"Oke fiks kan kak?" Allea memastikan.
"Siap tuan Putri." Gibran menundukkan tubuhnya seperti seorang pengawal yang berhadapan dengan paduka ratu.
"Apaan sih Kak!" kekeh Allea.
"Kalo gitu kita pulang let's go! Kakak sengaja jemput kamu ke sekolah karena kamu pasti kangen kakak ya kan?" cerocos Gibran dengan narsisnya. Benar-benar sangat percaya diri.
"Loh!? Pak Bimo gimana kak?" sanggah Allea.
"Tenang aja, kakak udah kabarin pak Bimo kok kalo kamu bakalan pulang bareng kakak."
"Kalo aku bisa nebeng gak Kak?" celetuk Mutiara dengan ganjen. Benar-benar gadis menggelikan di mata Rean dan Allea.
"Eh! Tunggu dulu!" sela Rean.
"Apaaan!?" sarkas Mutiara.
"Kalo Lo nebeng kak Gibran gue bareng siapa? Kan gue mau nebeng juga, gue gak dijemput." Rean menggaruk-garuk kepalanya bingung.
"Gabung aja let's go! Mobil Kakak terbuka untuk kalian."
Allea nyengir geli. Kedua sahabatnya ini memang limited edition. Bisa-bisanya Mutiara nebeng padahal Ia dijemput mamanya setiap hari dan Rean memang sudah kebiasaan nebeng padahal alasan mobil mogok sudah semenjak mereka duduk di kelas sebelas. Masa iya belum diperbaiki sampe hari ini.
Mereka pun berangkat setelah Mutiara mengabari mamanya bahwa ia akan nebeng jemputan Lika walaupun sebenarnya lagi ganjen dengan Gibran sih.😂
Allea duduk didepan bersama Gibran dan Rean bersama Mutiara duduk di belakang. Mutiara masih saja dengan tatapan ganjennya menatapi Gibran penuh nafsu. Dasar remaja keganjenan!😅
"Kalian pada sekelas semua ya?" tanya Gibran memecah keheningan.
"Iya nih kak Gibran, udah kelas 12 kita" sahut Mutiara dengan semangat.
Rean menatap mutiara seakan jijik.
"Heh! Lo kok kayak Tante girang sih? Jijik tau gak?" bisik Rean setelah menyikut sahabat ganjennya itu.
"Bodo!" sahut Mutiara ketus.
Gibran dapat melihat perdebatan kecil itu dari kaca spion dalam mobilnya. Seketika Gibran mengingat masa-masa remajanya dahulu di sekolah yang sama. Bedanya dahulu Gibran sempat merasakan aura cinta monyet di bangku SMA.
"Lea kok diem aja sih?" Gibran melirik Allea sekilas dan mengacak-acak rambut gadis itu.
"Eh!" sahutnya kaget. "Apaan kak?" tanyanya lagi.
"Kamu ngelamun ya? Kamu mikirin siapa hayo?" mulai deh Gibran ngeledekin Allea. "Lea udah punya pacaran ya?" tambahnya lagi.
Allea membelalakkan matanya. Rahangnya mengeras diikuti mulutnya yang ikut terbuka.
"Boro-boro kak! Digodain aja auto di smack down" kelakar Rean. Kalo urusan memantau cewek-cewek memang Rean sangat hebat dalam urusan itu. Rean seakan jijik jika sahabatnya didekati oleh cowok-cowok lain.
Eits! Bukan berarti Rean gak normal ya. Rean normal kok, hanya saja mereka pernah berjanji akan lebih mengutamakan mimpi-mimpi mereka daripada cinta.
"Masa sih? Beneran?" tanya Gibran setengah tertawa. Gibran seakan tak percaya adik perempuannya yang cengeng berubah jadi wanita galak sekarang.
"Enggak! Jangan ngaco deh Lo Re!" sarkas Allea. Aura macan Allea muncul tidak terduga.
"Iya juga gak papa kok Le, Kakak gak marah kok" lerai Gibran dengan sedikit ledekan terselip di antara kata-kata yang terucap.
"Tapi ledekin aku kan kak? Udah deh kak, aku tuh udah tau kak Gibran itu gimana walaupun udah delapan tahun kakak kuliah di luar negeri!" Allea mencibir. "Tuh Restoran bokap Lo udah nyampe, turun deh! Sumpek gue liat Lo dan segala cibiran Lo."
"Parah banget Lo!" Rean hanya geleng-geleng kepala mendengar ucapan Allea.
"Sumpah deh Rean, cepetan deh! Lo gak ada rencana untuk turun?" decak Allea ketus. Benar-benar Allea sahabat yang sangat kejam.
"Ini juga mau turun, bawel banget sih Lo udah kayak Mak Lampir!" Rean membuka pintu mobil dan keluar dari mobil Gibran.
"Makasih kak tumpangannya" ucap Rean sopan. Gibran membalas dengan senyuman dan anggukan kecil.
"Babay Rean..." Mutiara memainkan jari-jari lentiknya melepas Rean dengan centilnya.
"Eh! Lo mau kemana mut? Mau langsung ke rumah Lo kan?" Allea menatap Mutiara menyelidik.
"Gue mau ke rumah Lo aja Le! Gue bosen banget di rumah gue sendirian."
"Mama Lo kemana?" sergap Allea cepat.
"Mama lagi arisan Le, Biasa deh mama-mama sosialita!" sahut Mutiara sembari memainkan rambutnya centil.
"Oh!" jawab Allea singkat. 'Palingan mau ganjen sama kak Gibran doang Lo Mut!' batin Allea.
Gibran hanya diam-diam tak menjawab apapun dari obrolan gadis-gadis remaja itu. Gibran juga sebenarnya bingung mau menimbrung dengan kalimat apa.
Gibran melajukan mobilnya menuju rumah Allea. Gibran sesekali melirik ke arah Allea yang tengah sibuk memainkan ponsel dengan case berwarna biru langit motif Doraemon. Allea terlihat asik sekali, di benak Gibran merasa adik kecilnya ini sudah jatuh cinta dan sedang bertukar pesan dengan seseorang disana padahal sebenarnya Allea sedang puyeng scroll-scroll universitas luar negeri untuk kuliah.
"Doi ngomong apaan tuh? Kok merengut sih?" ledek Gibran.
"Kakak...." Allea memukul lengan Gibran, "bete deh diledekin Mulu sama kak Gibran!" Allea mengerucutkan bibirnya. Gibran tau persis itu tandanya Allea ngambek, tapi bukannya iba Gibran malah gemas dengan gadis itu.
Mendengar itu Mutiara yang sedari tadi terus memperhatikan gerak-gerik Gibran malah tertawa terbahak-bahak.
"Kak Gibran gemesin banget sih kak, mana mungkin Allea chatting sama cowok. Mutiara jamin deh kak kalo Lea itu lagi puyeng gara-gara universitas, ya kan Le?"
"Ho'oh!" sahut Allea tanpa melirik sedikit pun.
"Puyeng banget kayaknya ya kalo udah kelas 12, santai aja dong!" sahut Gibran tanpa beban sedikitpun.
"What!?" sarkas Allea dan Mutiara bersamaan. Kompak sekali ya.
"Eh! Kakak salah ngomong ya?" Gibran malah nyengir sambil garuk-garuk kepala.
"Salah!" keduanya masih kompak.
"Kalo gitu semangat aja deh hehehe," Gibran mati kamus. Menghadapi kedua gadis ini membuatnya bingung. Beruntung Ia ditolong oleh keadaan.
"Udah nyampe nih, yuk turun!"
"Kak Gibran mampir?" tanya Allea memastikan.
"Loh? Gak boleh ya kakak singgah di rumah Tante kakak sendiri?"😌
"Boleh kok kak, yuk kak masuk aja" sela Mutiara tak tau diri.😅
Allea geleng-geleng kepala terheran melihat tingkah sahabatnya itu, otak Mutiara benar-benar korslet.
Gibran masih berjalan beberapa langkah hingga Ia teringat sesuatu. Mamanya meminta ia agar pulang cepat hari ini. Gibran tau pasti mengapa Mama memintanya, sudah tidak terelakkan lagi.
"Eh Lea, Mut!" panggil Gibran hingga menghentikan langkah mereka dan menoleh kearahnya.
"Kenapa kak?" sahut Allea.
"Kakak harus pulang nih, ada urusan. Kakak mampirnya kapan-kapan aja ya. Dadahh!!" Gibran bicara tanpa jeda dan langsung masuk kedalam mobil tanpa menunggu jawaban dari kedua gadis yang mematung atas keputusannya yang tiba-tiba.
Allea geleng-geleng kepala, diliriknya wajah mutiara yang mulai muram. "Kasian banget deh Lo!" ledeknya.
"Sayang banget sih, gue sengaja gak langsung balik ke rumah gara-gara mau pdkt sama kak Gibran eh ternyata gak jadi." Mutiara melangkah lesu masuk kedalam rumah Allea. Ia sudah terbiasa dan bebas keluar-masuk rumah itu sehingga Ia tak perlu sungkan-sungkan lagi.
"Lo saraf kali ya Mut! Bisa-bisanya Lo kepincut sama kak Gibran."
"Ya bisa lah, Lo gak liat Kak Gibran itu tampan, pinter terus kaya lagi. Idaman cewek banget kan?" sahutnya sambil menaiki anak tangga menuju kamar Allea.
"Gila Lo! Kak Gibran itu udah tua ****!!! Kak Gibran itu delapan tahun lebih tua dari kita Mut, pantes sih kita panggil Om hahaha..."
"Bukannya tadi Lo muji-muji dia didepan kita Le? Lo bangga-banggain banget kan?" sarkas Mutiara tak terima.
"Heh ****! Lo itu bisa bedain gak sih? Gue itu cuma kagum sama prestasi kak Gibran tau, lah elo? Lagian kak Gibran itu udah kayak kakak gue kok, seumuran lagi sama kak Airin!"
"Tau ah, bodo amat!" Menjatuhkan diri diatas ranjang, "Keren aja ada cowok sesempurna dia!" Mutiara tak henti-hentinya mengoceh ganjen. Bagi Allea itu sungguh menjijikkan, otak Mutiara pasti sudah bergeser hahaha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments