...“Tertarik atau menilai ?” ...
Hari ini aku dan kedua teman seangkatan ku yaitu Putri dan Dila diajak untuk menjenguk teman seangkatan kami yang mengidap kanker yaitu Octa dimana dia tidak bisa masuk kuliah dengan lancar seperti kami. Kami diajak oleh beberapa orang senior salah satunya adalah Bang Husein. Kami berangkat menggunakan motor, aku dibonceng oleh Kak Ama dan kesalnya aku memakai rok tanpa legging panjang sehingga sepanjang perjalanan yang lumayan jauh karena kami harus ke kotanya aku duduk menyamping. Sungguh menyakitkan dan melelahkan, hingga ketika sampai di rumah sakitnya kakiku gemetar karena ketidaknyamanan yang berlangsung lama.
Kami langsung menuju ruang rawat Octa, setiba disana kami mulai mengobrol dan menanyakan bagaimana keadaan Octa. Disana juga ada ayah dan ibu Octa, sembari mengobrol kami juga sedikit bercanda dan tanpa sadar aku kembali bertatapan dengan Bang Husein. Aku langsung mengalihkan pandangan begitu juga Bang Husein, jujur saja hal tersebut membuat aku gugup. Disaat aku lagi berusaha mengatur kegugupan ku tiba-tiba saja Bang Raziz nyeletuk
“Eh Jasmine sama Dila kayak anak kembar gitu maskernya samaan.”
Dila membalas celetukan Bang Raziz dengan berkata “Yahh sama lah Bang kan yang jual banyak Bang.” Ucap Dila sambil terkekeh.
Bang Raziz pun bercanda dengan berkata “Ahh Abang mana mau sama-samaan, custom lah nanti Abang.” Ucapnya dengan nada sombong sambil nyengir.
Yang langsung dibalas malas oleh Kak Nadia “Iya deh iya sipaling custom.” Ucap Kak Nadia dengan muka malas dan sedikit mengejek Bang Raziz.
Ruangan itu pun dipenuhi dengan tawa dan candaan-candaan yang tak habis-habis, lagi dan lagi aku tidak sengaja bertatapan dengan Bang Husein disela tawa ku hingga membuat ku berhenti tertawa karena rasa gugup itu kembali hadir.
“Apa sih.. Aku ngga mau geer loh. Ini ngga sengaja pokoknya ngga sengaja. Ngga mungkin juga Bang Husein liatin aku yang jauh banget dari ukhty-ukhty sholehah.” Ucapku dalam hati berusaha meyakinkan diri dan sadar diri.
Oh ya, karena lingkungan di kampusku masih bisa terbilang agamis terkhususnya fakultas ku dimana banyak perempuan-perempuan Muslimah yang memakai pakaian tertutup ada yang sangat-sangat tertutup dan ada yang cukup tertutup. Sejujurnya aku menyukai hal tersebut, salah satu harapanku bila sudah dewasa adalah bisa memakai pakaian Syar’i namun yah angan masih lah berupa angan, aku ingin tapi belum bisa dilakukan. Dikampungku aku masih sering tidak memakai hijab bila keluar rumah yang jaraknya cukup dekat, jika memakai hijab pun aku masih terkadang memakai pakaian ketat atau celana. Untuk mengikuti lingkungan yang ada disini aku cukup lebih sering memakai rok itu pun rok span untungnya tidak ketat, karena aku tidak memiliki gamis dan pakaian-pakaian yang cukup longgar jadi aku sedikit bingung memakai pakaian yang mana bila harus kekampus padahal pakaian ku tidak banyak dan keadaan ekonomi keluarga ku tidak begitu baik. Aku pun mahasiswa beasiswa namun beasiswa untuk kebutuhan sehari-hariku diluar uang kuliah belum keluar dan harus menunggu beberapa bulan lagi baru keluar. Jadi yah begini aku berusaha tetap tertutup walaupun terkadang rok ku ada yang memiliki belahan yang cukup tinggi sedangkan aku tidak memiliki legging. Hahaha sungguh miris. Oleh karena itu juga aku sadar diri tidak mungkin Bang Husein melihat ku kecuali niat dia melihatku adalah untuk menilai ku.
Setelah cukup lama kami disana akhirnya kami mulai untuk izin pulang, namun sebelum itu kami berdoa terlebih dahulu untuk kesembuhan Octa yang dipimpin oleh Bang Husein setelah itu kami mendokumentasikan untuk sedikit kenang-kenangan juga buat Octa agar dia tahu bahwa dia memiliki teman-teman yang peduli padanya. Kami keluar dari rumah sakit menuju parkiran. Kak Nadia mengusulkan untuk sholat Dzuhur dan makan dulu sebelum pulang karena kami berangkat tadi jam 10 pagi sampai rumah sakit jam setengah 11 dan sekarang sudah jam setengah 1 siang. Semuanya pun setuju untuk Sholat dan makan dulu, akhirnya pun kami mencari Masjid terdekat untuk sholat. Setelah selesai sholat kami pun mencari rumah makan terdekat karena perut kami sudah sangat keroncongan. Hahaha.
Sembari makan, para senior mulai bertanya-tanya kepada kami namun tentu saja Bang Husein tidak ikut bertanya. Jujur saja untuk aku pribadi makan bersama senior-senior sungguh tertekan, karena belum terlalu akrab dan mereka merupakan seorang senior maka ini menjadi tekanan yang menekan tanpa sadar sehingga tidak terlalu leluasa untuk melakukan apapun seperti berbicara dan makan. Karena takutnya aku melakukan atau mengatakan hal yang tanpa sengaja tidak pantas. Aku takut masih membawa kebiasaan berbicara dan bercanda ku yang ceplas ceplos disini. Bisa-bisa aku dinilai buruk dan mulai jadi bahan pembicaraan orang lain. Namun, untungnya mereka memaklumi kami yang masih lebih banyak diam sebenarnya khususnya aku dan Dila saja yang lebih banyak diam dan hanya merespon dengan tawa pelan, kalau Putri dia sangat pandai berbicara dan ramah sehingga dia tidak diam-diaman seperti kami.
“Jasmine pasti ngga pernah ke kota kan ?” Ledek Bang Raziz tiba-tiba kepada ku yang ku jawab dengan ekspresi manyun sambil memutar bola mata. Bang Raziz ini cukup seru orangnya karena sering bercanda namun terkadang juga cuek. Aku cukup sering mengobrol dengan Bang Raziz karena saling melempar ejekan. Entahlah dia orangnya sangat iseng dan jahil.
“Hahahah. Pulau tempatmu tinggal kan jauh dari kota Min. Pasti kaget kan ?” Ledek Bang Raziz kembali.
“Hihhh ngga jauh-jauh banget loh Bang. Cuma ya kota kabupaten Jasmine kan ngga sepadat disini. Jasmine ngga kaget kok biasa aja. Wleeee.” Balas ku dengan tegas diakhiri dengan ejekan.
Yang lain pun tertawa melihat responku dan melanjutkan bercanda dengan yang lainnya. Aku sempat mencuri pandang ke arah Bang Husein ketika diledek Bang Raziz tadi untuk melihat apakah dia memperhatikan ku atau tidak. Nyatanya dia tidak peduli sama sekali dan hanya makan dengan tenang. Namun ketika membahas orang lain dia memperhatikan sambil ikut menimpali. Sudah ku pastikan ketika dirumah sakit dia melihatku itu karena menilai ku. Ahh aku saja yang terlalu terbawa perasaan. Memalukan.
Selesai makan kami langsung kembali pulang, karena cukup melelahkan menaiki motor pada jarak yang lumayan jauh. Kamipun menuju kampus terlebih dahulu baru setelah itu pulang ketempat masing-masing untuk beristirahat. Sesampainya aku diasrama, aku langsung membersihkan diri dan rebahan karena waktu masih panjang. Sekarang saja baru jam 3 sore. Sembari rebahan aku mencari buku tugas yang berisi tanda tangan dan biodata senior, aku mencari milik Bang Husein dan entah keinginan dari mana aku menyimpan nomornya diponselku. Sepertinya perasaanku memang sudah terbawa olehnya. Secepat itu ? Menyedihkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Emma
Saya suka banget ceritanya, terus semangat menulis ya thor!
2023-08-27
2