H A T I mana yang tak sakit ketika menerima kenyataan jika lelaki yang di idam idamkan menjadi jodoh sampai maut memisahkan, ternyata lelaki yang tega menyakiti sepotong hati yang terang-terangan percaya akan hubungan yang ada.
Delapan tahun bukan waktu yang sebentar, delapan tahun di buang hanya untuk menjaga jodoh orang semiris inikah cinta.
Sakit hatinya mungkin akan berbekas, apa mereka tak memikirkan dampaknya? Trauma akan penghiyanatan itu nyata. Mereka si pelaku bisa berbahagia tapi bagaimana dengan si korban penghiyanatan? Bahkan mungkin, dia sekarang sedikit meragukan takdir Tuhan nya.
"Bangsat!"
"Anjing!"
"Salah gue apa?! Kenapa enggak lo akhiri aja semua dari awal? Gue gak harus repot beresin perasaan gue yang hancur, gue gak harus repot mengobati luka hati gue!"
Anya melempar semua kenangan Akbar kedalam tong kosong, dia menatap satu persatu foto dan hadiah yang di berikan kepadanya selama menjadi pasangan kekasih.
Brushhh.
Api melahap semua kenangan itu, api membakar semua hadiah yang di berikan Akbar. Bahkan Anya berharap, api itu bisa membakar rasa sesak dan sakit di hatinya.
"Arggghh!"
"Gue sayang sama lo An! Gue rela ngalah cuma karena lo adik gue, tapi lo bales gue dengan rasa sakit yang berlebih. Kalau lo mau lo bilang, gue bakal kasih Akbar buat lo tanpa harus lo ngecewain papa dan mama."
"Hikkss..."
Air mata yang Anya tahan mati-matian akhirnya runtuh juga, gadis itu terduduk dengan memeluk kedua lututnya. Nafasnya tersengal mungkin karena sakit di ulu hatinya teramat sakit, Anya meremas sisa foto kebersamaan dirinya dan Akbar.
"Lo tau? Gue sayang lo Akbar! Apa lo enggak liat perngorbanan apa yang udah gue kasih ke elo? Kenapa lo sejahat ini kenapa?!"
Anya memukul dadanya yang semakin sesak, semakin dia mengingat momen kebersamaan dengan Akbar semakin dia merasa kecewa.
"Tuhan tolong yakinkan kepada ku, bahwa dia bukan milik ku!"
Anya beranjak pergi meninggalkan semua kenangan dirinya bersama Akbar, gadis itu tak mau melihat semua yang sudah terbakar hangus. Dia berharap rasa sayang nya, rasa cintanya juga terbakar hangus menjadi abu lalu hilang tertiup angin.
*****
Tiga hari berlalu, Anya memutuskan untuk mengambil cuti kerjanya. Gadis itu harus memiliki waktu untuk menata hati, persaan dan juga hidupnya.
Anya harus berusaha keras menerima semua ini, menerima kenyataan bahwa lelaki yang dia sayang memilih menghiyanati dirinya dari pada harus berterus terang bahwa selama ini dia terluka dengan waktu sibuknya.
.
.
.
.
.
"Udah jam sepuluh, rasanya badan ku sakit semua. Kenapa Andira suka sekali menganggur."
Anya bangun dari tidurnya kemudian berjalan menuju kamar mandi, hari ini gadis dengan lesung pipi itu akan berbelanja kebutuhan dapur.
"Segernya..."
Secangkir ice americano dia secap, nikmat Tuhan mana yang kau dustakan.
"Yokk!! Bisa yokk!! Move on!!" Teriak Anya menyemangati dirinya.
"Hari ini gue bakal belanja ngabisin gaji gue yang enggak pernah gue nikmatin "
Iya, karena selama ini Anya hanya menggunakan uang bulanan dari papanya. Sedangkan gajinya tersimpan rapi di dalam rekeningnya, papanya akan marah jika Anya ketahuan berbelanja menggunakan gajinya.
Setelah menghabiskan secangkir ice americano, Anya bersiap pergi.
"Nikmati masa jomblo mu Zeyeng!"
