Sudah seminggu Allea menangis meratapi nasibnya. Bagi Allea terlahir di keluarga kaya dan terhormat seperti ini malah menghancurkan mimpi-mimpinya.
Setiap hari Allea datang ke sekolah dengan wajah sayu dan mata bengkak dan sembab. Kedua sahabatnya yakin Allea pasti sedang dirundung masalah. Allea yang biasanya sangat antusias belajar malah tak bersemangat sedikitpun.
Saat pulang sekolah Mutiara sudah tak bisa membendung rasa penasarannya. Seminggu sudah Allea ditanya tapi tak kunjung memberi jawaban juga.
Mutiara dan Rean menghampiri Allea yang sedang duduk melipat kedua tangannya diatas meja dengan wajah yang tersembunyi dibaliknya.
"Lea!" Mutiara memukul bahu Allea hingga gadis itu terkejut.
"Apaan sih Lo pada?" suara Allea sangat serak nyaris seperti kodok.
"Lo kenapa Lea? Udah seminggu Lo kayak gini." Mutiara
"Iya bener Le, Kalo ada masalah cerita dong ke kita." Rean
"Gue gak kenapa-kenapa kok, Lo pada tenang aja." Pandangan Allea kosong dan pikirannya menerawang kejadian malam itu saat Mami Liliana memberitahu tentang perjodohannya dengan Gibran.
"Kalo Lo gak mau cerita ke kita berarti Lo bukan sahabat kita lagi Le! Mana ada sahabat yang nyembunyiin sesuatu satu sama lain," ucap Mutiara merajuk.
Sebenarnya Rean merasa jijik melihat Mutiara sok merajuk tapi demi Allea tahan dulu deh rasa jijiknya. Rean harus ikut-ikutan juga seperti Mutiara agar Allea mau cerita.
Allea tiba-tiba menangis. Mutiara dan Rean jadi gelagapan, kok nangis sih! Mutiara pun mendekatkan diri pada Allea dan memeluk tubuh gadis itu. Mutiara juga membelai-belai rambutnya, sementara Rean terlihat kikuk. Rean bingung harus berbuat apa melihat Allea semakin memperkuat tangisannya. Untung aja gak ada orang lain di dalam kelas!
"Lea...Lo kenapa sih? Cerita dong ke kita" bujuk Mutiara.
"Bener Lea, kita pasti bantu sebisa kita Le." Rean
Kemudian Allea bangkit dari pelukan Mutiara dan menyeka air matanya dengan sebuah tissue. Ia menatap Mutiara dan Rean bergantian kemudian menghela nafasnya pelan.
"Gue dijodohin sama nyokap Gue. Gue diminta nikah bulan depan Mut, Yan. Gue gak mau nikah sekarang, gue gak mau!" Allea kembali menangis histeris.
Mutiara dan Rean menatap Allea dengan seksama, mencari kebohongan di kata-kata Allea barusan. Rean bahkan sampai mengerjap beberapa kali dan menelan salivanya kasar. Begitu juga dengan Mutiara.
Apa?
Gimana-gimana?
"Gila!" ucap Mutiara geleng-geleng kepala.
Apa-apaan ini? Apaan tadi?
Bulan depan nikah?
"Lo dijodohin sama siapa Le?" sarkas Rean.
"Iya Le, dijodohin sama siapa?" Mutiara
"Kak Gibran huhu...hiks hiks"
"What?"
"Hah!?" ucap Mutiara dan Rean bersamaan.
"Lea! Jangan becanda deh, kita serius nih!" kelakar Mutiara. Apa-apaan pria idamannya malah dijodohkan dengan Allea.
"Gue serius Mut, gue gak becanda!" Allea.
Rean masih termenung, bagaimana bisa orang tua Allea menjodohkannya dengan pria yang lebih tua jauh diatasnya dan bagaimana bisa Allea diminta menikah bulan depan sementara Allea belum lulus sekolah.
Mutiara juga terlihat berfikir, beberapa kali ia menatap Allea dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Hemm..kalo gue jadi Lo sih Le gue fine-fine aja sih nikah. Toh Kak Gibran itu kan pria idaman juga ya kan?" terang Mutiara yang dibalas sambaran tangan Rean.
"Apaan sih Yan? Sakit tau Lo pukul!" menatap Rean dengan kesal. Ternyata wajah Rean lebih kesal dan tampak murka. Rean benar-benar tak habis pikir dengan otak Mutiara, benar-benar sengklek.
