POV Raka.
A k U masih tak menyangka, kalau gadis yang kukira lugu dan polos bisa melakukan sesuatu yang kejam terhadap saudarinya.
Ya, papa baru saja menelvon ku. Dia bilang kalau perjodohan ku dengan Andira batal. Sebenarnya target ku memang bukan Andira tapi Anya.
Anya si gadis periang, dan penuh kejutan. Aku pertama kali bertemu Anya, delapan tahun lalu.
Waktu itu, dia sedang membagikan makanan di tengah jalan dengan projek ulang tahun idolanya. Aku tak tahu siapa dia yang aku tahu dia sanggat bahagia melakukan aksi sosial itu, saat itu dia masih memakai seragam sekolah abu-abunya dengan rambut pendek sebahu nya.
Setelah pertemuan itu aku menyewa detektiv untuk mengikuti dirinya, katakan aku adalah lelaki kurang ajar. Tapi aku sudah berusaha melupakan dia, tetapi hati ku berhiyanat dia memilih tetap meneruskan perasaan suka ini.
Aku sedikit kecewa, saat aku mengetahui dia memiliki kekasih. Aku dengan nya hanya terpaut tiga tahun, tapi aku sudah terjatuh dalam pesona gadis manis dengan lesung pipi di wajahnya.
Sampai akhirnya waktu itu tiba...
"Mas Akbar, aku takut ketahuan mbak Anya."
"Enggak akan, Anya terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan nya An." Lelaki itu memeluk tubuh gadis di samping nya.
Aku yang menemukan fakta bahwa, itu adalah kekasih Anya dan adik kandung Anya sangat marah. Aku tidak terima gadis yang aku sayangi dan jaga selama ini telah di permainkan oleh mereka.
Setahun aku mengamati hubungan gelap mereka, dan pada saat itu aku tahu jika Akbar lelaki bajingan itu merenggut kesucian Andira tanpa sepengetahuan Anya. Mereka benar-benar sudah keterlaluan, aku ingin memberitahu Anya tapi aku takut dia tidak percaya dan berujung meneriaki aku lelaki gila.
Dan aku mengambil kesempatan saat papa dan mama berniat menjodohkan aku dengan anak sahabatnya, dan itu adalah orangtua Anya.
Aku memilih menikahi Andira agar dia bisa berhenti bermain gila dengan Akbar, aku rela mengorbankan perasaan ku demi kebahagiaan Anya. Tapi Tuhan berkehendak lain, Andira hamil dan Anya memgetahuinya.
Malam itu aku sangat ingin menemui Akbar dan menghabisinya, tapi saat aku tahu Anya keluar rumah dengan koper besar ditangan nya aku jadi khawatir dia akan pergi jauh dari ku.
Aku mengikutinya, dan aku baru sadar jika itu menuju ke apartemen ku Green gum. Apakah ini takdir cintaku, aku dengan Anya bertetangga.
Tak lama, aku melihat Anya membawa kardus yang entah apa isinya dan betapa terkejutnya aku saat melihat Anya membakar sesuatu di dalam tong.
Dia menangis, aku ingin memeluknya tapi aku sadar aku bukan siapa-siapa.
Tiga hari, Anya tidak keluar kamar. Aku sempat ingin mendobrak pintunya sangking aku cemas akan hal buruk yang bisa saja terjadi pada gadis ku itu.
Saat aku ingin memencet bell apartemen nya, ternyata dia membuka pintu. Aku pura-pura lewat didepan apartemen nya, dia pasti tak menyadari ku karena aku menggunakan masker
Aku mengikuti Anya sampai pusat perbelanjaan, semua kegiatan nya tak luput dari pandangan ku, sampai akhirnya dia tak sengaja menabrak ku saat mau mengambil susu strowberry kesukaan nya.
Dan berakhir aku yang makan malam pertama di apartemen Anya.
*****
Hari ini aku menunggunya di lobby, aku tau dia akan berangkat kerja setelah cuty satu minggu. Anya bekerja di perusahaan sahabat ku, dan aku tau itu dari dia.
Bingung dengan Anya, kenapa dia tidak mau bekerja di perusahaan papanya sendiri.
"Pagi, pak Anton! Wah rambutnya rapih sekali."
Itu suara Anya, dia memang gadis paling ramah tapi aku sedikit tidak iklas melihat senyumnya yang manis di tebar kesana kemari. Itu milik ku.
Dia mengenakan dres bermotif bunga tanpa lengan dan panjangnya selutut, rambut panjang nya di biarkan tergerai dan melambai terkena angin. Pipinya bersemu merah, hidung mancungnya menabah kecantikannya. Senyuman nya merekah, bibir sexinya seolah memanggil ku untuk mengecupnya.
Dia bagaikan putri iklan.
"Ehh, mas Raka." Dia melambai ke arah ku, rasanya ingin ku rengkuh tubuh mungilnya itu dan ku dekap kedalam pelukan ku. Akan ku sembunyikan dia dari tatapan dunia.
"Ehemm." Aku berdeham gugup, tenanglah jantung ku.
"Mau kekantor ya?" Dia tersenyum pada ku, manisnya.
"Iya." Aku gugup.
"Jangan jutek dong, yuk bareng." Dia menggenggam tangan ku, sungguh aku terkejut sampai aku tak bisa beranjak pergi dari posisi ku.
Karena aku diam saja, Anya pun jadi berhenti lalu dia menatap ku bingung. Aku hanya diam menatap tangan nya yang menggandeng tangan ku, jantung ku seakan mau keluar!
"Uppsss, sorry."
Aku kecewa saat merasakan dia melepas genggaman nya, ingin ku tarik saja tangan mungilnya dan ku genggam erat. Sudah gila aku!
"Hmm."
"Ck, jutek kali." Aku mendengar gumamannya, bibirnya mengerucut lalu pipinya menggembung. Dia sangat lucu.
"Mau ku antar?"
Dia menoleh ke arah ku, lalu berfikir sebentar.
"Maaf, mas. Aku ada janji, bayy." Dia berlari meninggkan ku dengan sedikit kecewa.
'Lain kali, aku akan mendapatkan mu cantik.'
.
.
.
.
.
Aku sampai di kantor pukul delapan pagi, disana aku melihat sepasang kekasih yang tak asing di mata ku. Mereka Akbar dan Andira, mau apa mereka?
"Mas Raka." Suara Andira.
"Ada perlu apa?"
Aku menahan gejolak amarah ku untuk tidak menghajar wajah Akbar, jika saja Anya meminta ku untuk memberi pelajaran kepada Akbar sudah ku pastikan lelaki bajingan ini akan di rawat di rumah sakit selama sebulan.
"Bisa kita bicara." Kali ini Akbar yang berbicara.
"Silahkan ke ruangan saya."
Mereka mengikuti ku menuju lift khusus presiden direktur, dan itu aku. Bukannya sombong.
Setelah menunggu, akhirnya sampai di lantai duapuluh sembilan. Khusus ruangan ku.
"Silahkan duduk."
Mereka pun duduk berdekatan seolah tidak mau di pisahkan, aku mulai muak.
"Jadi apa yang mau kalian bicarakan?"
Aku melihat wajah Andira yang sedikit sendu, bukan kah seharusnya dia bahagia? Karena dia mendapatkan Akbar.
"Andira mau minta maaf mas, tentang perjodohan itu." Ucap Andira dengan lirih.
Aku melihat Akbar mengelus punggung Andira dengan sayang, apa dia tidak memikirkan perasaan Anya. Dia tidak tahu jika Anya pun hancur.
"Soal itu, jangan kau pikirkan. Dan jangan minta maaf pada ku, ada seseorang yang lebih berhak lagi atas permintaan maaf itu."
Mereka menengang, aku rasa kata-kata ku tepat mengenai sanubari mereka. Baguslah mereka masih memiliki hati nurani.
"Itu urusan kami, anda tidak perlu ikut campur."
Angkuh sekali dia.
"Aku tidak ikut campur, hanya mengingatkan."
Ada kilatan amarah dimata Akbar, dia lelaki pemarah rupanya. Syukurlah gadis ku tak jadi menikah dengan lelaki arogan itu.
"Ayok, An! Kita pergi."
Mereka pun pergi meninggalkan ruangan ku, baguslah tak butuh basa basi agar mereka pergi.
GIMANA PERASAAN KALIAN? SUDAHKAN MEMGHUJAT AKBAR? ATAU SUDAHKAH KALIAN MEMBECI ANDIRA?
JANGAN JULID YA GAES....
😂😂😂😂😂😂😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
budak jambi
sangat membenci kedua manusia yg berhati binatang
2024-07-25
0