Sudah gila mungkin si Anya! Gadis itu berteriak di depan lobby dan mendapat perhatian penuh dari penghuni apartemen green gem, tapi Anya tetaplah Anya yang masa bodo. Mungkin kemarin Anya kesurupan setan apartemen barunya sehingga dirinya bisa menangis bombay.
Anya melajukan mobil porsche biru milik nya, tak butuh waktu lama mobil terparki di sebuh pusat perbelanjaan yang cukup terkenal di kotanya.
Gadis dengan celana pendek di atas lutut dan kaos oversize berwarna lilac dengan tulisan I love Taehyung berjalan santai menuju stan daging dan juga sayuran.
"Gue mau jadi calon ibu yang baik buat anak-anak gue kelak, jadi gue mau belanja makanan sehat." Monolognya.
"Daging sapi."
"Daging ayam."
"Ikan gurame."
"Ikan kakap merah."
"Udang dan cumi."
Anya mengabsen semua bahan yang sudah dia catat dalam ponsel nya.
"Tinggal sayuran."
Setelah memilih sayuran dan bahan dapur, Anya beranjak ke stan makanan ringan.
"Gue butuh coklat, susu pisang dan susu strowbery."
Saat Anya ingin memgambil susu rasa strowberry kesukaan nya, tak sengaja dia menabrak bahu seseorang.
Bugh.
"Sorry."
"Anya..."
"Mas Raka."
Masih ingat Raka, dia adalah lelaki yang di jodohkan dengan Andira adik dari Anya.
"Bisa kita bicara?" Anya mengangguk.
Dan disinilah mereka berakhir makan cup cake rasa strowberry dan susu strowberry kesukaan Anya, tapi Raka hanya memesan latte.
"Maaf ya mas, Anya habisin ini dulu. Belom makan soal nya." Ucap Anya dengan mulut penuh cup cake.
"Hemm."
"Jangan jutek gitu mas, nanti jauh dari jodoh." Anya tersenyum memamerkan gigi putih nya.
Tak ada respon dari Raka, dan itu membuat Anya mengerucutkan bibirnya. 'Jutek banget sih ni orang, untung ganteng.'
Setelah dua puluh menit akhirnya Anya menghabiskan semua cup cake dan susunya.
"Allahamdullillah, kenyang ya alloh. Terimakasih masih di izin kan makan." Anya mengelus perutnya yang membuncit karena kekenyangan.
Perbuatan Anya membuat Raka ingin tertawa geli, ada wanita yang bertingkah tanpa malu di hadapan lelaki.
"Ayo kita mulai pembicaraan nya mas."
Raka menekuk kedua tangan nya di depan dada, pandangan nya lurus terarah tepat di manik mata Anya.
"you are okay, right?"
"Huh?"
"Kamu baik-baik saja kan?"
Ternyata Raka sudah tau keadaan percintaan Anya yang mengenaskan.
"Aku baik mas, apa kamu tidak bisa melihat ku yang masih bisa menghabiskan tiga cupe cake dan dua gelas susu strowberry."
"Emmm, okey. Kalau begitu, mari aku antar pulang."
"Huh?"
"Aku antar pulang."
"Mas enggak mabuk kan? Mas cuma mau tanya aku baik-baik saja?" Dan Raka mengangguk dengan santai nya.
'Stress sih kayaknya ni laki-laki, ohh mungkin karena dia di tinggal nikah juga."
"Ayo."
"Kemana?"
"Aku antar pulang."
"Aku bawa mobil mas." Anya mendengus kesal.
"Kan aku tidak bilang akan mengantar mu dengan mobil ku."
"Lalu?"
"Aku tidak bawa mobil."
Anya melongo, apa lelaki didepan nya ini mau minta tumpangan tapi menggunaka alibi bahwa dia akan mengantar pulang Anya. Wahh, lelaki yang pandai.
"Oke..."
Raka lelaki dengan kaos putih dan celana jins, dia terlihat dewasa sekali. Hidung nya mancung, jika di lihat dari jarak dekan akan terlihat tahi lalat kecil di bawah matanya. Bibirnya berwarna merah muda lalu iris matanya hitam legam.
Mas Raka terlihat sangat tampan, di tambah bentuk badan yang porposional itu menambhah nilai plusnya.