"Mulut Lo kalo masih bocor kayak ember entar gue jahit ke tukang jahit langganan nyokap Gue tau gak Lo!?" Rean membulatkan matanya, seram! Bola matanya seperti hendak keluar dari tempatnya membuat Mutiara merinding.
"Udah dong, kok pada berantem sih? Bantuin gue dong gimana caranya gue bisa kabur dari perjodohan itu..." Allea.
"Lo beneran gak mau perjodohan itu terjadi Le?" Tanya Mutiara lagi.
"Ya enggak lah ****! Kalo Allea mau ngapain di harus nangis-nangis gini coba? Kadang otak Lo itu perlu diperbaharui deh Mut, biar gak peang!" Rean benar-benar kehilangan kesabarannya menghadapi sahabatnya yang satu ini, entah mengapa Mutiara mendadak **** karena cinta.
"Eh! Iya juga ya..." kekeh Mutiara memegang tengkuknya.
Rean menghela nafas, kalau bukan disekolah sudah dipukulnya kepala Mutiara berkali-kali. Rean memang tak sungkan-sungkan memukul Allea dan Mutiara. Persahabatan mereka mulai dari kecil membuat Rean tak lagi sungkan-sungkan. Eits! Tapi Rean gak mukul sekeras pukulan cowok pada umumnya ya😅 Bisa peang beneran badan Allea dan Mutiara.
"Gimana kalo Lo kabur aja dari rumah Le? Lo ngekost aja gitu, kan duit Lo banyak buat sewa kost. Jangankan kost, nginap di hotel aja kayaknya duit nyokap Lo gak bakalan ngaruh juga." Mutiara
"Hmm? Menurut gue itu gak akan berhasil deh!" Rean
"Rean bener Mut! Kalo gue kabur dari rumah pasti nyokap gue bakal putusin semua fasilitas yang ada sama gue. Boro-boro bayar uang kost, makan aja bisa-bisa gue terancam tau gak?" Allea
"Nahh! Itu yang tadi gue pikirin, gak mungkin semudah itu kan nyokap Allea lepasin Allea gitu aja setelah kabur dari rumah. Coba deh pikirin, bener gak?" Rean
"Iya juga sih, terus gimana dong? Gue jadi pusing nih..." Mutiara
Mereka bertiga tiba-tiba terdiam, suasana tampak hening. Hanya ada suara dari lapangan, suara anak-anak ekskul.
"Gue ada ide!" ujar Rean tiba-tiba. Sontak saja Allea dan Mutiara langsung menatap Rean penasaran.
"Bagus gak ide Lo?" sarkas Mutiara.
"Santai dong men, gue gini-gini walaupun kalah mulu nilainya sama si Lea tapi otak gue cemerlang tau gak!?" Rean
Mutiara mendecak kesal. Mulai deh Rean membangga-banggakan nilainya yang lebih tinggi dari Mutiara. Menjijikkan! Rean sangat narsis di mata Mutiara.
"Cepetan deh Yan! Lo beneran punya ide gak sih!? Mutiara mulai bete. Dibanding-bandingkan dengan narsis seperti itu memang sangat merusak moodnya.
Allea masih diam mematung menunggu perdebatan kecil itu selesai dan Rean memberitahu idenya. Pasalnya Allea sedang membutuhkan kehadiran Mutiara dan Rean dalam masalah besarnya ini.
"Oke-oke, sini deh dekatan Lo berdua! Gue bisikin."
Rean pun membisikkan idenya pada kedua sahabatnya itu. Mutiara mendengarkan dengan seksama, begitu juga Allea namun Allea terlihat mengerutkan keningnya.
"Lo yakin ini bakalan berhasil Yan?" tanya Allea tak percaya. Pasalnya Allea sangat enggan menjalankan ide Rean itu.
"Percaya deh sama gue Le, Gue yakin seratus persen dia bisa bantu Lo!" Rean.
"Ide Lo brilian banget Yan, kali ini gue setuju otak Lo beneran encer. Bahkan kali ini ngalahin otaknya Lea." Mutiara
"Nahh! Jelas dong. Otak gue gak diragukan lagi ya kan?" ucap Rean narsis. Mulai lagi deh.😌
"Gue pikir-pikir ide Rean itu emang jalan satu-satunya buat nyelamatin hidup Lo Le! Kita harus jalanin idenya Rean. Gue setuju!" Mutiara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments