Perjodohan

Allea sedang duduk didepan cermin memandangi wajahnya yang cantik dan manis walaupun Allea tidak menggunakan make up. Allea hanya menggunakan skincare dan bedak tabur. Ia juga memoles bibirnya dengan sedikit pelembab. Cocok sekali penampilan anak SMA, imut dan menggemaskan.

Mami Liliana hari ini pulang kerja tepat waktu, katanya sih karena akan ada tamu spesial malam ini. Mami juga meminta Allea berdandan cantik malam ini.

"Lea..." Airin tiba-tiba masuk kedalam kamar Allea.

"Kak Airin! Kok kakak tumben kesini?" Allea menghamburkan pelukan pada Airin, merangkul pundak wanita itu.

"Kakak kangen kamu sayang!" ucap Airin mengelus-elus rambut adiknya.

"Kakak diet ya? Kakak kurus banget kayak kurang gizi tau!" Allea melepaskan pelukannya dan memperhatikan tubuh Airin dari atas sampai kebawah. Ya! Airin memang semakin kurus.

"Buat kerjaan sayang, kalo kakak gak diet kakak gak bisa kerja lagi kan?" sahut Airin lembut.

"Kakak berhenti aja deh jadi model, kakak kan bisa kerja di perusahaan Mami!" Allea tak bosan-bosannya mengatakan itu pada Airin berharap Airin berhenti dari pekerjaannya yang menyiksa itu.

"Sssttt... Kakak cinta pekerjaan ini dek, sama kayak cinta kakak ke kamu dan Mama."

Allea mendecik kesal, selalu saja alasannya itu. Selama kakaknya menjadi model beberapa tahun lalu Ia melihat banyak sekali kewajiban dan pantangan yang harus dilakukannya. Bukan hanya itu, Allea juga kehilangan kebersamaan mereka di ruang publik karena Airin selalu dikejar-kejar oleh para fans-nya.

"Kak Alex gak ikut kesini kak?" Allea memperhatikan pintu yang terbuka namun gak menemukan sosok yang dicarinya.

"Alex dibawah lagi ngobrol sama Mami, mungkin lagi bahas bisnis."

Allea mengangguk dan mulutnya terbuka berbentuk 'O'. Ia menyisir rambutnya sekali lagi kemudian mereka turun menuju ruang makan.

Ruang makan terdengar sangat ramai. Nampaknya bukan hanya Alex, kakak iparnya yang ada di sana tapi mungkin ada beberapa orang lagi.

"Ehh anak gadis udah dateng nih, cantik banget malam ini" gumam Dewi, mama Gibran.

"Wahh rame, ada Tante Dewi dan Om Gewa juga" ucap Allea pelan dan malu-malu melihat Gibran dan kedua orangtuanya menunggu di meja makan bersama Mami dan Alex.

"Duduk dong sayang," menarik sebuah kursi disampingnya. "Duduk sayang!" titah Dewi.

"Makasih Tante."

Liliana juga tersenyum sangat manis, beda dengan biasanya. Liliana biasanya terlihat galak dan disiplin.

'Pasti ada sesuatu nih!' batin Allea waspada.

Wow!

Apa-apaan ini?

Semua makanan yang terhidang di meja makan adalah makanan kesukaan Allea. Allea sampai bingung mau makan yang mana, mau semuanya boleh gak ya?

Ah tidak!

Malu!

Allea hanya mengambil sesendok nasi dan tiga ekor udang Krispy. Jika saja hanya ada Alex dan Airin mungkin Allea sudah menyambar semuanya di piringnya.

"Allea diet ya sayang?" ucap Dewi setelah memperhatikan Allea hanya mengambil sedikit makanan.

"Hehehe...Iya Tante" sahutnya.

Apa-apaan Allea diet. Tak pernah terbesit dibenaknya untuk berdiet seperti kakaknya Airin. Allea lebih memilih banyak berolahraga daripada harus mengurangi porsinya makan.

"Yakin cuman makan segitu?" ujar Gibran pelan seperti berbisik. Gibran tau persis bagaimana sifat Allea.

Allea hanya mengangguk pasrah. Aduhh!!

Kenapa sih harus malu, padahal kan lapar. Cacing-cacing di perut Allea pun sudah berdemo ria saat Ia masih di dalam kamar tadi. Allea mulai memakan makanannya, elegan sih tapi makanan di piringnya hampir habis. Elegan dari mananya coba.😅

Gibran tak tega melihat Allea. Gibran malah mengambil beberapa makanan hingga piring Allea sudah seperti porsinya seperti biasa.

'Ini baru namanya makan' batin Allea melihat Gibran menambahi porsi makanan di piringnya.

"Gak usah malu-malu!" ucap Gibran membalas senyuman tanda terimakasih dari Allea.

Liliana dan Dewi saling pandang, entah apa yang ada di dalam pikiran mereka sementara Alex sedari tadi diam tak bergeming. Alex terus memandangi wajah Allea dengan iba.

"Kamu kenapa by?" tanya Airin penuh selidik. Airin menangkap basah Alex beberapa kali terus menatap Allea.

Alex menghela nafasnya, "Kamu gak bisa batalin rencana mami? Kasian Lea Sayang...Allea selalu cerita mimpi-mimpinya ke kita lho, masa kita ikutan menghancurkan mimpinya seperti ini" bisik Alex yang hanya terdengar oleh Airin.

Airin terperanjat, tadinya Allea sempat berfikir Alex macam-macam pada Allea. Diluar dugaan, ternyata Alex sedang memikirkan masa depan adiknya itu.

"Aku gak bisa apa-apa by, aku takut Mami bakalan murka."

Terdengar helaan nafas panjang dari mulut Alex hingga terdengar di telinga Mami Liliana.

"Kamu kenapa Alex? Ada masalah dengan perusahaan?" ucap Mami penuh selidik.

"Eh! Enggak kok Mi, Alex gak ada apa-apa."

"Iya mi, tadi kami lagi ngobrolin soal job aku ke luar negeri makanya Alex menghela nafas. Iya kan by?"

Tepat sasaran. Airin pintar sekali.

"Iya Mi" memasang senyum semanis mungkin agar Liliana tak curiga.

Allea masih sibuk dengan makanannya. Perlahan tapi pasti makanan di piringnya habis tanpa sisa. Allea benar-benar jagonya makan tapi lebih jago menjaga berat badan idealnya. Walaupun tak pernah diet tubuhnya ramping ideal.

Kini mereka menikmati puding lapis buatan bik Sum sebagai hidangan penutup. Manis sekali rasanya.

"Allea!" panggil Mami Liliana.

Deg!

Jantung Gibran bergemuruh kencang, Ia meremas celananya berharap Allea tidak akan shock.

"Iya Mi?" Allea meletakkan puding dan sendoknya diatas meja. Pandangannya fokus pada Mami Liliana yang memanggilnya.

"Ada sesuatu yang ingin kami sampaikan malam ini sama kamu Le."

Allea mengerutkan keningnya, menatap wajah Mami Liliana menyelidik ada apa gerangan. "Ada Apa Mi?"

"Allea! Kamu akan dijodohkan dengan Gibran."

"Hem?" gumam Allea santai.

Apa?

Gimana-gimana?

What?

Dijodohkan? Apa-apaan ini?

"Apa tadi Mi? Dijodohkan? Sama Kak Gibran?" suara Allea memekik keras. Nyaring membuat telinga sakit mendengarnya.

"Iya Allea" sahut Dewi.

Mendadak wajah Allea memanas, darahnya mendidih seketika. Jika Ia bercermin mungkin Dia bisa melihat wajahnya yang merah padam.

"Kan kak Gibran itu udah tua Mami!" sarkas Allea tak kalah nyaring dari tadi.

"Allea!!!" bentak Mami Liliana."Jaga mulut kamu ya Lea! Mami gak pernah ajarin kamu berbicara seperti itu!" Wajah galak Mami kembali terlihat, wajar saja Mami marah.

Alex sudah menduga ini dari awal Ia diberitahukan bahwa Allea akan dijodohkan dengan Gibran. Allea dan Gibran terpaut usia delapan tahun dan sekarang Allea masih duduk di bangku SMA.

Airin bergelidik ngeri. Sepertinya peperangan akan segera dimulai. Allea sangat mewarisi sifat Maminya, keras dan berpendirian teguh. Sedangkan Airin sangat berbeda, Airin cenderung lemah lembut dan sangat mudah menangis.

"Allea tenang dulu sayang..." ucap Dewi mengelus-elus punggung Allea. Wajah Allea masih sama, merah padam. Sekali itu keluar pasti habis lah orang yang akan menjadi pelampiasannya.

Gibran memandangi Allea dan Liliana bergantian. Dua perempuan dengan watak yang sama, mungkin piring-piring di meja itu akan beterbangan sebentar lagi. Sungguh moment yang menyebalkan melihat perselisihan keduanya.

"Kalian akan menikah dalam waktu dekat" tambah Mami Liliana lagi membuat emosi Allea semakin tidak terbendung.

Apa-apaan menikah!?

Sekolah saja Allea belum selesai.

Allea berdiri dari kursinya, menggebrak meja membuat semua orang di meja makan itu kaget.

"Allea gak Sudi menikah sama dia," menunjuk Gibran, "Allea berhak menentukan hidup Allea sendiri!"

Allea menendang kursinya kasar dan meninggalkan ruang makan dengan cepat. Allea sangat marah, benar-benar marah. Allea kecewa dengan Mami. Bisa-bisanya Mami menjodohkannya dengan orang yang jauh lebih tua darinya bahkan jika dipikir-pikir Gibran bahkan lebih cocok dipanggil Om oleh Allea yang masih remaja.

Allea berlari menaiki tangga menuju kamar, dibantingnya pintu kamarnya dengan sangat keras hingga menghasilkan dentuman keras hingga terdengar ke ruang makan. Ia menghempaskan tubuhnya diatas kasur dan menenggelamkan wajahnya di antara bantal dan mulai menangis. Allea benar-benar kecewa atas keputusan ini. Apa Maminya tak pernah memikirkan kebahagiaannya?

Suasana meja makan setelah ditinggalkan oleh Allea nampak canggung. Kursi Allea yang jungkir balik dan aura mencekam sungguh jauh dari kata nyaman.

Airin menelisik wajah-wajah yang ada di ruang tamu itu. Semuanya ditekuk, terlebih orangtua Gibran merasa sangat canggung. Liliana juga harus menanggung malu atas perbuatan anak bungsunya.

"Sebaiknya kami pulang dulu Ny. Zea. Mungkin Allea butuh waktu untuk menenangkan diri untuk sementara waktu" ujar Gewa. Pernyataannya dibenarkan oleh Dewi.

Gibran tak berkutik, rasanya kuliah delapan tahun tak ada artinya jika sudah dalam kondisi seperti ini. Ia sendiri sebenarnya sangat tidak setuju dengan perjodohan ini, dulunya Ia dijodohkan dengan Airin namun karena alasan pendidikan Gibran tidak menikahi Airin hingga Airin memilih menikah dengan Alex.

Kini keegoisannya menolak menikah sebelum pendidikannya selesai malah ditanggung oleh seorang gadis remaja tak tau apa-apa. Inilah dunia orang kaya, menikah pun bukan alasan cinta tapi keuntungan semata.

Setelah Gibran dan kedua orangtuanya pulang, hanya tersisa Alex dan Airin yang menemani Mami Liliana di meja makan. Tak ada yang berubah, suasana masih mencekam.

"Mami gak mau tau, Kamu harus membujuk Allea agar dia mau menikah dengan Gibran!" kerakas Liliana pada Airin

Uhuk! Uhuk!

Alex menatap wajah Mami mertuanya tak percaya. "Allea masih sekolah Mi, kita gak bisa paksa dia menikah saat ini. Masa depannya lebih penting dari apapun Mi."

Liliana menatap Alex tak suka.

"Kalo kamu gak mau membantu perjodohan ini, secepatnya urus perceraian kamu dengan Airin. Biar Airin yang menikah dengan Gibran!"

"Mami..." sela Airin.

"Kalo kalian masih mau bersama laksanakan apa yang Mami mau! Mami gak menerima tawaran apapun selain itu." Liliana bangkit dan meninggalkan mereka berdua. Mereka masih melongo tak menyangka.

Gila!

Ini benar-benar gila!

...

Airin dan Alex menatap Allea dengan Iba. Allea masih menangis meratapi nasibnya, sangat menyedihkan. Mereka berdua pun tak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti semua rencana perjodohan Allea. Sebesit penyesalan hilang timbul di kepala Airin, karena Ia menikah dengan orang lain maka Allea harus menerima perjodohan ini.

Perjodohan!

Allea benar-benar membenci kata itu.

Ini bukan lagi zaman Siti Nurbaya, lalu mengapa masih ada perjodohan?

Haaaaahhhhh!!!

Ingin rasanya Allea berteriak kencang untuk melepaskan beban ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!