"Sudah puas memandangi wajah ku?"
"Emm, ehhh. Enggk kok, itu ada debu di rambut mas Raka."
Anya menatap keluar jendela, gila rasanya tertangkap basah memandangi wajah lelaki.
"Kemana aku harus mengantar mu?"
"Ohh, iya lupa. Di green gum apartemen mas."
"Sejak kapan?"
"Apanya?"
Raka tampak menghembuskan nafasnya perlahan.
"Pindah ke apartemen?"
"Sudah tiga hari."
Raka hanya mengangguk, dan kemudian mereka saling diam.
.
.
.
.
.
"Terimakasih mas, sudah mau repot-repot bawa belanjaan ku yang banyak sekali ini." Anya membungkukan badan nya, berterimakasih ala-ala orang kore, dan itu membuat Raka ingin tertawa tapi karena image nya yang dingin dia menahan nya.
"Hemm, iya."
Raka meletakan semua kantong belanjaan Anya di dekat kulkas, dengan tujuan agar Anya mudah memindahkan belanjaan kedalam kulkas. Perhatian sekali.
"Kalau begitu aku pamit pulang."
'Kok gue kasihan, dia pasti sama patah hatinya sama gue. Apa gue masakin aja ya, sekali-kali sedekah sama yang lagi patah hati.'
"Mau makan dulu mas? Tapi aku masak dulu."
"Boleh, tapi aku pulang dan mandi dulu."
"Kelamaan mas, mas Raka enggak bawa mobilkan?"
"Aku jalan kaki bisa."
"Kok jalan, jangan jauh tau." Anya menarik tangab Raka dan menuntun nya untuk duduk di kursi depan TV.
"Enggak jauh kok."
"Is, ngeyel banget dibilangin. Udah nanti aja aku anterin pulang nya, kita makan dulu." Belum juga Raka menjawab Anya sudah menatap Raka tajam layak ya seorang ibu yang sedang memperingati anaknya untuk menurut.
"Tinggu disini, oke."
Raka terdiam, kemudian pasrah dan menyetujui perkataan Anya.
Raka mengamati setiap gerak gerik dari Anya, gadis itu sangat cekatan terlihat jika sudah ahli dalam urusan dapur. Raka bukanya menonton televisi tapi lelaki itu duduk dengan menghadap belakang tepat di dapur.
'Dia sangat terampil."
Tak berapa lama, udang dan cumi saus padang dan cah kangkung sudah tersedia di atas meja. Anya kembali ke dapur dan mengambil setoples kerupuk putih. Harus kalian tahu Anya penggemar makanan ringan yang nyatanya tinggi kalori itu.
"Mas tidak alergi udang dan cumi kan?" Tanya Anya memastikan, dia tidak mau di tuduh meracuni anak orang.
"Tidak."
"Baguslah."
Tanpa sadar Anya mengambilkan nasi dan sayur untuk Raka, intu membuat hati Raka menghangat.
"Silahkan makan mas, semoga suka ya. Rencanan nya aku mau buka wartegh."
"Uhukk... uhukkk..."
Raka sukses tersedak karena perkataan Anya, bagaimana bisa anak pengusaha nomor satu dinegara nya mau membuka wartegh. Anya tidak sedang kekurangan uang belanjakan batin Raka.
"Duhh, pelan dong mas. Masih banyak kok udang dan cumi nya."
"Kamu serius?"
"Enggak, bercanda doang. Ellah..."
Raka kembali menikmati makanan nya, dan ini benar-benar enak.
Setelah selesai makan, Anya bergegas mengambil kunci mobilnya dan berniat mengantarkan Raka pulang.
"Ayok, ku antar pulang."
Pip, bunyi pintu terkunci.
"Sudah sampai." Ucap Raka Acuh.
Anya diam tak mengerti, sampai apa? Mereka bahkan baru melangkah sebanyak lima langkah.
"Apartemen ku tepat di samping apartemen mu."
"Ohh god! Kau serius." Anya membulatkan matanya.
"Iya."
Kenyataan macam apa ini, jadi mas Raka menjadi tetangga Anya mulai sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments