Dia Pulang

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Siswa-siswi sekolah Allea berhamburan keluar dari kelas. Sebagian dari mereka pulang, ada juga yang tetap bertahan di dalam pekarangan sekolah.

Allea, Mutiara dan Rean masih berada di dalam kelas membereskan barang-barang mereka. Kelas mereka baru saja usai belajar matematika.

"Lea!" sapa Rean sangat lembut.

"Apaan lo? Pasti ada maunya kan?" seringai Allea.

"Pulang yuk ah! Gak usah ladenin kali cowok gak penting kayak gini!" Mutiara menarik tangan Allea.

"Gak penting Lo kata? Giliran digangguin kelas sebelah Lo nyari gue!" sergah Rean.

"Bodo Amat gue. Minggir!" Mutiara mendorong tubuh Rean hingga hampir terjatuh.

Tak tinggal diam Rean pun berlari mendahului mereka. Senyuman licik terpancar dari bibirnya.

"Woy!" Rean merentangkan tangannya di depan pintu mencegat Allea dan Mutiara.

"Plis deh Rean! Cara Lo minta nebeng tuh basi banget tau gak?" kerakas Mutiara membuat Rean malu.

"Biasa aja dong Lo Mut, gue kan nebeng Lea, bukannya Lo Mak Lampir!"

"Apa!? Lo kata gue Mak Lampir?" Mutiara memukul Rean dan menghujani lengannya dengan cubitan-cubitan kecil.

"Emang Lo mirip Mak Lampir tau! Tapi bisa dibilang Lo lebih serem sih Mut!"

"Reaaaaaaaaaannnnn!!! Lo emang gak ada akhlak ya. Mulut Lo itu apa perlu gue jahit benang nilon hah?" Mutiara hampir kehilangan kesabarannya.

"Bwehhh..." Rean menjulurkan lidahnya meledek Mutiara.

"Awas aja Lo ya!" ancam Mutiara.

"Udah dong kalian berdua! Kalian itu ribut mulu deh..." Allea berjalan keluar dari kelas meninggalkan kedua sahabatnya yang sedang bertengkar.

"Lea! Tungguin dong!" Mutiara berlari kecil mengimbangi langkah Allea diikuti Rean dibelakangnya.

"Ribut Mulu Lo pada tiap hari, bosen gue!" decak Allea kesal.

"Iya maaf!" Mutiara.

"Sorry!" Rean.

"Bagus deh, jangan ribut lagi besok-besok! Pecah nih kuping gue!"

Mereka sudah tiba di depan gerbang menunggu jemputan masing-masing. Mutiara selalu dijemput oleh Mamanya sedangkan Allea dijemput oleh supir pribadinya. Beda halnya dengan kedua sahabatnya, Rean justru lebih sering nebeng Allea atau Mutiara. Alasannya sih mobil mogok, sebenarnya mah ngambek gak dibeliin motor sama Mama dan Papa.😂

Sebuah mobil sport mewah berwarna biru dongker berhenti di depan mereka.

"WOW!" decak mereka kagum. Walaupun Allea anak konglomerat namun didikan keras Maminya dan pergaulannya dengan Mutiara dan Rean membuatnya juga tak pernah terpikir mengoleksi barang-barang mewah seperti mobil yang didepannya ini.

"Anak sultan kapan beli ginian?" ujar Rean.

"DIEM!" sahut Allea dan Mutiara bersamaan.

Seorang pria tampan dengan kacamata hitam keluar dari mobilnya. Pria itu menggunakan kaos hitam santai namun tetap manis dipandang dipadu dengan celana senada dan sepatu biru yang sudah pastinya selevel dengan mobil yang digunakannya. Mahal!

Pria itu berjalan mendekati mereka dengan sedikit berlari melelehkan setiap mata wanita disana kecuali Allea. Allea mengerutkan dahi menatap pria yang mulai mendekati mereka. Wajah tak asing! Sangat familiar!

Mulut mutiara masih ternganga menatap ciptaan Tuhan yang maha dahsyat di depan matanya, rupawan dan mapan. Sungguh tiada cela. "Gila! Ganteng banget Le!" gumamnya dengan pandangan yang tak lepas dari pria itu.

"Gue punya nomor WhatsApp dia!" sahut Allea.

"Hah!?" seringai Mutiara tak percaya dengan jawaban sahabatnya itu.

Pria itu tepat berhenti di depan Allea. "Hai adik kecilku! Udah jadi gadis ya sekarang..." Pria itu menarik hidung Allea gemas dan mencubit-cubit pipinya yang halus dan kenyal khas anak remaja.

Rean dan Mutiara melongo tak percaya, sungguh aneh tapi nyata. Mutiara bahkan mencubit lengannya berharap ini mimpi, tapi malah terasa sakit. Ini kenyataan!

"Kak Gibran! Sakit tau!" Allea mengerucutkan bibirnya.

"Sini peluk!" Gibran menarik Allea kedalam pelukannya. Sudah delapan tahun Ia tak melihat adik kecilnya ini.

"Apaan sih kak!? Aku udah gede nih, malu tau!" Allea memukul dada kekar Gibran.

"Ah! Masa kakak tampan begini kamu malu? Emang ada cowok di sekolah kamu yang lebih tampan dari kakak?" cerocos Gibran.

"Narsis!!!" ucap mereka bertiga bersamaan. Benar-benar sahabat, kompaknya gak ketulungan.

"Kalian kompak banget hahaha..."

Mutiara masih mengamati Gibran dari atas sampai kebawah, tampan! Semerbak wangi parfumnya pun tercium oleh gadis itu. "Lea! Ini yang kamu ceritain tadi yah?" bisik Mutiara namun masih terdengar oleh Gibran.

"Jadi kalian ghibahin kakak ya? Pantesan aja kakak bersin terus."

"Apaan sih kak! Kak Gibran kok ada disini sih Kak? Kapan kakak pulang dari Inggris? Kok kakak gak kabarin aku?" cerocos Allea menggila.

"Sabar Nona manis, satu-satu dong pertanyaannya!" Gibran mencolek dagu Allea.

"Kak Gibran!" teriak Allea.

Rean masih memperhatikan Gibran dengan seksama. Ia kagum dengan Gibran, prestasi yang diceritakan Allea saat jam istirahat tadi membuatnya berdecak kagum apalagi setelah melihat orangnya asli. Pintar, Tampan, Kaya! Yang terakhir poin paling baik. Tapi Gibran nampaknya sosok yang humble dan baik.

"Oke, oke. Kakak baru tiba tadi pagi, terus nyariin kamu deh kesini. Kakak mau kasi kejutan!" ucap Gibran sembari memainkan alisnya menggoda Allea.

"Oh!" jawab Allea singkat. "Kak Gibran kebetulan dong udah di Jakarta. Abis ini kita bertiga butuh bantuan kakak!"

"Betul!" timbal Mutiara. Sebenarnya mutiara sudah tau niat Allea adalah mengajari mereka belajar, namun Mutiara ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk cuci mata.😄😆

"Apanya yang betul? Ngomong aja belom!" Kali ini Rean membuka suara. Nampaknya Rean sudah mengerti apa maksud dan tujuan sahabatnya itu.

"Udah anak kecil diem aja! Lo berisik tau gak?" sewot Mutiara.

"Ribut Mulu deh! Batalin aja deh" ancam Allea jenuh melihat kedua sahabatnya ini.

"Eh! Jangan dong Le! Ini demi masa depan kita nih," bujuk Mutiara. 'Dan masa depan gue tentunya' batinnya licik. Dasar Mutiara!😆

"Gimana kak?" tanya Allea lagi.

"Bantu apaan emang?" Gibran malah bertanya balik.

"Ya belajar lah kak, kita kan udah kelas 12!" sarkas Allea. Galak bener sih.😂

Gibran manggut-manggut,

"Boleh, boleh! Tapi kalian bertiga gak boleh main-main dong ya, entar kakak sekap dan masukkan ke lobang buaya kalo kalian gak serius belajarnya!"

"Yeay!!!" teriak Mutiara histeris hingga melompat-lompat kegirangan.

Allea dan Rean hanya saling pandang dan menggelengkan kepalanya. Mereka berdua nampaknya sudah mengerti apa isi otak sahabatnya yang satu ini. Gibran malah terkekeh-kekeh, selama delapan tahun di luar negeri untuk kuliah ia hanya bersahabat dengan buku dalam keseriusannya untuk belajar malah disambut dengan hal kocak seperti ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!