
Dengan cepat, Adnan berdiri dari duduknya dan melangkah menuju kasir untuk membayar terlebih dahulu. Setelah itu, dia melanjutkan langkahnya untuk menyusul kekasihnya yang sudah di luar.
Dengan berat hati, pria itu akhirnya mengantar Raline sampai minimarket. Biasanya, dirinya sendirilah yang selalu mengantar jemput Raline ketika hendak pergi bekerja. Tetapi karena beberapa hari ini dia memiliki urusan, akhirnya ia membiarkan Raline pergi sendiri.
Bersambung
Udah siap buat masuk konflik?😁
Semoga suka sama chap ini, see you on the next chap 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Akbar Cahya Putra
Jleb!
2023-08-28
1